Pelinggih Pura Dalem Pingit Hancur Diterjang Longsor | Bali Tribune
Diposting : 9 October 2017 19:29
Agung Samudra - Bali Tribune
longsor
HANCUR - Bale Pesamuan Pura Dalem Pingit, Banjar Kawan hancur dan rata dengan tanah diterjang material tebing yang longsor.

BALI TRIBUNE - Hujan deras yang mengguyur wilayah Bangli selama dua hari berturut-turut menyebabkan terjadinya musibah tanah longsor. Tebing setinggi hampir tujuh meter yang lokasinya tepat di sebelah timur Pura Dalem Pingit Banjar Kawan, Kelurahan Kawan, Bangli amblas, Sabtu (7/10) sekitar pukul 04.30 wita. Material longsor berupa tanah menghancurkan  tiga bangunan suci di pura yang diempon 209 krama pengayah dari Banjar Adat Kawan itu.

Klian Adat Banjar Kawan, Ketut Ardana  mengungkapkan sebelum terjadinya longsor, hujan memang turun cukup deras. Sebutnya, dia sendiri baru tahu kalau terjadi longsor yang mengakibatkan tiga banguan suci di Pura Dalem Pingit hancursetelah mendapat laporan dari Kepala Lingkungan Banjar Kawan I Nengah Sujena. “Mendapat laporan kami bersama warga langsung ke Pura Dalem Pingit,” jelas Ketur Ardana, Minggu (8/10).

Paparnya, adapun  tiga bangunan suci yang hancur akibat diterjang tebing setingghi hampir 7 meter tersebut yakni Pelinggih Bilang Bucu, Pelinggih Petirtaan, dan Bale Pesamuan. “Setelah kita hitung-hitung untuk jumlah kerugian material sekitar hampir 150 juta,” jelasnya.

Menurutnya, tebing yang diatasnya merupakan lahanan persawahan memang rawan akan longsor, maka mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka ketika mendapat kucuran bantuan darai dana bantuan sosila (Bansos) Provinsi tahun 2017 sebesar Rp 75 juta, anggran tersebut kita gunakan untuk membuat Dingding Pengaman Tanah (DPT) di titik lokasinya yang longsor saat ini. “Untuk proses pengerjaan DPT dengan panjang hampir 15 meter dan dengan ketinggian  5 meter  baru kelar  beberapa hari yang lalu dan kini kondisinya hancur akibat tidak kuta menahan beban tanah,” ujarnya diamini Kapling I Nengah Sujena.

Dia memprediksi ambrolnya DPT karena kondisi tanah yang labil dan diperparah lagi karena factor air sawah yang merembes dan masuk ke dalam  DPT. “Di atas tebing merupakan lahan persawahan, sehingga tanahnya sangat labil,” ujarnya.

Disinggung langkah yang akan dilakukan pasca musibah yang terjadi? Kata Ketut Ardana, memang awalnya akan melaksanakan kegiatan gotong royomng untuk memindahkan material longsor, namun kegitan gotong royong kami tunda, karena masih menunggu instansi terkait turun. “Kegiatan pembuatan DPT menggunakan anggaran dari pemerintah, maka kita masih menunggu instansi terkait turun untuk melakukan cros cek, kemungkian untuk kegiatan gotong royong akan dilaksanakan pekan depan,” jelasnya.

Di samping itu untuk menghindari musibah seperti ini terulang kembali ke depannya, maka selaku wakil dari masyarakat adat banjar kawan, akan memohon kepada pemilik lahan yang berada di atas tebing untuk tidak lagi mengolah lahannya untuk lahan persawahan. “Kami akan memohon kepada pemilik lahan untuk tidak lagi lahannya dijadikan lahan persawahan  dan mengubah menjadi tegalan, ini terpaksa kami lakukan agar tebing di sebelah timur pura  tidak  lagi longsor,” harap Ketut Ardana.