Populasi Curik Bali Meningkat, Pelestarian Diintensifkan | Bali Tribune
Diposting : 9 November 2022 22:04
PAM - Bali Tribune
Bali Tribune / CURIK BALI - Populasi curik Bali di habitat liarnya di kawasan Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) kini jumlahnya sudah bertambah salah satunya melalui penangkaran.

balitribune.co.id | NegaraCurik Bali atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jalak Bali sudah menjadi ikon Bali Barat. Setelah sempat terancam populasinya, kini dipastikan populasi curik Bali di alam sudah mengalami penambahan yang signifikan. Ditengah ancaman yang ada, berbagai upaya kini dilakukan untuk melestarikan populasi curik Bali ini.

Upaya pelestarian curik/jalak Bali hingga kini masih terus dilakukan secara intensif. Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (BTNBB), Agus Ngurah Krisna mengatakan kondisi habitat curik Bali di TNBB hingga kini masih mendukung untuk populasi curik Bali. “Saat ini ada 560 ekor curik Bali yang terdata oleh petugas kami di Bali Barat,” ujarnya. Ia mengakui kondisi alam juga menyebabkan curik Bali berpindah hingga keluar kawasan TNBB, “kawasan TNBB adalah hutan musim sehingga tidak ada sumber air. Saat musim kemarau pasti berpindah,” jelasnya.

Ia menyebut saat ini habitat curik Bali juga hingga di desa penyangga di sekitar kawasan TNBB, “ke kebun-kebun hingga pekarangan masyarakat. Kami sudah monitoring ada 82 ekor yang ada di luar kawasan. Sisanya 488 ada di kawasan TNBB,” jelasnya. Ia yang memastikan kondisi habitan curik Bali masih terjaga, menyebut estimasi populasi curik Bali setiap tahunnya bertambah 100 ekor, “anakan di alam yang terpantau dari bulan Mei 2021 sampai Mei 2022 ada 49 ekor. Masih ada yang tidak tercatat karena penyebarannya luas sekali sekarang,” paparnya.

Ia menyatakan curik Bali yang asal usulnya dari Desa Bubunan, Buleleng ini mampu beradaptasi pada habitat di sekitar permukiman masyarakat. Ia menyebut curik Bali menggunakan celah-celah pohon maupun lobang-lobang pohon sebagai sarang serta menempati sarang buatan sehingga curik Bali berkompetisi dengan burung lain untuk memperebutkan sarang. Ia juga menyebut ada sejumlah ancaman terhadap curik Bali di alam liar. Salah satunya diakatakan adalah lebah yang kerap menempati sarang curik Bali.

Beberapa predator alam diakuinya mengancam populasi curik Bali, “ada monyet ekor panjang yang bisa mengambil telor atau anakannya. Ada juga ular dan burung elang,” ungkapnya.  Ia menyebut berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kelestarian curik Bali termasuk mengantisipasi perburuan, “ada upaya-upaya persuasive, preventif hingga revresif. Petugas kami patrolinya sampai keluar kawasan taman nasional jadi cepat mencegah. Perburuan sekarang sudah bisa diminimalisir. Terkahir penangkapan tahun 2018,” ungkapnya.

Berbeda dengan habitat di alam, ia mengakui justru populasi curik Bali kini lebih banyak di penangkaran, “bahkan di luar Bali seperti di Jawa Tengah sudah ada ribuan. Malah lebih banyak yang ditangkar,” ujarnya. Setiap penangkar di luar kawasan konservasi menurutnya diwajibkan menyetorkan 10 persen dari jumlah anakan ke TNBB yang nantinya dilepasliarkan, “terutama penangkar Jawa Tengah dan Jogjakarta yang lima tahun terakhir intensif sekali. Terakhir ada 214 ekor yang diserahkan. Kalau di Bali ada ratusan penangkar juga,” jelasnya.

“Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membatu menfasilitasi mempermudah perijinan penangkaran. Ini salah satu factor keberhasilan dari curik Bali di alam,” jelasnya. Ia pun optimis populasi curik Bali tidak akan punah seperti populasi-populasi yang sudah dinyatakan punah sebelum-sebelumnya. Ia mengakui sejumlah satwa di TNBB memang sudah dinyatakan punah, “harimau Bali dan banteng yang sudah punah. Memang jumlah populasi kecil sangat rawan punah kecuali ada intervensi seperti burung curik Bali ini,” jelasnya.

Selain curik Bali, ia juga menyebut ada keanekaragaman satwa/fauna di TNBB. Ia mengaskan semua satwa di dalam kawasan konservasi TNBB dilindungi, “kalau burung 205 jenis burung, 18 jenis mamalia, terakhir rusa (menjangan) ada 980 ekor di kawasan TNBB, ada kera hitam, tringgiling, kupu-kupu terindentifikasi 67 jenis, reptile 14 jenis,” jelasnya. Bahkan ia menyebut 1 jenis reptile merupakan temuan baru, “ada spesies baru diakui tahun 2020. Diteliti empat tahun sebelumnya. Ada tokek endemi Bali namanya Cyrtodactylus Jatnai,” tandasnya.