BALI TRIBUNE - Meski sudah disediakan tempat pengungsian yang layak, sejumlah warga yang tinggal di zona bahaya Erupsi Gunung Agung, memilih lokasi pengungsian ke saudara atau kerabatnya. Seperti puluhan warga asal Banjar/Dusun Pengalusan, Desa Ban, Kubu, Karangasem yang memilih mengungsi ke Banjar Puakan, Desa Taro, Tegallalang. Meski lokasi cukup terpencil, warga dari 19 KK ini merasa lebih nyaman, terlebih bisa menyertakan ternaknya.
Dari keterangan yang diterima Bali Tribune, Jumat (22/9), kedatangan pengungsi di Banjar Puakan, Taro, sejak hari Kamis (21/9). Mereka adalah warga asal Banjar/Dusun Pengalusan, Desa Ban, Kubu, Karangasem. Dari pendataan BPBD Gianyar, pengungsi ini tercatat dari 19 KK dengan jumlah 75 orang. Laki-laki 40 orang, perempuan 35 orang. Dari jumlah itu terdapat 3 Balita, 6 lansia serta 17 usia sekolah dan sisnya 49 dewasa). “Kami lebih nyaman di sini karena ada tiga KK yang merupakan saudara, dan siap menampung kami. Kami tinggal di rumahnya I Wayan Tumbuh, I Wayan Jara dan I Made Mentik,” ungkap koordinator warga pengungsi, I Ketut Tunas (42).
Selain itu, di lokasinya ini juga dinilai sangat cocok dengan kebutuhan meraka selama mengungsi. Terlebih juga sebagian warga menyertakan ternaknya ke pengungsian. “Di sini pakan ternak sangat memadai dan kami sudah mendapat izin dari saudara-saudar di sini,” terangnya.
Kedatangan pengungsi ini mendapat perhatian dari Pemkab Gianyar. Wakil Bupati Gianyar, I Made Mahayastra bersama kepala OPD langsung memantau kondisi pengungsi dan mengkondisikan tempat mereka untuk sementara waktu. Karena lokasi di sekitar rumah I Wayan Tumbuh kurang memadai seperti jauh dari sumber mata air. Akhirnya setelah berkoordinasi dengan pihak terkait, dipilihlah lokasi di Balai Pekarangan Desa Adat Puakan.
Menurut Sekdes Desa Taro, I Made Rupa Balai Karangan ini biasanya digunakan untuk kegiatan adat di banjar setempat. Kondisi balai ini cukup luas dan dilengkapi dengan satu buah kamar mandi dan dapur yang cukup luas. Tidak jauh dari Balai Pekarangan, terdapat sumber air yang cukup deras dan bisa digunakan para pengungsi untuk mencuci pakaian. Tidak hanya itu, salah satu warga setempat, I Made Mudita yang kebetulan memiliki lahan di sekitar Balai Pekarangan merelakan lahannya dimanfaatkan untuk kepentingan sementara para pengungsi.
BPBD Kabupaten Gianyar langsung menyiapkan keperluan logistik para pengungsi. Saat itu bahkan sudah disiapkan beberapa puluh kasur yang nanti digunakan oleh pengungsi. Untuk kebutuhan makan untuk sementara akan datang bantuan beras dan mie instan, sembari menunggu bantuan lebih lanjut seperti baju dan berbagai kebutuhan pokok lainnya. Dinas Kesehatan juga menyiapkan kamar di pustu setempat agar bisa ditempati oleh ketiga bayi tersebut. “Bayi sangat rentan terserang penyakit apalagi ada diantara mereka yang baru berusia 1 bulan, mereka harus kita prioritaskan,” tegas Mahayastra.
Selain itu ditambahkan, kebersihan sumber mata air, makanan juga harus dijaga, karena ini jumlahnya cukup banyak jadi rentan akan wabah diare dan tifus. Hal penting yang sering dilupakan orang juga tidak luput dari perhatian Made Mahayastra, yaitu masalah pembalut untuk wanita yang sedang datang bulan dan popok atau diaper bagi bayi itu. Semuanya diperhatikan dengan detail.
Sedangkan untuk masalah pendidikan, karena cukup banyak terdapat anak-anak yang masih sekolah, mereka untuk sementara dapat melanjutkan pendidikan di beberapa sekolah yang ada disekitar Br. Puakan Desa Taro.