Tertimpa Longsor, Rumah Srinteg di Takedan Nyaris Ambrol | Bali Tribune
Diposting : 9 October 2017 19:33
Ketut Sugiana - Bali Tribune
LONGSOR
LONGSOR - Tampak rumah Serinteg nyaris terkubur longsdoran material tanah urug.

BALI TRIBUNE - Seperti tidak percaya dengan nasib yang dialaminya, Ni Wayan Srinteg (43) tercenung seraya memandangi rumahnya yang ambrol tertimpa longsoran tanah material bangunan ketika ditemui di kediamannya di Dusun Takedan, Desa Selat, Klungkung, Minggu (8/10).  Tampang tampak kuyu dan sayu. Satu-satunya tempat tinggal miliknya sebagai tempat berteduh dikala kehujanan dan tidur saat malam tiba kini rumahnya nyaris ambuk akibat diterjang longsoran material pondasi bangunan dan tanah urug akibat terjangan hujan yang turun terus menerus selama dua hari penuh.

"Kejadiannya dini hari Jumat (6/10) sekitar jam 01.00 Wita. Beruntung saat itu saya belum tidur sehingga terhindar dari bahaya," tutur Ni Wayan Srinteg. Dirinya dengan sedih menceritakan, longsor tersebut terjadi pukul 01.00 Wita, Jumat (6/10) dini hari. Saat itu Dusun Takedan sedang diguyur hujan lebat. 

Ni Wayan Srinteg saat kejadian seorang diri di kamar sebelah utara. Sementara, suaminya, I Komang Budiana dan Gede Putra  Dharmayasa tidur di tempat terpisah. Ketika itu, Ni Wayan Srinteg masih belum tidur, karena khawatir dengan erupsi Gunung Agung. "Semenjak gunung Agung diberitakan akan meletus, saya sering tidak bisa tidur sampai dini hari. Saya takut nanti kalao tiba-tiba gunung Agung meletus," jelas Ni Wayan Srinteg.

Namun, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh yang sangat keras. Atap rumah dari Ni Wayan Srinteg seketika tergoncang. Srinteg pun kaget dan tanpa pikir lanjang langsung keluar dari kamarnya. Ia berteriak minta tolong, dan membangunkan keluarganya yang lain. "Kaget sekali dengar suara gemuruh, saya kira gunung Agung meletus. Ternyata rumah saya terkena longsoran," jelas Srinteg.

Pondasi yang longsor tersebut merupakan pondasi yang di bangun kerabat dari Srinteg dan dibangun tepat di atas kediaman dari keluarga Srinteg. Pondasi dan tanah uruh yang mengalami longsor memiliki panjang sekitar 6 meter dan tinggi hingga 3,5 meter. Longsor tersebut menyebabkan atap rumah dari keluarga Srinteg mengalami kerusakan parah. Bahkan rumah sederhana tersebut nyaris roboh, sehingga sangat bahaya untuk ditinggali. "Beruntung ketika itu rumah tidak sampai roboh, dan keluarga saya selamat dari musibah ini. Semoga pemerintah bisa membantu kami,"pungkas Ni Wayan Srinteg berharaf pada Pemerintah.