Wacana Pengembangan Kawasan Pariwisata Buleleng Barat Tuai Tanggapan Positif | Bali Tribune
Diposting : 20 April 2017 20:28
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
I Gusti Agung Prana
I Gusti Agung Prana

BALI TRIBUNE - Sebagai upaya pemerataan pembangunan pariwisata di Pulau Dewata, Pemerintah Provinsi Bali berencana akan menciptakan destinasi wisata alternatif di wilayah Bali Utara tepatnya di Buleleng Barat. Dalam hal pengembangan pariwisata di Bali Utara, Pemprov Bali akan membuat kawasan baru seperti Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Nusa Dua. Kawasan yang menyerupai ITDC ini rencananya akan dikembangkan di wilayah Buleleng Barat dengan tiga konsep destinasi pariwisata diantaranya marina, alam dan juga spiritual.

Rencana pengembangan kawasan pariwisata itu ditanggapi positif oleh salah seorang pelaku pelestarian lingkungan di Buleleng Barat, I Gusti Agung Prana. Dia menyatakan, bahwa rencana Pemprov Bali tersebut merupakan kabar bagus bagi masyarakat di wilayah itu. “Kalau memang Buleleng Barat itu ingin dikembangkan untuk memperluas kawasan pariwisata itu harus membawa manfaat yang lebih besar untuk masyarakat,” ujarnya di Denpasar, Selasa (18/4).

Menurutnya, dalam pengembangan kawasan pariwisata ini, jika pemerintah memberikan apresiasinya terhadap masyarakat maka mereka (warga setempat) akan membuat komitmen untuk menjaga lingkungannya. Sebab selama ini, pariwisata yang dikembangkan di kawasan Buleleng Barat (Desa Pemuteran) adalah pariwisata berbasis masyarakat. Tentunya dengan kehadiran pemerintah untuk mengembangkan kawasan Buleleng Barat yang berkualitas, maka pariwisata di wilayah tersebut akan lengkap.

“Karena di sini (pengembangan kawasan Buleleng Barat) ada pariwisata yang berbasis masyarakat dan yang berkualitas itu bisa saling mendukung dan melengkapi. Siapapun yang akan hadir di sana diharapkan akan ada komunikasi yang intens sehingga bisa saling melengkapi kualitas produk yang berkembang,” ucap Agung Prana yang juga pelopor pariwisata di Pemuteran.

Dikatakannya, kehadiran kawasan baru itu akan melengkapi fasilitas pendukung pengembangan pariwisata di wilayah tersebut. Bahkan Agung Prana pun mengakui meski Buleleng Barat seperti Pemuteran telah dikenal dan menjadi salah satu destinasi wisata menyelam internasional namun berbagai hal yang diperlukan masih terbatas. “Sekarang pun cukup terbatas penjagaan lingkungannya, untuk mempertahankan konten-konten lokal itu kami kekurangan dana. Kalau mereka yang besar hadir kan ada sinergi dengan masyarakat setempat antara di bawah dengan yang di atas mempunyai komitmen yang sama maka akan membawa manfaat yang lebih besar,” bebernya.

Di samping itu pihaknya pun sepaham dengan Pemprov Bali yang akan mengembangkan konsep

destinasi pariwisata marina, alam dan juga spiritual di Buleleng Barat. Dikarenakan, 3 hal itu yang menjadi potensi pariwisata di wilayah itu. “Konsep itu pas sekali dikembangkan. Itulah fungsi dan potensi Buleleng Barat. Lautnya memiliki ikan terumbu karang salah satu terkaya di dunia. Bentang alamnya salah satu yang tercantik dan dari dulunya memang ada spiritual. Pas sekali. Itu berarti mereka sudah membaca potensi unggulan yang ada di sana,” kata Agung Prana.

Ditambahkannya, wisata spiritual itu adalah pasar yang berkualitas. Wisatawan yang tergolong wisata spiritual bukan hanya dilihat dari jumlah uangnya saja, namun apresiasi mereka terhadap alam lingkungan Bali pun sangat tinggi. Pihaknya merasa tidak khawatir dengan rencana pengembangan pariwisata ini. “Tapi juga harus melibatkan masyarakat. Mereka (masyarakat setempat) dilatih SDMnya dari mereka, maka mereka akan tertampung lebih banyak. Jadi di sana akan lebih tertata. Masyarakat di sana bisa menolak jika terjadi hal-hal yang bertentangan dengan konsep. Kalau datangnya memang ingin betul-betul menjaga dan meningkatkan kualitas ya silakan,” paparnya.

Sementara itu Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) mengaku setuju jika tujuannya untuk mengembangkan kualitas pariwisata di daerah Bali Utara. “Bagaimana dalam bentuk turunan fisiknya. Saya kira tidak bisa diduplikat begitu saja seperti ITDC. Karena Buleleng memiliki karakteristik tersendiri, memiliki SDM sendiri. Tidak bisa kita membuat seperti ITDC di Bali Selatan,” katanya.