Wagub Sudikerta ; Banten Tidaklah Harus Mewah dan Besar-besaran | Bali Tribune
Diposting : 12 June 2017 19:30
release - Bali Tribune
Yadnya
Yadnya yang dihaturkan dalam bentuk banten tidaklah harus mewah dan besar-besaran. Tampak, Wagub Sudikerta saat nunas wangsuh pada Ida Bhatara Sesuhunan di Pura Dalem Desa Pakraman Lebih, Gianyar, Jumat (9/6) lalu.

BALI TRIBUNE - Wagub Ketut Sudikerta didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra mengikuti persembahyangan bersama dengan warga Desa Pakraman Lebih Kabupaten Gianyar akhir pekan lalu. Persembahyangan itu dilaksanakan serangkaian dengan kegiatan ritual Pujawali di Pura Dalem desa pakraman setempat.

Disela-sela kegiatan Wagub Sudikerta menyampaikan, pelaksanaan upacara sebagai bentuk rasa bhakti dan wujud rasa syukur atas berkah ISHWW seyogyanya terus ditingkatkan oleh umat Hindu.

Persembahan yadnya yang dihaturkan dalam bentuk banten, menurut Wagub Sudikerta tidaklah harus mewah dan besar-besaran, namun harus lengkap sesuai tertuang dalam sastra agama, baik itu berisi pala bungkah, pala gantung, jajanan dan hiasan canang yang dkreasi sedemikian rupa dengan nilai seni tinggi.

“Bikin banten yang dihaturkan kehadapan ISHWW itu sarananya harus lengkap, baik dari isi jajanannya, harus berisi pala bungkah dan pala gantung, serta tetuasan canangnya, karena masing-masing isi banten itu memiliki makna yang menjadi penyempurna satu upacara yadnya,” ujar Sudikerta.

Lanjut dikatakan Wagub Sudikerta, sarwa pala yang digunakan sebagai sarana upacara ada baiknya apabila berasal dari hasil panen hasil bumi umat itu sendiri.

“Sarwa pala sebaiknya dari hasil bumi sendiri, karena sarwa pala tersebut merupakan perwujudan dari bhuana agung atau alam ini,” imbuh Sudikerta.

Lebih jauh, Wagub Sudikerta berharap pelaksanaan Yadnya bisa menjadi perekat rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantar warga sehingga bisa membangun semangat gotong royong demi kelancaran upacara yadnya dan kehidupan bermasyarakat yang baik dilingkungannya.

Sementara itu, Kelian Desa Pakraman Lebih Dewa Gede Piyadnya menerangkan, karya pujawali yang dilaksanakan itu merupakan upacara rutin yang digelar tiap 6 bulan sekali yang jatuh tiap rahina purnamaning jyiestha.

Lebih jauh Ia menjelaskan , Desa Pakraman Lebih memiliki 2 banjar adat yakni banjar Lebih Beten Kelod dan banjar Lebih Duur Kaja. Masing-masing banjar berperan ngemong pelaksanaan pujawali pura kahyangan di desa tersebut.

“Untuk Pura Puseh Bale Agung diemong banjar Lebih Duur Kaja dan Pura Dalem diemong banjar Lebih Beten Kelod,”terang Dewaa Piyadnya.

Ia pun menyapaikan ucapan terimakasih atas kehadiran Wagub Sudikerta sebagai saksi pelaksanaan pujawali tersebut.