Walau di Pengungsian, Tradisi “Mebat” Tetap Jalan | Bali Tribune
Diposting : 28 October 2017 12:13
Agung Samudra - Bali Tribune
Galungan
MEMBUAT TAMIANG - salah seorang pengungsi di Posko pengungsi SKB Susut, Bangli membuat tamiang.

BALI TRIBUNE - Walaupun berada di posko pengungsinan, warga tetap akan melakukan tradisi mebat saat penampahan Galungan di posko pengungsian. Namun daging yang nantinya akan diolah untuk sarana upacara yang biasanya menggunakan daging babi diganti dengan daging ayam.

“Walaupun di pengungsian kami akan tetap melakukanan tradisi mebat saat penampahan galungan,” ujar salah seorang pengungsi I Nengah Pono, di posko pengungsian SKB Bangli, di Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli, Jumat (27/10).

Pria asal Dusun Pucan, Desa Ban, Karangasem ini mengaku akan mebat bersama warga yang lain. Hanya saja untuk daging yang diolah menggunakan daging ayam. “Biasanya kita mengolah daging babi, berhubung daging babi harganya mahal, maka kita ganti dengan daging ayam.Ia mengaku jika situasi aman, maka saat hari raya Galungan akan pulang untuk sembahyanag. "Kalau kondisi masih seperti saat ini, cuaca cerah, kami akan pulang, tapi bila tidak kami sembahyang diposko. Kami ngayeng sesuhunan dari sini,” jelasnya.

Hal senada dikatakan Ni Made Ratih Dwiyana, pengungsi asal Dusun Alasngandang, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem ini mengakau berencana pulang saat hari hari raya Galungan “ kalau situasai aman nanti saya akan pulang dan sorenya kembali balik ke posko pengusian,” jelasnya.

Rupanya momen hari raya Galungan dimanfaatkan Ratih, dengan memiliki keahlian membuat  tamiang (hiasan yang dipakai saat hari Raya Kuningan) berbahan dari ental, justru mendatangkan kocek yang lumayan. Sehari Ratih bisa membuat puluhan tamiang. Tamiang tersebut dijual di sekitar lokasi pengungsian dengan harga 1 buah tamiang Rp 5.000. 

Kemudian untuk ental, Ratih mencari di wilayah Desa Menanga, Kecamatan Rendang. Diakui sebelum mengungsi kegiatan dirumah memang membuat perlengkapan untuk hari Raya Galungan dan Kuningan, seperti capah, cenigaan. "Kerjaan ini sudah dilakoni dari dulu. Sekarang sulit cari ental dan harganya pun mahal,” kata Ratih.

Sementara tampak pula para pengungsi, khusus ibu-ibu, sudah membuat jejaitan untuk persiapan hari raya Galungan.