
balitribune.co.id | Denpasar - Pelabuhan Benoa kian sibuk bersolek menyambut musim kedatangan kapal pesiar internasional. Tahun ini, tak tanggung-tanggung, sebanyak 72 kapal pesiar dijadwalkan akan bersandar di pelabuhan yang jadi pintu gerbang maritim Bali tersebut.
Tingginya trafik wisata kapal laut ini membuat keamanan pelabuhan jadi sorotan utama. Untuk itu, Pelindo Regional Benoa menggencarkan latihan penerapan International Ship and Port Facility Security Code (ISPS Code) standar keamanan internasional yang jadi syarat wajib pelabuhan global.
“Kalau kita tidak punya standar keamanan yang jelas, kapal internasional tidak akan bersandar di sini. Mereka butuh jaminan,” tegas General Manager Regional Pelindo Benoa, A.A. Gede Agung Mataram, Kamis (15/5).
ISPS Code, yang mulai diperketat di Indonesia pasca tragedi Bom Bali 2002, mengatur segala aspek keamanan pelabuhan: dari penyusupan barang terlarang, sabotase, hingga ancaman serangan siber.
Latihan keamanan ini bukan formalitas. Sertifikasi ISPS Code dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut hanya berlaku lima tahun, dengan syarat minimal dua kali simulasi latihan dalam periode tersebut.
Lonjakan kunjungan kapal pesiar ke Benoa tak lepas dari peningkatan kapasitas pelabuhan. Jika dulu hanya mampu menampung kapal sepanjang 260 meter, kini kapal sepanjang 346 meter bisa bersandar dengan aman. Termasuk kapal-kapal raksasa seperti "Icon of the Seas" milik Royal Caribbean, salah satu kapal pesiar terbesar di dunia.
“Dari Januari hingga April 2025 saja sudah ada 36 kapal pesiar bersandar di Benoa. Sisanya akan datang menjelang akhir tahun,” ujar Agung Mataram.
Mayoritas kapal datang dari Australia dan Singapura, dua negara dengan frekuensi tinggi mengarungi perairan Indonesia untuk tujuan wisata.
Tak heran, Pelindo optimistis bahwa dalam waktu dekat, jumlah kunjungan bisa menembus 150 kapal per tahun.
Latihan ISPS Code kali ini bukan sekadar simulasi standar. Menurut Yuserizal, Kasubdit Pengamanan Direktorat Pengawasan dan Perairan Kementerian Perhubungan, berbagai skenario ancaman modern turut diuji coba, mulai dari penyusupan fisik, peredaran barang mencurigakan, hingga serangan siber yang bisa melumpuhkan sistem logistik pelabuhan.
“ISPS Code mewajibkan pelabuhan yang sudah compliant untuk latihan minimal setahun sekali. Tujuannya jelas: melatih respons cepat dan koordinasi semua pihak jika terjadi gangguan,” tegas Yuserizal.
Ancaman dunia digital pun kini masuk daftar perhatian utama. Sistem logistik dan pelayaran yang terkomputerisasi sangat rentan terhadap peretasan.
Dalam latihan kali ini, simulasi juga dilakukan terhadap penanganan "barang tidak bertuan", istilah untuk objek atau muatan tak terdaftar yang berpotensi menyimpan narkoba atau bahan berbahaya. Latihan digelar secara langsung (live exercise) oleh Pelindo, bekerja sama dengan Recognized Security Organization (RSO) PT Kaneta Efka Jaya.
Dengan terbangunnya infrastruktur kian tangguh dan keamanan pelabuhan yang memenuhi standar internasional, Benoa siap menjelma menjadi hub maritim kelas dunia. Bukan sekadar pintu masuk turis, tapi juga simbol kesiapan Bali menghadapi era pariwisata global yang makin kompleks dan digital.