Diposting : 12 September 2017 07:57
Arief Wibisono - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - International Conference of National Trusts (ICNT) ke 17 tahun 2017, Senin (11/9) secara resmi dibuka di Pantai Masceti, Gianyar. Tidak kurang dari 200 orang dari 31 delegasi perwakilan negara sahabat hadir dalam pembukaan ICNT yang menggandeng International National Trusts Organisation (INTO) dan Badan Pelesterian Pusaka Indonesia (BPPI) ini.
Sebelum acara dimulai, para undangan dihibur dengan tari Bali serta parade bendera dari 31 negara sahabat. Sekitar pukul 10.00 Wita, Bupati Gianyar Anak Agung Gde Agung Bharata, Chairman of Board of Trustees, Hashim Djojohadikusumo, serta para delegasi membunyikan alat yang terbuat dari bambu secara bersama-sama, tanda dibukanya acara.
Suasana semakin meriah takkala para delegasi diajak melihat tabuh rah, melepas tukik, dan menaikkan layang-layang yang masih berada di areal pembukaan acara. Mereka seperti tidak menghiraukan panasnya matahari yang berada tepat di atas kepala ketika melepas ratusan tukik ke Pantai Masceti.
Bupati Gianyar, AnakĀ Agung Gde Agung Bharata berharap dengan kegiatan yang digelar dapat memberikan kesadaran kepada semua pihak untuk bisa merawat budaya dan tradisi secara berkelanjutan. "Mulai saat ini kita semua harus sadar bahwa kita mempunyai budaya dan tradisi yang luar biasa. Tidak hanya bagi masyarakat di Bali, tapi juga seluruh masyarakat di Indonesia," ucapnya usai pembukaan.
Terkait dengan Gianyar yang menjadi tuan rumah dalam konferensi tersebut, Gung Bharata mengatakan dirinya merasa bangga. Apalagi lanjut Gung Bharata, masyarakat Gianyar dalam kesehariannya seperti tak bisa dilepaskan dari tradisi dan budaya. Sehingga dengan dipilihnya Gianyar sebagai tuan rumah, diharapkan mampu menambah nilai positif.
"Kita termasuk paling lambat. Tapi di Gianyar termasuk cepat menerima. Saya akan mengajak kabupaten lain yang ada di Bali agar bisa menjadi seperti Gianyar dan Denpasar yang mendapat pengakuan dunia untuk warisan budayanya," sambung Gung Bharata.
Sementara itu, Hashim Djojohadikusumo mengatakan, acara yang dihadiri oleh delegasi dari berbagai benua ini sangat penting karena mempunyai makna tersendiri. "Kami bisa belajar dari para ahli, para tokoh internasional, tentang bagaimana kita bisa merawat, bisa menjaga, bisa melestarikan semua warisan budaya dan warisan pusaka kita," terangnya.
Hashim menjelaskan, jika warisan budaya sudah jelas, yaitu tentang budaya. Namun jika pusaka mencakup landscape, mencakup tanah, mencakup gunung, mencakup seluruhnya. "Termasuk juga mencakup hal-hal yang menyangkut dampak perubahan iklim. Makanya tema yang diangkat dalam konferensi kali ini yaitu hubungan dengan lingkungan hidup," jelasnya.
Bali, kata Hashim mempunyai peranan khusus, karena masyarakat Bali sangat terkenal antara budaya, lingkungan hidup dan sejarah. "Gianyar sudah masuk kota pusaka dunia, setelah sebelumnya ada Surakarta dan Kota Denpasar. Kita harapkan Gianyar menjadi contoh, teladan, bagi 514 kabupaten/kota yang ada di Indonesia," ucap Hashim.
Chairperson BPPI, Cartini Pratihari Kubontubuh, menambahkan, yang perlu dilakukan setelah diakui sebagai kota pusaka dunia adalah bagaimana mengimplemantasikan, dan bukan hanya mengejar pengakuan semata. "Gianyar merupakan contoh nyata. Itu juga yang seharusnya dilakukan kota dan kabupaten lain jika ingin mengajukan diri sebagai anggota pusaka dunia," terangnya.