Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Gaduh Politik Menjelang Tahun 2024

Bali Tribune

Wayan Windia - Guru Besar pada Fak. Pertanian Unud, dan Ketua Stispol Wira Bhakti.

balitribune.co.id | GADUH politik sudah dimulai. Meski perhelatan politik praktis masih sangat lama. Masih dua tahun lagi. Tapi saling sindir politik antar elit sudah dimulai. Saling sindir antara Megawati dan Surya Paloh. Saling sindir antar Yeni Wahid dan Mahaimin Iskandar. Saling sindir antar Andi Malarangeng dengan Hasto Kristiyanto. “Permainan” baru mulai, sudah saling sindir. Lalu bagaimana muaranya nanti?

Lebih lanjut, kita disuguhkan suatu perhelatan saling kunjung mengunjungi antar ketum parpol. Kemudian muncul berbagai statemen politik. Kalau dianalogikan, suasana politik di “pagi hari politik” bangsa ini, sepertinya sudah amat gaduh. Di akar rumput, suasana gaduh para elit, menjadi buah bibir yang terasa hangat untuk dibicarakan. Politik sudah menjadi panglima.

Keterangan Megawati dalam rakernas partainya, juga menjadi bahan diskusi di media sosial. Ketika ia berbicara tentang anak papua dan tukang bakso. Kritikpun muncul, dan menimbulkan “amarah sosial”. Sampai-sampai muncul statemen di media sosial yang nadanya miris. “Bila tidak suka dengan anak papua,  lalu kenapa Papua harus ada di wilayah Indonesia?” tanyanya. Ini kan sebuah pernyataan yang mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa. Sumbernya, hanya sebuah celoteh Megawati dalam rakernas partainya.

Keterangan yang membuat gaduh adalah juga pernyataan Hasto Kristiyanto. Ia menyatakan bahwa partainya sulit untuk bekerjasama dengan Partai Demokrat dan PKS. Padahal ia selalu menyatakan isu perlunya gotong royong. Pernyataan Hasto sepertinya kurang taktis. Sebuah pernyataan, yang agaknya sudah lama terpendam dalam benaknya, lalu disemprotkan ketika momentumnya tiba. Demi Indonesia, seharusnya semua partai harus siap bekerjasama bila Ibu Pertiwi memang memanggil. Para elit seharusnya tidak menyampaikan statemen dikotomis, yang potensial memecah belah bangsa.

Kiranya dapat dibayangkan, bagaimana remuk redamnya perasaan dari Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudoyono (AHY). Ia dan istrinya sempat berkunjung (kunjungan politik) ke rumah Megawati (setelah Pemilu tahun 2019). Ternyata para elit dalam tubuh partainya Megawati, ada menaruh “dendam” kepada Partai Demokrat. Kalau sebelumnya Partai Demokrat paham tentang kondisi itu, mungkin AHY tidak akan berkunjung ke rumah Megawati. Percuma kan?

Pernyataan Hasto sepertinya menampakkan sebuah keangkuhan politik dari sebuah partai yang sedang berkuasa. Padahal proses politik seharusnya selalu cair, siap bersentuhan dengan semua anak bangsa, yang diwakili oleh kaum elitte politik. Kalaupun ada “dendam” politik, maka seharusnya tidak disampaikan secara verbal kepada publik. Cukup di implementasi-kan dalam monuver politik di lembaga politik. Saling tenggang rasa, sangat penting untuk disuguhkan oleh para elit politik. Tujuannya agar rakyat menjadi tentram.  Semuanya itu, adalah demi persatuan dan kesatuan Indonesia.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena sistem politik kita yang kebablasan. Jokowi pernah menyebut bahwa demokrasi kita di Indonesia sudah kebablasan. Kenapa kebablasan? Karena sistem politik kita sudah jauh menyimpang dari dasar negara, yakni Pancasila. Pada Sila ke-4 dinyatakan bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Itu bermakna bahwa demokrasi kita adalah demokrasi perwakilan. Pemilihan presiden dan kepala daerah seharusnya dipilih di lembaga perwakilan. Tetapi dalam era ini, pelaksanaan demokrasi dilaksanakan melalui pemilihan langsung, satu orang satu suara.

Kiranya para pendiri bangsa ini sudah melihat jauh ke depan tentang geopolitik bangsa ini. Bahwa bangsa ini sangat heterogin. Oleh karenanya, demokrasi perwakilan-lah yang paling relevan untuk dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian, politik uang dalam politik satu orang satu suara, dapat dihindari. Khususnya pada komunitas penduduk yang miskin.

Politik uang menyebabkan munculnya pejabat yang korup. Pejabat yang korup akan mengganggu proses pembangunan nasional. Padahal untuk pelaksanaan demokrasi satu orang satu suara, memerlukan biaya yang sangat mahal. Rasanya tidak sebanding antara hasil pemilu dengan dana yang dihabiskan untuk pemilu. Tetapi para politisi selalu berlindung, babwa biaya untuk demokrasi, tidak bisa dihitung (at all cost). Kalau at all cost, apakah bangsa ini harus bangkrut untuk membiaya demokrasi? Padahal demokrasi itu bukan tujuan. Tapi demokrasi itu adalah alat untuk mencapai tujuan. Kalau alatnya memang tidak tepat lagi, maka sebaiknya kita kembali pada pelaksanaan demokrasi sesuai dengan amanat dasar negara. Mari kita kembali ke UUD 1945, yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.   

Pernah terbaca dalam medsos, bahwa catatan-catatan seperti diuraikan di atas, sempat disampaikan oleh Try Sutrisno kepada Ketua DPD RI. Saat itu, tatkala Ketua DPD RI berkunjung ke rumah Pak Try. Bahkan Pak Try mengatakan, bahwa hal itu adalah sebagai sebuah wasiat yang harus diperjuangkan oleh Ketua DPD RI. Tetapi bagaimanapun, memang tidak mudah menggugah kesadaran publik, agar kita bisa kembali ke UUD 1945 (yang asli tsb). Tetapi konsep ini harus terus diwacanakan dan diperjuangkan. Karena hal itulah yang kiranya sesuai untuk bangsa Indonesia yang heterogin ini. Kalau tidak, untuk apa para pendiri bangsa ini, rela saling mengalah untuk menyepakati empat konsensus nasional Indonesia?

wartawan
WW
Category

BHA Gelar Kompetisi Memasak 2025 Merayakan Inovasi Kuliner, Keberlanjutan & Keunggulan Nusantara

balitribune.co.id | Nusa Dua - Bali Hotels Association (BHA) menggelar Final Kompetisi Memasak BHA 2025 yang berlangsung Jumat (5/12) di The Westin Resort Nusa Dua, Badung. Kompetisi ini menghadirkan para chef terbaik dari hotel-hotel anggota BHA, menampilkan talenta kuliner luar biasa sekaligus mendorong praktik keberlanjutan dan penggunaan bahan yang bertanggung jawab, prinsip utama membentuk masa depan industri perhotelan Bali.

Baca Selengkapnya icon click

Astra Motor Bali Gelar Xploride Mystery Camp, Buktikan Ketangguhan New Honda ADV160

balitribune.co.id | Denpasar – Astra Motor Bali kembali sukses menggelar kegiatan berkendara yang inovatif dan menantang, Xploride Mystery Camp. Mengusung konsep touring misteri sejauh 167 kilometer, acara ini dirancang untuk menegaskan posisi New Honda ADV160 sebagai The 1st SUV Bike yang gagah, modern, dan berteknologi canggih.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Astra Motor Buktikan Konsistensi, Kembali Sabet Penghargaan Vasudhaiva Kutumbakam 2025

balitribune.co.id | Denpasar - Astra Motor Bali kembali meraih penghargaan Vasudhaiva Kutumbakam Tahun 2025. Ini merupakan penghargaan  dari Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Sosial. Penghjargaan ini diberikan kepada orang atau pihak yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata dalam pelaksanaan program kesejahteraan sosial di Kota Denpasar.

Baca Selengkapnya icon click

Spot Kuliner Asia Berkonsep Artisan Ada di Pererenan

balitribune.co.id | Mangupura - Pererenan di Kabupaten Badung merupakan kawasan yang terkenal dengan denyut kreativitas dan dunia kuliner yang terus berkembang. Seperti kehadiran salah satu restoran yang menawarkan kehangatan bao, restoran ini hadir sebagai destinasi kuliner berkonsep artisan. Dimana harmoni proses pembuatan, keahlian dan cita rasa berpadu yang diharapkan dapat memenuhi selera wisatawan dari berbagai negara.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Astra Honda Siap Melesat Cetak Sejarah Balap Asia Untuk Indonesia

balitribune.co.id | Jakarta – Menghadapi putaran akhir Asia Road Racing Championship (ARRC) 2025 di Chang International Circuit, Buriram, Thailand (5–7 Desember), pebalap binaan PT Astra Honda Motor (AHM) yang tergabung dalam Astra Honda Racing Team (AHRT) berpeluang mencetak sejarah balap untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.