Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Jalan Rusak, Logistik Tersendat: Menyoal Infrastruktur Batuyang yang Terabaikan

Alifizra Salsabila Putri & Nengah Widiangga Gautama, S.T., M.T.
Bali Tribune / Alifizra Salsabila Putri & Nengah Widiangga Gautama, S.T., M.T. - D-III Manajemen Logistik Politeknik Transportasi Darat Bali

balitribune.co.id | “Distribusi barang terganggu, waktu tempuh molor, biaya logistik melonjak. Jalan rusak bukan sekadar lubang di aspal, ia adalah lubang dalam sistem transportasi kita.”

“Barang terlambat, ongkos kirim naik, kendaraan rusak. Jalan berlubang bukan cuma soal kenyamanan tapi jadi masalah besar bagi semua.”
Itulah gambaran kondisi Jalan Batuyang di Kabupaten Gianyar, Bali, saat ini. Padahal, jalan ini adalah salah satu jalur penting yang setiap hari dilintasi kendaraan pengangkut barang, warga yang bekerja, bersekolah, dan beraktivitas. Sayangnya, kondisi jalannya rusak parah. Banyak lubang besar, retakan panjang, dan aspal yang sudah mengelupas. Seakan-akan tak pernah disentuh perbaikan.

Kerusakan jalan seperti ini tidak bisa dianggap remeh. Untuk kendaraan logistik, jalan rusak berarti laju kendaraan melambat, barang bisa rusak karena guncangan, dan kendaraan cepat rusak. Semua itu bikin biaya logistik melonjak dari ongkos bensin, servis kendaraan, hingga waktu yang terbuang. Ujung-ujungnya, harga barang di pasar juga bisa ikut naik.

Namun dampaknya bukan hanya ekonomi. Keselamatan juga jadi taruhan. Dalam wawancara yang dilakukan pada 12 Juli 2025, Bu Wayan (50), warga Batuyang, berkata, “Sering, bahkan pernah sampai meninggal. Kejadiannya udah lama, tapi semoga nggak terulang. Gara-gara lubang juga pernah ada yang jatuh, apalagi kalau dua motor saling salip di jalan sempit dan rusak begitu.”

Ia juga mengeluhkan macet yang sering terjadi karena jalan terlalu sempit dan rusak, sehingga kendaraan harus pelan-pelan lewat, terutama di jam sibuk. Kondisi ini bikin perjalanan jadi lebih lama dan berisiko tinggi bagi pengendara, apalagi yang naik motor

Pengawasan Infrastruktur yang Masih Lemah

Alifizra Salsabila Putri dan rekan – rekan Mahasiswa dari Program Studi D-III Manajemen Logistik di Politeknik Transportasi Darat Bali (Poltrada Bali) melakukan survei langsung di lapangan. Mereka mencatat bahwa hampir semua bagian Jalan Batuyang berada dalam kondisi “buruk” hingga “sangat buruk”. Banyak ditemukan lubang besar, retakan seperti sisik buaya, permukaan bergelombang, dan aspal yang sudah hancur. Artinya, bukan cuma perasaan warga saja yang bilang jalan ini rusak, data dan bukti nyatanya juga ada.

Sayangnya, meskipun kerusakan sudah jelas terlihat, perbaikan jalan seringkali lambat. Banyak daerah belum punya sistem pemantauan yang aktif. Padahal, di zaman sekarang, laporan masyarakat bisa dilakukan lewat aplikasi di ponsel. Dengan begitu, dinas terkait bisa cepat tahu dan langsung tanggap. Tapi di lapangan, sistem seperti ini masih jarang digunakan secara serius.

Seharusnya, pengawasan jalan tidak cuma mengandalkan laporan resmi dari atas. Masyarakat yang setiap hari menggunakan jalan, seperti sopir, pelajar, dan warga sekitar justru bisa jadi mata dan telinga pertama. Kalau mereka dilibatkan, kerusakan bisa cepat diketahui dan dilaporkan.

Data Sudah Ada, Tapi Apakah Didengar?

Ironisnya, data kerusakan jalan seperti yang dikumpulkan oleh mahasiswa seringkali hanya menjadi arsip tidak langsung ditindaklanjuti. Padahal, data itu bisa jadi acuan penting untuk menentukan jalan mana yang harus diperbaiki duluan. Kalau data benar-benar dipakai, anggaran perbaikan bisa lebih tepat sasaran. Jalan yang paling rusak bisa ditangani duluan, bukan malah yang dekat pusat kota atau hanya karena kepentingan proyek.

Lebih baik lagi jika pemerintah mulai menerapkan sistem perawatan rutin daripada menunggu rusak parah baru diperbaiki. Karena biaya perbaikan jalan yang sudah hancur jauh lebih mahal dibanding sekadar tambal dan rawat secara berkala.

Rekomendasi Solusi Kolaboratif

Untuk mengatasi masalah jalan rusak seperti di Batuyang, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah menjadikan data lapangan sebagai dasar utama dalam menentukan prioritas perbaikan. Pemerintah daerah seharusnya tidak lagi mengandalkan perkiraan atau pertimbangan politis semata, tetapi fokus pada kondisi riil yang telah teridentifikasi. Dengan begitu, keputusan perbaikan akan lebih tepat sasaran dan efisien. Selain itu, penting juga untuk mulai menerapkan sistem perawatan jalan yang terjadwal dan bersifat pencegahan. Jalan tidak perlu menunggu rusak parah untuk diperbaiki. Jika sejak awal sudah ada jadwal perawatan rutin berdasarkan intensitas lalu lintas, beban kendaraan, dan kondisi cuaca, maka usia jalan bisa diperpanjang tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk perbaikan total.

Tak kalah penting, pelibatan masyarakat dalam pengawasan kondisi jalan juga harus digalakkan. Warga dan pengguna jalan seperti sopir angkutan, pelajar, hingga pedagang adalah pihak yang paling tahu dan paling cepat merasakan dampaknya. Jika mereka diberi ruang dan alat untuk melaporkan kondisi jalan, seperti melalui aplikasi sederhana di ponsel, maka perbaikan bisa dilakukan lebih cepat dan lebih merata. Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat inilah yang akan membuat sistem pengawasan jalan menjadi lebih tanggap, murah, dan berkelanjutan.

Jangan Anggap Jalan Lokal Masalah Kecil

Jalan Batuyang hanya salah satu contoh. Masih banyak jalan lokal di Indonesia yang punya masalah serupa: rusak, tidak diawasi, dan lambat diperbaiki. Padahal, jalan-jalan kecil inilah yang menjadi urat nadi logistik nasional. Truk yang mengantar beras, sembako, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya semuanya berawal dari jalan kecil seperti ini. Kalau kita ingin sistem transportasi dan logistik kita berjalan lancar, perhatian terhadap infrastruktur lokal harus jadi prioritas, bukan sekadar wacana.

Jalan rusak adalah cermin dari perhatian kita pada rakyat. Jika jalan diperbaiki, bukan hanya kendaraan yang melaju lebih lancar, tapi kehidupan masyarakat pun ikut bergerak lebih baik.

wartawan
Alifizra Salsabila Putri & Nengah Widiangga Gautama, S.T., M.T.
Category

Astra Motor Racing Team Raih Podium di Tiga Kelas Mandalika Racing Series

balitribune.co.id | Mandalika - Berlokasi di sirkuit Mandalika International, Lombok tim Astra Motor Racing Team di bawah naungan Astra Motor kembali raih podium di tiga kelas berbeda gelaran Mandalika Racing Series (MRS) ronde ke tiga pada 16-17 Agustus 2025.

Turun di kelas kejurnas yaitu NS250cc, NS150cc dan Junior NS150cc dengan menggunakan motor Honda CBR 250RR dan Honda CBR 150R.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Di Badung, Dagang Nasi Jinggo dan Be Genyol Juga Didata Petugas Pajak

balitribune.co.id | Mangupura - Belum selesai protes-protes soal kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang dianggap bombastis. Kini sejumlah pedagang nasi jinggo dan be genyol di wilayah Kecamatan Mengwi, Badung mengaku resah.

Pasalnya, usaha kecil mereka belakangan didatangi oleh petugas pajak bentukan Pemkab Badung. Pelaku UMKM inipun mengaku khawatir usaha mereka bakal dipajaki.

Baca Selengkapnya icon click

Buleleng Festival Kedepankan Sinergi Seni Budaya, UMKM, Digitalisasi, dan Pembangunan Hijau

balitribune.co.id | Singaraja - Buleleng Festival (Bulfest) 2025 kembali digelar dengan nuansa baru yang mengedepankan sinergi seni budaya, pemberdayaan UMKM, transformasi digital, serta konsep pembangunan hijau dan berkelanjutan. Festival ikonik Kabupaten Buleleng ini tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga wadah besar untuk menggerakkan potensi lokal sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Amed Jukung Race, Perhelatan Perahu Layar Tradisional yang Memikat

balitribune.co.id | Amlapura - Selain terkenal dengan keindahan alam bawah laut dan pantainya yang berada di bawah lembah, nelayan di Pantai Amed, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, juga memiliki event tahunan yakni Amed Jukung Race. Lomba perahu layar tradisional yang digelar setiap hari kemerdekaan RI ini menjadi event yang paling dinanti wisatawan asing.

Baca Selengkapnya icon click

Pura Puseh Desa Adat Dadia di Babahan Kemalingan, Ribuan Uang Kepeng Raib

balitribune.co.id | Tabanan – Pura Puseh Desa Adat Dadia di Banjar Dadia, Desa Babahan, Kecamatan Penebel kemalingan. Ribuan pis bolong atau uang kepeng yang ada di pura itu raib.

Peristiwa ini diketahui pada Rabu (20/8) siang. Saat itu, prajuru desa adat dan Pura Puseh sedang melakukan persiapan upacara Sri Rambut Sedana.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.