BALI TRIBUNE - Sebelas desa wisata yang ada di Kabupaten Badung akan ditata ulang oleh pemerintah setempat. Pasalnya, 11 desa wisata ini sama sekali tidak ada kegiatan alias mati suri selama ini.
Padahal, desa wisata ini dibangun untuk pemerataan “kue” pariwisata antara Badung selatan dan Badung utara. “Bangkrutnya” 11 desa wisata ini sontak saja gemerincing dolar hanya jatuh di wilayah selatan.
Badung selatan yang selama ini menjadi pusat pariwisata akan digeser dengan menjadikan Badung utara sebagai pengembangan Desa Wisata. “Desa wisata ini akan menjadi motor pengerak pariwisata di wilayah utara,” kata Kepala Disparda Badung Made Badra, Kamis (11/5).
Pihaknya juga mengaku telah menggelar pertemuan dengan 35 stakeholder desa wisata. Meliputi pengelola Desa Wisata itu sendiri, PHRI, Badan Promosi Wisata Daerah (PHRI), serta melibatkan ASITA. Dalam pertemuan tersebut diperoleh berbagai kendala yang dihadapi pengelola Desa Wisata, serta banyak masukan untuk pengembangan Desa Wisata.
“Dalam konsep yang sedang kita matangkan ini, kita akan membagi Desa Wisata menjadi tiga kawasan.
Pertama kawasan Petang dengan titik poinnya di Puri Carangsari dengan Tugek Housenya, kemudian kawasan Abiansemal yang titik poinnya di Puri Bongkasa, serta kawasan Mengwi yang dengan Pura Taman Ayun-nya,” jelas Badra.
Ia juga tak menutup kemungkinan jumlah desa wisata yang kini ada 11 bisa bertambah, dalam bentuk desa penyangga.
“Kita juga akan memakai konsep tiket terusan, artinya satu tiket untuk mengunjungi sejumlah kawasan, tidak seperti sekarang dengan tiket parsial,” terangnya sembari menyatakan dengan tiket terusan ini memungkinkan wisatawan akan berkunjung selama dua hari di Desa Wisata.
“Sehingga peluang wisatawan menginap di kawasan Desa Wisata akan semakin besar,” imbuhnya.