BALI TRIBUNE - Hingga saat ini erupsi Gunung Agung masih berlangsung, dan bahkan sejak beberapa hari terakhir gempa tremor overscale terus terjadi. Kasubid Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, PVMBG Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, Jumat (1/12) menyebut dengan adanya gempa tremor yang terjadi sejak tiga hari lalu, ada kecendrungan erupsi masih terus berlangsung.
“Tanggal 21 November itu erupsi pembuka, tanggal 25 November mulai bertransisi dari erupsi freatik ke erupsi magmatik, dan sampai sat ini aktivitas erupsi masih terus berlangsung,” ungkapnya.
Walaupun sinyal tremor itu rendah namun saat ini masih tergolong tinggi. Artinya walaupun saat tremor itu dalam kondisi rendah dengan amplitudo 1-3 milimeter, namun pihaknya masih mengamati adanya emisi abu ke udara.
“Artinya erupsi ini berlangsung relatif menerus. Dan kalau melihat data dari satelit kita melihat adanya pertumbuhan lava di dalam kawah Gunung Agung dan pertumbuhan ini masih terus berlangsung,” sebutnya.
Lantas dari data yang ada, apakah perkiraan letusan Gunung Agung sekarang akan melebihi letusan tahun 1963? Kalau besarnya letusan kata Devy, tidak bisa secara pasti ditentukan apakah nantinya lebih besar atau lebih kecil dari tahun 1963. “Tapi kita sudah menyampaikan di evaluasi kita, bahwa potensi erupsi itu masih besar saat ini. Artinya kita masih terus mengikuti perkembangan data seperti apa, dan kita melakukan asesmen-asesmen untuk mengestimasi seluas apa ancaman bahayanya,” ulasnya.
Dia mengatakan dengan adanya gempa berkekuatan 3.1 SR, beberapa waktu lalu, mengindikasikan masih adanya suplai magma ke permukaan. Ini bisa dilihat dari meningkatnya aktivitas di kawah Gunung Agung.
Sepertiga Kawah
Sementara Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, I Gede Suantika, mengatakan PVMBG memperkirakan sepertiga kawah Gunung Agung dengan luas diameter 900 meter dan kedalaman 200 meter sudah terisi material lava vulkanik.
"Ini kami hitung berdasarkan hasil pemantauan citra satelit Himawari data perekaman seismik, deformasi dan geokimia," kata, I Gede Suantika, di Posko Pemantauan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Jumat (1/12).
Ia menerangkan, terisinya lava di lantai kawah Gunung Agung karena adanya dorongan magma yang terus keluar, sehingga sering terlihat cahaya merah (glow) yang terpancar dari asap yang keluar dari gunung setinggi 3.142 mdpl. "Ini juga mengindikasikan magma di kawah masih sangat panas," ujarnya.
Hingga saat ini pihaknya masih merekam aktivitas gempa vulkanik, yang mengindikasikan laju lava yang rata-rata pergerakannya masih stabil. Ia menambahkan saat ini kondisi gunung masih dalam fase kritis.
Meskipun kondisi asap vulkanik Gunung Agung sudah sedikit berkurang dengan ketinggian 1.500-2.000 meter dari puncak kawah, namun kata Suantika, potensi erupsi masih tetap ada.
"Gunung Agung masih dalam status awas (level IV), sehingga tidak boleh ada aktivitas apapun di radius 8 kilometer (km) dengan perluasan sektoral 10 kilometer di sisi arah utara, timur laut dan tenggara, selatan, barat daya," ujarnya.
Dengan adanya lava di kawah, pihaknya akan terus memantau perkembangan dengan data-data yang lebih akurat, hingga Gunung Agung dapat dikatakan sudah pulih sepenuhnya. "Walaupun sekarang relatif menurun, kita tidak bisa menilai Gunung Agung sudah mereda sepenuhnya," tegas Suantika.
Hingga saat ini cuaca di Pos Pantau Gunung Api Agung, Desa Rendang tampak cerah. Namun, Gunung Agung sudah mulai ditutupi awan putih, sehingga tidak terlalu terlihat jelas. Pada pagi hari, sempat terlihat asap berwanah putih kelabu keluar dari kawah Gunung Agung dengan arah tenggara.