Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Mengenal Banten Byakala Sebagai Sarana Pembersihan Upakara

Bali Tribune/ Banten Byakala
balitribune.co.id | Singaraja - Aktivitas keagamaan umat Hindu di Bali identik dengan persembahan atau kerap disebut banten. Adapun bentuk dan peruntukkan banten disesuaikan dengan tingkat persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa,red).
 
Dan, sebelum menghaturkan persembahan dimaksud umat Hindu akan melaksanakan ritual perbersihan atau penyucian atas persembahannya tersebut mempergunakan sarana berupa banten Byakala. 
 
Inti dari Banten Byakala terdiri dari, alasnya berupa ayakan atau dalam bahasa Bali disebut sidi. Sidi atau ayakan dalam keseharian kita digunakan sebagai saringan. Adapun makna yang terkandung dalam penggunaan Sidi adalah menjaring wujud yang kasar menjadi wujud yang halus, dalam hal ini untuk meningkatkan sifat-sifat Butha Kala dari yang kasar menjadi halus untuk membantu manusia dalam menangani berbagai pekerjaan dalam rangka beryajna.
 
Kemudian diatas sidi diletakkan kulit  Sesayut  atau Aled berbentuk bundar yang terbuat dari slepan (daun kelapa yang berwarna hijau tua,red). Ini melambangkan hidup di dunia sekala ini diusahakan dengan cara bertahap dengan rencana yg matang menuju tujuan yang semakin baik.
 
Kulit sesayut atau Sesayut bermakna kerahayuan sehingga terlihat jelas bahwa tujuan dari banten byakala ini adalah merubah keadaan dari yang kurang baik menjadi baik.
 
Selanjutnya banten Byakala berisikan Kulit Peras yang terbuat dari daun pandan berduri (Pandan Wong). Dalam lontar Yajna Prakerti, peras berarti prasidha yang berarti kesuksesan mengendalikan Tri Guna. Dengan mengendalikan Tri Guna di Bhuvana Alit dan Bhuvana Agung diyakini dapat menghilangkan segala kekotoran baik dalam alam nyata maupun alam niskala. Sedangkan Kulit peras dari Pandan Wong adalah lambang  senjata untuk melindungi kebenaran yg diperjuangkan oleh manusia.
 
Berikutnya dalam banten Byakala terdapat Nasi Metajuh dan Nasi Metimpuh. Nasi metajuh dan matimpuh terdiri dari nasi yang berisi garam dan lauk pauk lainnya lalu dibungkus dengan daun pisang dengan dibentuk sedemikian menjadi berbentuk segiempat (matajuh) dan bentuk segitiga (matimpuh).
 
Nasi beserta garam dan lauk-pauknya bermakna alam beserta isinya. Sedangkan dibungkus dengan daun bermakna bahwa alam beserta isinya wajib dilindungi dari pengaruh Buthakala. 
Nasi Metimpuh dan nasi metajuh merupakan simbol laki dan perempuan. Artinya kedua-duanya harus mendapat perlindungan dari pengaruh Buthakala.
 
Berbeda dengan Lis senjata pada Prayascita, Lis pada banten Byakala mempergunakan Lis Bebuu yang terdiri dari tangga menek, tangga tuwun, jan sesapi, ancak bingin, alang-alang, tipat pusuh, tipat tulud, basing wayah, basing nguda, tampak, tipat lelasan, tipat lepas, tipat kukur dll lalu dibungkus dan dijadikan satu dengan jejahitan yg bernama “takep jit” dan diikat menjadi satu. Kesemuanya itu bermakna menghilangkan Dasa Mala atau sepuluh macam perbuatan kotor yang tidak layak dilakukan. 
 
Lanjut, banten Byakala berisikan Sampyan Padma berikut Pembersihan Payasan serta isuh-isuh. Sampyan Padma yang merupakan simbol Dewa Siwa sebagai pembasmi yang bersifat negative.  Sedangkan Pabersihan Payasan serta satu takir isuh-isuh ( sapu lidi-tulud sambuk-danyuh dan satu takir benang merah) merupakan simbol sarana untuk membersihkan Bhuvana alit dan Bhuvana Agung.
 
Pada sisi paling atas banten Byakala terdapat Sampyan Nagasari yang dibuat dari Daun Endong merah dilengkapi dengan bunga, kembang rampe dan porosan. Kata Nagasari diambil dari bahasa Sansekerta, Naga dan Sari. 
 
Naga bisa diartikan sebagai ular, bisa pula diartikan sebagai Bumi, sedangkan Sari berarti inti yang paling utama. Jadi nagasari melambangkan prosesi penyucian inti dari Bhuvana Alit dan Bhuvana Agung.
 
Khusus untuk banten Byakala, kesemuanya (alas hingga jenis jejahitan) dibuat dari slepan yang berwarna hijau tua dan Nagasari yang terbuat dari daun endong berwarna Merah tua. Kedua warna ini dikonotasikan sebagai simbol kegelapan (awidya) dan kekotoran. 
 
Jika menyimak uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa, sebagai sarana yadnya, banten tidaklah sebatas sarana belaka. Segala sesuatu pada banten atau lebih dikenal sebagai ¬eteh-eteh banten memiliki makna yang terkadang kerap diabaikan oleh umat .
 
Di era milineal ini bukanlah saat yang tepat lagi untuk  tidak berani mengupas makna yang terkandung dalam setiap aktivitas ritual Hindu. Jika tidak, maka selamanya kita akan terbelenggu oleh pola pikir ‘nak mule keto’. (*** disadur dari berbagai sumber***) (u)
wartawan
I Wayan Sudarma
Category

Buleleng Ajukan Ranperda Tentang Penyertaan Modal Kepada BPD Bali

balitribune.co.id | Singaraja – DPRD Buleleng menggelar Sidang Paripurna dengan agenda Penyampaian Penjelasan Bupati atas Ranperda tentang Penyertaan Modal Daerah kepada PT Bank BPD Bali, Ranperda tentang Perseroan Terbatas (PT) Bank Perekonomian Rakyat Bank Buleleng 45 (Perseroda) dan Ranperda tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase, pada Senin (17/3). 

Baca Selengkapnya icon click

Walikota Jaya Negara Tegaskan Kampung Kuliner Serangan Siap Beroperasi, Tunggu Penetapan UMKM Oleh Desa Adat Selaku Pengelola

balitribune.co.id | Denpasar - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara menegaskan bahwa Kampung Kuliner Serangan yang berlokasi di Kawasan Lapangan Wayan Bulit, Kelurahan Serangan siap beroperasi. Hanya saja, peresmian operasional sentra UMKM Kuliner yang dibangun menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) ini menunggu keputusan Desa Adat Serangan selaku pengelola, berkaitan dengan UMKM yang akan mengisi.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Ketua DPRD Anom Gumanti Dukung Bawaslu Badung, Canangkan Program Pendidikan Politik dan Kampung Netralitas

balitribune.co.id | Mangupura - Ketua DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti menerima audiensi jajaran Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Badung bertempat di ruang kerjanya, Senin (17/3). Dalam pertemuan tersebut, Bawaslu Badung menyampaikan rencana program Pendidikan Politik dan Kampung Netralitas guna memperkuat kesadaran politik masyarakat serta menjaga netralitas dalam Pemilu dan Pilkada mendatang.

Baca Selengkapnya icon click

Walikota Jaya Negara Tinjau Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis

balitribune.co.id | Denpasar - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, bersama Dandim 1611/Badung, Letkol Inf. I Putu Tangkas Wiratawan,S.I.P.,  meninjau langsung pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Denpasar pada, Senin (17/3) di SMPN 1 Denpasar.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Ketua DPRD Badung Ikuti Zoom Meeting dengan KPK RI, Bahas Pokok Pikiran Dewan dan Tata Kelola Pemerintahan

balitribune.co.id | Mangupura - Ketua DPRD Badung, I Gusti Anom Gumanti, Senin (17/3) menghadiri zoom meeting yang diselenggarakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI. Pertemuan tersebut membahas berbagai aspek terkait pokok-pokok pikiran (Pokir) dewan serta tata kelola pemerintahan yang baik dan transparan.  

Baca Selengkapnya icon click

Tanggapi Polemik Bantuan Rp 2 Juta per KK, Ketua DPRD Badung Minta Masyarakat Bersabar

balitribune.co.id | Mangupura - Polemik program bantuan Rp 2 juta per kepala keluarga (KK) ditanggapi serius oleh Ketua DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti. Politisi PDIP yang menjadi Ketua Tim Pemenangan Adicipta pada Pilkada Badung 2024 ini meminta masyarakat Badung supaya bersabar dan memberikan kesempatan kepada Bupati dan Wakil Bupati Badung untuk merealisasikan visi misi dan janji kampanyenya.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.