Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Merevitalisasi Nilai-Nilai Siwalatri dalam Kehidupan

Bali Tribune / I Komang Warsa - Kepala SMA N 1 Tembuku dan Bendesa Adat Alasngandang

balitribune.co.id | Hari suci Siwalatri memang memiliki makna yang sangat mendalam sehingga menawarkan kepada penikmat dan penekun spirit sastra untuk bahan renungan yang tidak pernah habis untuk dikupas. Sastra memiliki taksu daya spirit yang tinggi jika dikonekkan dengan ajaran kesucian sehingga melahirkan sastra spiritual sebagai aspek religiusitas manusia. Misalnya cerita Lubdaka, cerita Bagus Diarsa bahkan masih banyak cerita - cerita lain yang memiliki spirit yang tinggi dalam menanamkan nilai-nilai spirit kesadaran karmayoga. Kedua alur cerita Lubdaka dan Bagus Diarsa adalah mengajarkan bentuk ke-Siwa-an dan kesadaran alam manusia tentang purwakarma. Cerita Lubdaka yang sampai saat ini sarat makna kehidupan tidak pernah kering untuk selalu diulas dipakai peranti rembug sastra dan menawarkan banyak nilai-nilai kehidupan bagi umat manusia, memang hal yang sungguh luar biasa.

Siwalatri atau Melek suci semalam (malam siwa) untuk tidak tidur “atutur“ merupakan salah satu bentuk kesadaran manusia agar tidak tidur (melek) karena orang terlalu nyenyak tidurnya “aturu” adalah orang yang terbelenggu oleh obyek indrianya. Melek bermakna terjaga dan terjaga kesadaran akan hakikat jati diri dalam konteks kehidupan yang serba gelisah, serba resah dan hanya kekuatan keyakinan bisa berserah tanpa melupakan usaha menjaga bhuana ini.”Yan matutur ikang atma ri jatinya, irika ta yan alilang, sang atma juga humidepa sakasukha dukha ning sarira” bila sang atma sadar akan jati dirinya, pikiran menjadi suci dan hening, karena atmalah yang merasakan suka duka dalam diri. Konsep ajaran Siwalatri yang dikemas dalam bentuk cerita dengan kekuatan taksu daya spiritual mengandung makna malam siwa untuk memaafkan dan menemukan kesadaran diri. Hakikat kesadaran adalah menghindari kepapaan dan kelupaan.  Lupa dan papa itulah kata kunci yang patut kita renungkan saat malam siwa (Siwalatri) untuk merajut kesadaran tertinggi dan bukan sekadar begadang beramai-ramai tanpa kendali oleh kekuatan pikiran. Bahwa pikiran yang teguh yang tidak tergoyahkan oleh ke-papa-an dan tujuh kegelapan diri (Sapta Temira) merupakan kesaktian paling puncak “ika darma dening idep pageh nerus”. Jika sampai ke pucak kesaktian oleh kendali pikiran maka semua musuh menjadi sahabat “ Saluiring satrunta pada bakti ring awakta”. Dan ketika hal itu terjadi maka hidup menjadi sakti dan damai.

Setiap sore pada pangelong ke 14 saat malam bertambah malam dan semakin malam, semakin gelap saat akan menuju  bulan penuh gelap bertambah gelap dalam satu kegelapan malam yang disebut bulan mati (tilem). Gelap di antara yang paling gelap dalam satu tahun yakni tilem pada sasih kepitu yang dinamakan momentum Siwalatri. Siwalatri bertepatan pada tilem sasih kepitu. Jika ditelaah secara semiotik untuk sebuah bahan renungan sebagai titik balik untuk membedah kegelapan diri yang berjumlah tujuh (pepitu) sebagai simbol tujuh kegelapan diri yang disebut sapta temira. Sapta temira adalah tujuh sifat seseorang yang terkadang dalam pikirannya jika tidak dikendalikan oleh jnana wiweka akan menjadi gelap, yakni : pertama gelap karena wajah yang tampan, gelap karena  kekayaan, gelap karena kepinteran, gelap karena kasta, gelap karena usia muda dan gelap karena keberanian. Tujuh kegelapan tersebut jika tidak dikelola dengan pikiran yang baik menyebabkan butanya kesadaran dan akan melahirkan kesombongan dan keangkuhan. Tujuh sifat kegelapan diri saat Siwalatri sebagai momentum untuk dikontemplasikan menuju ke alam kesadaran diri “ Amuter Tutur Pinahayu, Matutur ikang atma ring jatinya” kesadaran sang atma akan jati diri. tutur berarti ingat, ingat berarti eling, eling berarti sadar. Eling ring sejroning swadarma berarti sadar akan kewajiban yang mesti dilakukan  sebagai bentuk tugas “nihanta kuru karma tvam” bekerjalah sesuai dengan kewajibanmu karena bekerja lebih baik daripada diam. Semua itu akan merupakan jalan membuka pintu kesadaran bahwa kebenaranlah kekuatan bukan kekuatan itu kebenaran.

Tokoh seorang Lubdaka yang diceritakan  sebagai pemburu dan disimbolkan sebagai dualitas tokoh sebagai tokoh yang antagonis dan protagonis, yakni sebagai pembunuh (himsa karma) dan di satu sisi adalah yang dimaafkan karena ketekunannya dalam memburu kesadaran. Lubdaka seorang pemburu binatang atau Sattwa. Sattwa berasal dari dua suku kata sat yang berarti mulia dan twa yang bermakna sifat. Sejatinya seorang Lubdaka adalah seorang pemburu sifat-sifat kemuliaan sehingga jika analisis secara spirit sastra rilegi bahwa tokoh Lubdaka  adalah seorang tokoh yang mulia dan tokoh penuh kesadaran sehingga dari tokoh antagonis menjadi tokoh protagonis  yang mendapat anugrah dari Betara Siwa. Tafsir sastra dari dualitas  peran tokoh yang mempuni dari seorang Lubdaka. Pergulatan alur penokohan membawa beribu tafsir nilai kemanusiaan yang didasarkan pada nilai dan titik spirit religi yang membawa misi keyakinan. Sastra juga memiliki misi untuk memanusiakan manusia menjadi manusia yang manusiawi baik itu cerita profan atau religius. Orang yang tidak mempuni sastra menjadikan hidupnya tidak lengkap ibarat Lubdaka terkatung katung dalam hutan rimba yang tidak pernah mendapat buruan dan hampa. Semua alur cerita Lubdaka dimaknai secara rasa dan keteguhan iman sehingga cerita melahirkan taksu daya spiritual.

Rasa adalah dasar beragama dan agama sebagai rambu-rambu untuk berbuat yang tepat. Dari rasa, agama, dan budi yang tepat “rasagamabuditepet” melahirkan Satyam, Siwam, Sundharam (Kebenaran, Kebajikan, Keindahan). Pilar kasih dan keindahan bagian ramuan kehidupan untuk menuju kedamaian yang sejati. Temukan Tuhan dalam diri sebagai bentuk kesadaran, menjadilah dirimu sendiri karena menjadi dirimu sendiri lebih mulia dibandingkan menjadi bayang-bayang orang lain. Menemukan Tuhan dalam diri sejatinya menyadari hakikat jiwa yang menghidupkan tubuh. Menemukan kejatian diri menuju sebuah kedamaian. Damai dalam diri, damai dalam alam dunia merupakan kedamaian dua dunia, dunia makro "bhuana agung" dan dunia mikro "bhuana alit". Rasa beragama dilandasi budi manah yang tepat dan benar.

Orang yang memilih agama sebagai bentuk kesadaran dalam ketidakberdayaan diri sehingga berserah diri terhadap Tuhan. Tuhan maha segalanya, manusia dalam keterbatasan dari kesadaran itu maka lahirlah moralitas keagamaan. Orang-orang menyadari ketidakberdayaan dalam kesendirian sebagai makhluk sosial, dalam kesadaran itu manusia memiliki moralitas sosial. Keegoan diri bagian dari amoralitas. Mata air kesadaran adalah kemengertian di antara dualitas kutub benar-salah atau baik-buruk. Kebersekatan antara keduanya ada titik penyadaran diri untuk menemukan titik kebenaran sebagai mata air kebaikan yang sepatutnya. Kebenaran akan berdiri tegak di tengah badai yang mengoyak , keserakahan dan ketakaburan hanya bisa dilawan dengan api suci “kesadaran” sebagai momentum terbaik membangkitkan kesadaran “atutur” pada malam siwa (Siwalatri) untuk menemukan jati diri yang sejati.

wartawan
I Komang Warsa
Category

Anggota DPRD Badung Made Suwardana Hadiri Penyerahan Hadiah Lomba Ogoh-Ogoh di Desa Adat Kapal

balitribune.co.id | Mangupura - Anggota DPRD Badung I Made Suwardana memberikan apresiasi acara Caitra Pratisprada yang diselenggarakan oleh Desa Adat Kapal dan Sabha Yowana Palwa Negara Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Air Terjun Goa Rang Reng Diminati Turis Eropa

balitribune.co.id | Gianyar - Air Terjun Goa Rang Reng yang terletak di Banjar Gitgit, Desa Bakbakan Kabupaten Gianyar menjadi salah satu destinasi turis asing saat berlibur di Bali. Air terjun yang dibuka sejak 2015 lalu ini, dikelola Banjar Adat Gitgit dibawah BUMDes. Life Guard Air Terjun Goa Rang Reng, Kadek Wirata mengatakan, air terjun ini dikunjungi puluhan turis asing per harinya.

Baca Selengkapnya icon click

Berkah Arus Balik Lebaran bagi Para Porter

balitribune.co.id | Badung - Lebaran selalu menjadi momen istimewa, terutama bagi masyarakat Indonesia yang merayakannya dengan tradisi mudik. Namun, saat arus balik tiba, ada kelompok tertentu yang justru mendapatkan berkah. Seperti yang diakui para porter atau pengangkut barang bawaan penumpang bus di Terminal Tipe A Mengwi Kabupaten Badung.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Soal Siswa SMP di Buleleng Belum Bisa Baca Tulis, Sudah Ingatkan 10 Tahun Lalu

balitribune.co.id | Singaraja - Kendati Buleleng menyatakan sebagai kota pendidikan, namun potret buram dunia pendidikan Buleleng terungkap melalui pernyataan yang mengejutkan dari Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana. Dalam pernyataannya Sedana menyebut ratusan siswa pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng tidak bisa membaca disebabkan karena berbagai faktor. 

Baca Selengkapnya icon click

Perketat Pemeriksaan, Polda Bali Kerahkan K9

balitribune.co.id | Negara - Meningkatnya mobilitas masyarakat masuk Bali usai Lebaran 1446 H,  pintu masuk Pulau Dewata melalui Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana kini dijaga ketat petugas kepolisian.

Selain memeriksa identitas, personel Polda Bali  yang terlibat Ops Ketupat Agung-2025 juga memeriksa barang bawaan dan kendaraan yang melintas secara teliti dengan bantuan anjing K9.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.