
balitribune.co.id | Negara - Instansi terkait kini tengah bahu-membahu mengoptimalkan pelayanan kapal dan dermaga agar arus logistik Jawa-Bali tetap lancar, aman, dan terkendali. Setelah kapal perbantuan KMP Portlink VII yang telah lebih dulu dioperasikan, teranyar kini kembali didatangkan kapal berbobot jumbo untuk melayani penyeberangan di perairan selat Bali.
Selain keamanan dan keselamatan pelayaran, kelancaran arus penyeberangan Ketapang-Gilimanuk juga menjadi perhatian serius. Kapasitas angkut kapal kini terus dimaksimalkan dengan mempercepat proses bongkar muat dan pengaturan kapal berdasarkan jenis kendaraan. Hingga Minggu (27/7) pagi, sebanyak 26 kapal aktif melayani lintas Ketapang-Gilimanuk dengan pola 8 trip per hari. Dari jumlah tersebut, 19 kapal beroperasi di Dermaga MB (Moveable Bridge) dan 7 kapal di Dermaga LCM.
Uji sandar kapal perbantuan KMP Gading Nusantara milik PT Jembatan Nusantara, anak usaha ASDP juga telah dilakukan. Kapal ini sebelumnya melayani penyeberangan di lintasan Padang Bai-Lembar. Kapal ini mampu mengangkut 30 hingga 40 unit kendaraan campuran, atau sekitar 30 unit truk tronton jika dimaksimalkan. KMP Gading Nusantara diberangkatkan dari Tanjung Perak Surabaya sejak Sabtu, dan telah mendapat izin dari KSOP dan BPTD untuk segera diperbantukan di lintas Ketapang-Gilimanuk.
Corporate Secretary ASDP Shelvy Arifin menyatakan kondisi antrean kendaraan khususnya angkutan logistik yang akan menyeberangan ke Bali kini sudah jauh lebih terkendali dibanding akhir pekan lalu. "Pagi ini, truk-truk logistik padat mengalir ke kantong parkir Bulusan, sementara antrean menuju Pelabuhan Ketapang tercatat hanya sekitar 1,3 hingga 2 kilometer, turun signifikan dari kondisi puncak sebelumnya yang sempat menembus 30 kilometer," ungkapnya.
KMP Gading Nusantara, melengkapi layanan kapal perbantuan yang telah lebih dulu dioperasikan, yaitu KMP Portlink VII di Dermaga Bulusan. Di sisi lain, pengaturan kapal-kapal ex-LCT tetap diberlakukan sesuai ketentuan keselamatan oleh Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Kapal jenis ini hanya diperbolehkan mengangkut maksimal enam unit truk tronton, tanpa penumpang umum, serta hanya boleh dua awak kendaraan dengan life jacket selama pelayaran.
Sejalan dengan pernyataan Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Muhammad Masyhud, dalam keterangan resminya pada pekan lalu menyatakan seluruh kapal yang beroperasi telah dinyatakan laik laut, dan operasional pelabuhan berjalan normal meski dilakukan penyesuaian kapasitas angkut, pembatasan load factor pada kapal LCT merupakan langkah preventif yang kini terus dilakukan di jalur pelayaran Ketapang-Gilimanuk di perairan selat Bali demi keselamatan penyeberangan.
GM ASDP Ketapang, Yannes Kurniawan, menyatakan enam kapal di Dermaga LCM fokus melayani truk bertonase lebih dari 35 ton. "Langkah ini bertujuan agar distribusi muatan logistik dapat lebih merata dan tidak terpusat pada satu jalur operasional saja," ujarnya.
Berdasarkan penetapan jadwal kapal oleh regulator, susunan kapal di tiap dermaga yakni di Dermaga MB I terdapat KMP Prathita IV, KMP Gerbang Samudera 2, KMP Jalur Nusa, KMP Dharma Rucitra, dan KMP Trisila Bhakti I. Dermaga MB II melayani KMP Trisila Bhakti II, KMP Bontang Ekspress, KMP Gilimanuk I, KMP Jambo VIII, serta KMP Sumber Berkat II. Sedangkan di Dermaga MB III beroperasi KMP Gilimanuk II, KMP Bintang Balikpapan, KMP Dharma Ferry I, KMP Cemerlang No 55, dan KMP Trima Jaya 9.
Dermaga MB IV melayani KMP Tunu Pratama Jaya 5888, KMP Jambo X, KMP Karya Maritim II, dan KMP Swarna Cakra. Untuk Dermaga LCM, tujuh kapal yakni KMP Karya Maritim I, KMP Samudera Utama, KMP Liputan 12, KMP Agung Samudera IX, KMP Pancar Indah, KMP SMS Swakarya, dan KMP Samudera Perkasa I. “Masyarakat pengguna jasa agar terus memantau informasi terbaru, mengikuti arahan petugas di lapangan, dan tetap memprioritaskan keselamatan dalam perjalanan,” tandasnya.