
balitribune.co.id | Gianyar - Puluhan siswa kelas III SDN 2 Pejeng Kangin, Tampaksiring, tertimpa plafon jebol di ruangan kelas saat jam belajar, Senin (25/3) siang. Seorang siswa menderita luka robek di bagian kepala dan harus dilarikan ke Puskesmas terdekat. Kondisi plafon lapuk itu sejatinya sudah dimohonkan bantuan, namun hingga musibah ini terjadi belum ada tanda-tanda realisasi.
Sejumlah aparat dan orangtua siswa berdatangan ke SDN 2 Pejeng Kangin, Tampaksiring, menyusul musibah plafon jebol yang menimpa sedikitnya 21 siswa di kelas III. Saat kejadian, siswa sedang mempersiapkan pelajaran usai istirahat kedua. Tanpa dinyana, plafon yang rangkanya diduga sudah lapuk itu, tiba-tiba jebol dan menimbun semua siswa. Syukurnya hampir semua siswa dengan cepat merunduk sehingga terlindung meja bangku.
Namun naas menimpa salah satu siswa, I Ketut Agus Artayasa, yang tak sempat menghindar lantaran posisinya sedang berdiri menggeser bangku. Ketut pun harus dilarikan ke puskesmas terdekat dengan menderia robek di bagian kepala. Sementara siswa lainnya menangis histeris dan trauma atas musibah itu.
“Saya mendapat kabar saat anak saya dirawat di Puskesmas. Kepala robek di bagian atas dan sudah langsung dijarit. Saya tak habis pikir jiga, kenapa plafon yang sudah lama terlihat lapuk dan rawan jebol itu dibiarkan dan kini membahyakan keselamatan anak-anak kami,“ ungkap orang tua korban, Ni Nyoman Kerti.
Tidak hanya di ruang kelas III, kondisi plafon pada dua kelas lainnya juga mengalami pelapukan. Kepala Desa Pejeng Kangin, I Gede Purnadi Yoga menyebutkan, menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, hari itu juga dilakukan pembongkaran di kelas lainnya.
“Kondisi plafon yang sudah lapuk itu sudah berlangsung lama. Kami pun sudah pernah mengajukan permohonan rehab. Bahkan anggota legislatif sempat melakukan pemantauan. Namun belum juga ada realisasi bantuan hingga akhirnya terjadi musibah ini,” terangnya.
Agar tidak menghambat proses belajar, pihak sekolah menegaskan, jika hari Selasa (hari ini) siswa tidak diliburkan. Proses belajar akan memanfaatkan 3 kelas yang masih layak dengan sistem belajar bergantian pagi dan siang.
Pihak sekolah pun akan mendatangkan psikolog untuk membantu menghilangkan trauma siswa. Sementara para orangtua siswa berharap pemerintah segera menindaklanjuti kondisi sekolah ini. Karena akan mengusik kegiatan belajar mengajar dan membuat was-was para orangtua siswa.ata