Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Sinergitas Catur Pusat Pendidikan di Era Post-Truth

I Komang Warsa
Bali Tribune / I Komang Warsa - Kepala SMAN 1 Tembuku dan Guru Ajeg Bali

balitribune.co.id | Era post-truth seolah-olah tidak dapat dhindari. Dinamika ini tentu menjadi racun bagi dunia pendidikan untuk menemukan penawar terbaik dan menjadi kecemasan yang perlu ditindaktanjuti dengan kolaborasi berbagai pihak tidak hanya harus bertumpu pada sekolah.  Era ini, sering kali mengalahkan fakta objektif dan lebih memunculkan emosi dan pendapat pribadi dalam membentuk opini publik. Sehingga perang media acap kali terjadi sebagai panggung memperebutkan pengaruh pembenaran yang mengabaikan aspek kebenaran sejati. Krisis kepercayaan era post Truth sudah melanda berbagai aspek kehidupan dari politik, kesehatan bahkan dalam dunia pendidikan pun tidak luput dari krisis kepercayaan. Krisis ini, bersifat kompleks dan multidimensi.  Tentu hal ini  menjadi tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks untuk menyeimbangkan tiga kecerdasan, yakni intelektual, emosional dan spiritual agar melahirkan generasi cerdas berkarakter. 

Pendidikan tidak hanya bertumpu pada sekolah sebagai satu-satunya peradaban karakter. Pendidikan sangat  bergantung pada sinergitas catur pusat pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah, masyarakat, dan media. Keempat komponen itu harus harmonis menjaga marwah pendidikan agar jangan saling lempar kesalahan yang mematik krisis kepercayaan terhadap penyelenggara pendidikan.

Sayangnya, di era digital yang bergerak cepat ini, pendidikan kerap diperlakukan seperti produk instan. Era ini menjadikan marwah pendidikan kehilangan roh dan lebih mengutamakan aspek pembelajaran mengubah anak didik dari tidak tahu menjadi tahu. Roh Pendidikan mesti dikembalikan, mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.  Ketika hasil tidak sesuai harapan, sebagian masyarakat terburu-buru menyalahkan guru atau sekolah, tanpa mengajak refleksi yang lebih menyeluruh. 

Kritik mudah menyebar di media sosial, memantik emosi kolektif, dan memperbesar narasi tanpa memastikan kebenaran fakta. Media sosial menjadi panggung membuat narasi pembenaran bukan kebenaran sehingga publik termakan isu dan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap rumah peradaban (sekolah).

Padahal, dalam kerangka catur pusat pendidikan yang pertama  keluarga merupakan  pondasi pendidikan yang utama dan  pertama. Pendidikan nilai, karakter, dan motivasi belajar terbentuk pertama kali di rumah pendidikan “keluarga”. 

Beberapa pengalaman sebagai seorang guru bahwa anak didik yang sering bermasalah di sekolah kebanyakan karena di keluarga broken home. Sekeras dan sedisiplin apapun sekolah dan guru mengambil peran jika keluarga melepas tanggung jawab mustahil keberhasilan seorang anak sesuai dengan harapan kita semua.  

Sekolah berperan mengembangkan kompetensi akademik dan sosial, namun keberhasilannya sangat bergantung pada pondasi pendidikan yang dibangun keluarga. Terus bagaimana dengan masyarakat? Masyarakat menciptakan ekosistem sosial yang membentuk pola pikir dan perilaku anak dan terkadang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan masyarakat. Akan tetapi, masyarakat pun harus juga mengambil peran positif keterlibatan terhadap harapan baik pendidikan kita misalnya sinergitas sekolah dengan komite. 

Sementara media yang memiliki kekuatan sebagai penyebar informasi dan memperluas literasi agar memberikan konsumsi yang obyektif dan mengedepankan kebenaran. Karena informasi media akan cepat sekali sampai ke masyarakat sebagai opini publik. Jika media menyajikan informasi tidak benar atau menyudutkan sekolah akan  memperkeruh ruang publik dengan informasi yang dangkal dan biasa. Terkadang media sosial dipakai panggung yang tidak sehat, bilih-bilih untuk membully kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Media harus memiliki tanggung jawab moral dalam memberikan informasi yang benar dan beradab serta membangun dunia literasi komunikasi yang berekses terhadap pemartabatan pendidikan.

Di era post-truth, media kerap lebih mengutamakan sensasi ketimbang substansi. Di sisi lain, masyarakat mudah terpancing oleh narasi emosional. Akibatnya, pendidikan kerap terjebak dalam siklus saling menyalahkan, bukan saling memperbaiki. Ujung-ujungnya terjadi pro-kontra dalam membangun karakter pendidikan.

Dalam situasi ini, pendidikan perlu bertransformasi dari sekadar mengejar output akademik menjadi mendorong deep learning yang menuntut pemahaman mendalam, berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Deep learning menuntut keterlibatan aktif keempat pilar pendidikan, bukan sekadar menempatkan beban di pundak sekolah. Kebermaknaan pendidikan akan menjadi maksimal jika empat pusat pendidikan sang bersinergi bukan saling menyudutkan sebagai panggung perdebatan.

Kita tidak bisa mengharapkan lahirnya generasi pemikir kritis jika lingkungan keluarga tidak membiasakan diskusi terbuka. Kita tidak dapat menuntut anak berinovasi jika masyarakat justru mempertontonkan polarisasi tanpa toleransi. Dan kita tidak dapat berharap media mendukung pendidikan jika berita-berita yang diangkat lebih mementingkan emosi sesaat daripada fakta dan analisis yang mendalam.

Catur pusat pendidikan ibarat empat pendayung dalam satu perahu di sungai yang deras. Jika masing-masing mendayung ke arah berbeda, perjalanan tidak akan pernah sampai tujuan, bahkan berisiko karam di tengah arus zaman. Jika ada  empat penumbang dan satu penumpang loncat-loncat niscaya perahunya akan oleng bahkan bias menenggelamkan penumpang yang lain. Maka itu bersinergi satu Bahasa, satu tujuan untuk mencapai generasi emas yang berkarakter.

Maka, menjadi kebutuhan mendesak bagi kita semua untuk menguatkan sinergi empat pilar ini. Keluarga harus lebih hadir, tidak hanya fisik, melainkan juga nilai dan kasih sayang. Sekolah harus terus berinovasi dalam metode pengajaran berbasis deep learning. Masyarakat harus memperkuat budaya literasi dan toleransi. Media harus kembali mengedepankan tanggung jawab sosialnya sebagai pilar pencerdasan.

Jika seluruh unsur catur pusat ini bergerak harmonis, kita tidak hanya membangun generasi yang cerdas secara akademis, tetapi juga tahan banting di tengah gelombang informasi era post-truth. Generasi yang mampu memilah fakta dari opini, dan tetap berpijak pada nilai kebenaran dalam mengambil keputusan sehingga pada akhirnya impian Indonesia emas bukan hanya glorifikasi.

wartawan
I Komang Warsa
Category

Ketua Forum PUSPA Karangasem Laksanakan Bakti Sosial di Kecamatan Abang dan Bandem

balitribune.co.id | Amlapura - Ketua Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (PUSPA) Kabupaten Karangasem, Ny. Anggreni Pandu Prapanca Lagosa, melaksanakan kegiatan Bakti Sosial di dua wilayah, yakni Kecamatan Abang dan Kecamatan Bandem. Kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian sosial terhadap masyarakat yang membutuhkan, khususnya mereka yang mengalami keterbatasan fisik dan ekonomi.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Seminar Warisan Budaya Tak Benda, Perkuat Komitmen Menjaga Warisan Leluhur

balitribune.co.id | Semarapura - Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung, I Ketut Suadnyana mewakili Bupati Klungkung membuka kegiatan Seminar Hasil Kajian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di ruang rapat Praja Mandala, Kantor Bupati Klungkung, Selasa (11/11).

Baca Selengkapnya icon click

Gemarikan 2025 Berakhir Sukses, Tahun Depan Dinas Perikanan Badung Siapkan Ratusan Paket Olahan Ikan Lagi

balitribune.co.id | Mangupura - Dinas Perikanan Kabupaten Badung sukses melaksanakan kegiatan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) tahun 2025 yang menyasar masyarakat berpotensi stunting, ibu hamil, dan balita di sepuluh desa se-Kabupaten Badung.  Kegiatan terakhir dilaksanakan di Balai Serba Guna Banjar Cabe, Desa Darmasaba, Kecamatan Abiansemal, pada Selasa (11/11).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Turnamen Mini Soccer Antar OPD Pemkab Badung Tim Gabungan Disdikpora, Disbud, Dispar Raih Juara I

balitribune.co.id | Mangupura - Turnamen Mini Soccer Antar OPD Pemkab Badung memeriahkan HUT Ke-16 Kota Mangupura resmi berakhir setelah melalui rangkaian pertandingan. Turnamen yang diikuti 16 Tim Gabungan OPD berlangsung dari tanggal 3 Nopember hingga partai final 11 Nopember 2025 resmi ditutup oleh Bupati Badung yang diwakili Plt.

Baca Selengkapnya icon click

Suzuki Fronx Teruji di Jalanan Padat Kota

balitribune.co.id | Denpasar - Menguji kemampuan Suzuki Fronx di jalanan padat kota Denpasar, main dealer Suzuki R 4 wilayah Bali, PT United Indobali (UIB) mengelar test drive bertajuk ‘Jalan-jalan Suzuki ‘bersama konsumen, Selasa(11/11). Melibatkan 10 konsumen pemilik Suzuki Fronx, rombongan mengawali start di UIB Teuku Umar Denpasar dan dilepas oleh Kepala Wilayah UIB Bali, Mas Hendrawan. 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.