Hari Raya Banyupinaruh, Lokasi Melukat di Pura Taman Pecampuhan Diserbu Pemedek | Bali Tribune
Bali Tribune, Senin 23 Desember 2024
Diposting : 19 March 2018 15:02
Agung Samudra - Bali Tribune
Bangli
MELUKAT - Pemedek melukat di Pura Taman Pecampuhan, Desa Pakraman Sala, Desa Abuan, Susut, Bangli, Minggu (18/3).

BALI TRIBUNE - Bertepatan dengan hari raya Banyupinaruh, beberapa tempat Melukat diserbu pemedek. Seperi tempat melukat di Pura Taman Pecampuhan, Desa Pakraman Sala, Desa Abuan, Susut, Bangli, Minggu (18/3). Sejak pukul 06.00 Wita pemedek sudah mulai berdatangan untuk melaksanakan ritual melukat, bertepatan dengan rahina Banyu Pinaruh Pemedek. Untuk  prosesi melukat  para pemedek langsung dituntun oleh Jro Mangku.

Bendesa Pakraman Sala I Ketut Kayana mengatakan, pemedek sudah mulai berdatangan sekitar pukul 06.00 wita. Berbeda dengan Banyu Pinaruh sebelumnya, pemedek yang tangkil datang lebih pagi. “Pemedek datang menyesuaikan surat edaran tentang Nyepi yang berakhir pukul 06.00 wita,” sebut Ketut Kayana.

Sementara ritual melukat dipuput oleh Jro Mangku Bale Agung, yang memang setiap harinya melayani masyarakat untuk melaksanakan penglukatan. Kemudian seperti saat ini, karena pemedek membludak seluruh jro mangku dilibatkan. “Paiketan pemangku sekitar 20 orang membantu untuk melayani pemedek. Bila pemdek masih tetap ramai hingga malam hari, jro mangku tetap melayani hingga pukul 21.00 wita malam hari.Kalau sudah sampai tengah malam mungkin pemedek yang menghaturkan sendiri,” jelasnya.

Paparnya, untuk melukat ada runtutanya, diawalai pemedek menghaturkan piuning diajeng, dengan tujuan untuk memohon kepada Ida Bhatara agar berkenan memberikan kekuatan pada air/tirta yang akan digunakan untuk melaksanakan ritual melukat, serta memohon kelacaran disetiap rangkian melukat. Seletah mapiuning dihaturkan dilanjutkan dengan proses mesiram atau mandi tiga tempat yakni pecampuhan, pesiraman dedari, gerojogan pasraman tan hana.

Sebutnya, pecampuhan merupakan pertemuan dua aliran sungai yang diyakini air kesucian melebihi air yang lainnya, serta diyakini tempat pertemuan para dewa. Pada saat di pecampuhan pemedek mengambil air dengan kedua tangan lalu air tersebut dituangkan, kemudian mengambil air lalu dibasuhkan ke wajah, kemudian mengambil air untuk keramas (membasuh rambut atau kepala), dan barulah pemedek merendam seluruh badan. “Menuangkan air, membasuh wajah, keramas dilakukan secara berulang yakni tiga kali, sedangkan untuk membasuh seluruh badan sepuasnya,” ungkap Kayana.

Setelah di pecampuhan, dilanjutkan di pesiraman dedari. Dedari diidentikan dengan kecantikan. Maka fisosofi dari membasuh badan di pesiraman dedari,  yakni pemedek tidak hanya cantik fisik namun hati juga cantik. ”Bukan berarti untuk pesiraman dedari khusus untuk perempuan tetapi juga untuk laki-laki,” jelasnya.

Kemudian gerojogan pasraman tan hana, berada sedikit didalam, pemedek harus melewati terowongan, dimana ada keyakinan bagi pasangan suami istri atau kekasih yang lewat bersama bisa menjadi pasangan yang harmonis.

Bendesa Ketut Kayana menambahkan untuk di areal gerojogan pasrman tan hana, dipercaya sebagai pasraman yang tidak kasat mata. “Hanya orang tertentu yang bisa melihat pasraman tersebut, di sana seperti perkempungan. Dan baru-baru ini baru membangun patung Dewi Saraswati yang merupakan simbol ilmu pengetahuan,” jelasnya seraya mengakan di lokasi tersebut ada sumber air yang keluar dari bawah akar pohon pula, sehingga disebut pancoran pule.

Selanjutnya pemedek memasuki tahapan berikutnya, yakni melukat di pancoran bolakan yang menyerupai kubangan, yang mana air dipercaya untuk pengobatan atau tamba. Masyarakat setempat biasa mengambil air tersebut untuk air minum. Kemudian melanjutkan melukat di tirta taman, namun sebelumnya pemedek melewati gelung kumba dan membunyikan kleneng atau lonceng. Dibunyikan kleneng tersebut sebagai tanda memohon ijin masuk ke tirta taman. Kemudian pemedek melukat di tiga tirta bungbung yang medal di sebelah selatan Pura Taman. Dilanjutkan dengan melukat dipancoran tirta pandan yang mana tirta medal dari klebutan sebelah timur Pura Taman, kemudian pancoran tirta tulak wali yang medal di sebelah utara Pura Taman serta tirta utama yang medal dari klebutan dalam goa.

Dikatakan, pada rerahinan Pura Taman Pecampuhan Sala dipadati oleh pemedek, begitu pula dengan hari libur. “Pemedek yang datang bermacam-macam, ada yang memang ingin keramaian dan pula yang ingin kesunyian. Biasanya yang suka kesunyian datangnya tengah malam,” ungkapnya.