Denpasar, Bali Tribune
Pelaksanaan yadnya yang merupakan korban suci yang dipersembahkan dengan tulus iklas sudah sewajarnya dilakukan sesuai dengan kemampuan. Terlebih dalam ajaran agama Hindu pelaksanaan yadnya telah memiliki tingkatan yaitu nista, madya dan utama. Namun fakta yang terjadi di masyarkat, masih banyak masyarakat yang melaksanakan yadnya yang tidak sesuai dengan kemampuan bahkan terkesan berlebihan.
Untuk itu perlu diberikan pemahaman kepada krama Hindu tentang hakekat yadnya yang sesungguhnya dengan melibatkan peran sulinggih mengingat sulinggih memegang peran yang penting dalam pelaksanaan yadnya di Bali. Sulinggih tidak hanya berfungsi untuk muput yadnya atau ngelokapalaseraya, tetapi juga sebagai pemimpin umat (guru loka) dalam upaya mencapai kebahagiaan rohani.
Ke depannya, Sulinggih diharapkan juga memberikan dharma wacana, dharma tula khususnya mengenai pelaksanaan yadnya dalam setiap kesempatan sehingga akan tumbuh kesadaran akan pentingnya pelaksanaan yadnya sesuai dengan kemampuan dan sastra agama. Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali, Ketut Sudikerta, saat bertemu dengan para Sulinggih kabupaten/ Kota se Bali di Rumah Jabatan Wakil Gubernur Bali Rabu (10/8).
“Ke depannya sulinggih tidak hanya muput yadnya, Sulinggih juga diharapkan memberikan pencerahan melalui dharma wacana, dharma tula yang bertujuan agar umat tidak saja cerdas secara ilmu pengetahuan tetapi juga cerdas secara rohani,” imbuhnya . Selain itu dalam pertemuan yang dihadiri oleh 24 Sulinggih perwakilan Kabupaten/ Kota se Bali ini, Wagub Sudikerta juga mengimbau agar sulinggih turut membangun srada bakti umat kepada Ida Sang Hyang widhi Wasa.
Banyaknya fenomena baik peristiwa yang disebabkan oleh alam seperti gunung meletus, banjir serta peristiwa oleh manusi itu sendiri seperti semakin maraknya kasus bunuh diri, perkelahian, pembunuhan tidak bisa lepaskan dari faktor niskala dan faktor sekala yang harus serius disikapi secara serius oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut Sudikerta masyarakat perlu diingatkan meningkatkan rasa persaudaraan, menyama braya dan menyelesaikan permasalahan dengan mengutamakan musyawarah mufakat.
Pernyataan Sudikerta ini didukung Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Tampaksiring Gianyar yang menyampaikan bahwasannya berbagai peristiwa di masyarakat seperti perkelahian antar sesama, pembunuhan serta peristiwa kekerasan lainnya mengingatkan krama untuk melakukan keseimbangan antara hal niskala dan sekala. Selain dengan melakukan upacara secara niskala, secara sekala juga harus diikuti dengan perubahan tingkah laku ke arah yang baik dan kembali kepada ajaran Tri Hita Karana untuk membina hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan, Manusia dengan manusia serta manusia dengan alam.
Menyinggung tentang pelaksanaan yadnya yang terkadang masih dilaksanakan secara berlebihan, Ida Pedanda Budha dari Griya Angkeling Karangasem menyampaikan agar kiranya diberikan penyuluhan pamargin yadnya di desa-desa adat dan dilaksanakan secara rutin sehingga nantinya masyarkat akan melaksanakan yadnya sesuai dengan sastra agama. Disisi lain Ida Peranda Rai Pidada dari Klungkung menyampaikan tentang pentingnya pariwisata budaya berbasis masyarkat.
Menurut beliau, pariwisata Bali hendaknya mengoptimalkan potensi yang dimiliki masyarkat Bali itu sendiri seperti menggunakan rumah penduduk sebagai tempat tinggal wisatawan dan menyajikan makanan tradisional Bali sehingga secara tidak langsung masyarakat Bali akan selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya dan secara otomatis juga akan dapat menggerakkan ekonomi masyarkat setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Ida Peranda Rai Pidada juga menyampaikan apresiasinya atas program pengentasan kemiskinan Pemprov Bali melalui Program Bali Mandara. Ia berharap, program ini dapat ditingkatkan lagi sehingga akan terwujud masyarakat Bali yang lebih sejahtera. Dalam rapat yang juga dihadiri oleh Staf ahli Gubernur Bali Bidang Kemasyarakatan dan SDM, Nyoman Sujaya, Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Bali, AA Gede Griya diakhiri dengan penyerahan busana untuk para Sulinggih yang hadir pada kesempatan tersebut.