Setelah 50 Tahun, Desa Adat Kesiman Kembali Adakan Karya Ngaben Massal | Bali Tribune
Diposting : 17 July 2022 19:33
M3 - Bali Tribune
Bali Tribune / PROSESI NGAJUM- Salah satu prosesi ngajum dalam rangkaian Karya Ngaben Massal Atma Wedana Maligia Punggel, Desa Adat Kesiman, Jumat (15/7) lalu.

balitribune.co.id | DenpasarSetelah kurang lebih 50 tahun, Desa Adat Kesiman kembali mengadakan Karya Ngaben Massal, Atma Wedana Maligia Punggel. Seluruh rangkaian karya tersebut dipusatkan di Setra Gandamayu, Desa Adat Kesiman.

"Karya ini terakhir dilakukan sekitar 50 tahun lalu, sebelum peristiwa 'gestok'. Tahun ini, kami dari Desa Adat sepakat untuk kembali mengadakan tradisi ini," ungkap Bendesa Adat Kesiman, I Ketut Wisna ST MM.

Ditemui Jumat (15/7), Wisna menjelaskan rangkaian Ngaben Massal diawali oleh prosesi matur piuning pada Rabu (13/7) lalu, kemudian dilanjutkan dengan ngulapin pada Kamis (14/7), dan prosesi ngajum pada Jumat tepat ketika wawancara. Sedangkan, untuk puncak Karya Ngaben Massal yakni Minggu (17/7), diakhiri dengan prosesi makelud pada Rabu (20/7) mendatang.

Dalam karya ini, imbuh Wisna peserta ngaben massal berjumlah 56 sawa dari empat setra yang ada di Desa Adat Kesiman. Sementara, untuk peserta nglangkir kurang lebih 300 orang, dengan sejumlah peserta yang berasal dari luar Desa Adat.

Setelah rentetan upacara Ngaben Massal, disusul dengan persiapan karya Atma Wedana, dengan tahap awal matur piuning pada Jumat (29/7). Beberapa rangkaian setelahnya, yaitu Meoton Segara (seperti khas pesisir Kesiman), dengan jumlah peserta mencapai 1355 orang.

Upacara Meoton Segara yang rencana dilaksanakan pada Jumat (19/8) mendatang, diawali dengan prosesi di segara atau pantai, tepatnya di Pantai Padanggalak. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi di Pura Dalem setempat, yang terletak di tepi sungai Ayung. Setelah dari Pura Dalem baru menuju Bale Agung untuk bersama melaksanakan oton.

Keesokan harinya Sabtu (20/8), dilanjutkan dengan upacara Mepandes atau potong gigi, yang pesertanya mencapai 600 orang lebih. Sedangkan puncak Karya Atma Wedana atau Mamukur akan dilaksanakan pada Jumat (26/8).

Wisna menyampaikan, adanya keseluruhan upacara ini dapat meringankan masyarakat, dengan biaya yang 'saka sidan' atau sukarela sebagai 'jatu' dari masing-masing peserta. Secara umum, sebagian besar biaya pelaksanaan berasal dari Desa Adat termasuk kontribusi LPD Desa Adat Kesiman, bantuan Pemerintah Kota, dan Pemerintah Provinsi Bali.

Masyarakat juga dirasa sangat antusias menyambut Karya ini. Dengan beberapa harapan, meminta agar Desa Adat melaksanakan upacara ini secara rutin. Karena masyarakat merasa terbantu secara pembiayaan, terlebih di tengah kondisi pandemi seperti sekarang. Dengan begitu, mereka tidak terbebani dalam niat menyempurnakan tahapan upakara terhadap leluhur atau pendahulunya.

"Semoga disetujui oleh prajuru Desa dan semua elemen, rencananya prihal karya ini akan dimuat dalam perarem (aturan desa), untuk selanjutnya diadakan berkala oleh pengurus-pengurus di masa akan datang," tandas Wisna.