I Komang Warsa
(Guru SMA Negeri 1 Rendang dan Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi Kabupaten Karangasem)
balitribune.co.id | Lukisan sejarah bangsa yang menjadi embrio tumbuhnya rasa dan jiwa nasionalisme memang sudah mencuat tahun 1928. Semangat satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa itu diikrarkan tanggal 28 Oktober 1928 yang dibalut menjadi satu tubuh yakni tubuh Indonesia dan satu jiwa yakni jiwa nasionalisme. Membangkitkan pikiran pada tubuh-tubuh dan jiwa-jiwa nasionalisme/patriotisme anak bangsa agar tidak lekang oleh ego kesukuan, ego kedaerahan, dan ego kebahasaan (Bahasa ibu/daerah). Ruatan Sumpah Pemuda sebagai momentum sejarah ini adalah pemantik pemuda Indonesia menumbuhkan kesadaran akan arti sebuah keutuhan dan persatuan. Merenungkan arti penting memaknai satu tubuh yakni tubuh Indonesia, satu jiwa, yakni jiwa nasionalisme dalam berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu, yaitu Indonesia. Tumbuhnya rasa kesadaran para pemuda tanpa memandang suku, ras dan agama melahirkan angan dan mimpi besar untuk bersatu membangun Indonesia untuk menjadi negara yang merdeka dan berdaulat untuk bangkit bersama sampai saat ini. Bhineka tunggal ika pada cengkraman kuat di kaki burung garuda sebagai ikatan tubuh Indonesia agar tidak bercerai berai dengan dasar karakter yang desebut pancasila. Indonesia tubuh kita, nasionalisme dan patriotisme adalah jiwa Indonesia yang memberikan napas kehidupan berbangsa. Indonesia ibarat tubuh manusia yang ada kaki, ada tangan, ada kepala dan yang lainnya, tentu merupakan satu kesatuan tubuh yang disebut tubuh Indonesia yang diberikan urip/jiwa atau napas yang disebut jiwa nasionalisme. Makanya jika kaki yang terluka dirasakan oleh pikiran berarti merupakan luka dari tubuh. Luka hati luka tubuh dan luka jiwa. Artinya mengganggu satu pulau berarti mengganggu Indonesia karena pulau-pulau Indonesia bagian dari organ tubuh NKRI. Satu tubuh yang dihidupkan oleh jiwa keindonesiaan untuk melahirkan angan atau imajinasi untuk memperkuat dan memajukan Indonesia. Satu kepala, satu pikiran berkontribusi untuk memajukan Indonesia agar Indonesia bangkit bersama dalam satu kekuatan “persatuan” karena kita Indonesia.
Penulis yakin bangsa yang besar dan bermartabat adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya dan mengakui torehan tinta emas Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai momentum sejarah bangsa yang terkanalkan dalam Pendidikan bangsa. Tiga butir pernyataan Sumpah Pemuda, yaitu : 1). Bertanah air satu tanah air Indonesia, 2). Berbangsa satu bangsa Indonesia, dan 3). Berbahasa satu bahasa Indonesia. Ketiga butir tersebut menjadikan kekuatan satu tubuh dan satu jiwa merajut pulau-pulau dari sabang sampai merauke untuk bangkit bersama dalam segala lini pembangunan secara pisik dan rohani. Merawat ingat dan melawan lupa akan sejarah bangsa dengan mengingat, membaca sejarah bangsa agar bertumbuh jiwa-jiwa nasionalisme, patriotisme, dan persatuan bangsa menjadi kekuatan dalam satu tubuh NKRI. Sumpah Pemuda bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan ruatan teks Proklamasi sebagai sejarah bangsa. Sumpah Pemuda merupakan momentum kebangkitan Indonesia dalam tubuh besar nusantara. Sumpah Pemuda merajut benang perbedaan menjadi sulaman persatuan sebagai marwah kebesaran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ibarat ilmu sapu lidi satu batang lidi akan mudah untuk dipatahkan dan jika menjadi satu kesatuan akan sulit untuk dipatahkan bahkan bisa dipergunakan untuk menyapu bersih rempahan-rempahan sampah pemecah persatuan dan kesatuan yang mengotori Republik Indonesia yang tercinta.
Sumpah Pemuda mengajarkan cintah tanah air, kebanggaan akan jati diri bangsa, nasionalisme patriotisme. Artinya sumpah pemuda ibarat menyayangi tubuh dan jiwa yang mengidupi tubuh manusia Indonesia. Bagaimana mencintai Indonesia seperti mencintai tubuh kita agar tetap terjaga keindahan dan kesehatannya. Tubuh Indonesia menjadi indah maka harus terawat jangan sampai terjangkit virus-virus yang melemahkan bahkan menyerang tubuh Indonesia. Ketika tubuh mengalami sakit yakin tubuh akan semakin kurus, begitu juga sebaliknya jika tubuh Indonesia mengalami sakit perpecahan yakin Indonesia akan semakin kurus, mengecil dan bahkan menjadi pil pahit seperti Majapahit yang menjadi kerajaan pailit yang tinggal menjadi pelajaran sejarah. Indonesia harus tetap ajeg, bersatu, kuat, dan bangkit bersama sepanjang waktu. Jadikan satu jiwa untuk memberikan napas Indonesia yaitu jiwa nasionalisme dan jiwa patriotisme agar Indonesia tetap bernapas sepanjang zaman sebagai implementasi beribu angan yang bergema saat 1928 yang silam. Sumpah Pemuda mengajarkan anak bangsa untuk menghargai perbedaan dan bukan fanatik terhadap perbedaan itu sendiri apalagi mengelaskan diri dari keberadaan suku, agama, atau soroh (di Bali) mengaku yang paling superior adalah pikiran yang kerdil dan terlalu naif. Kita Bersatu padu menjaga marwah Indonesia sebagai negara multiras, multiagama, multisuku, dan multibahasa. Membangun peradaban bangsa dengan pita “Bhineka tunggal ika” karena kita Indonesia.
Di samping itu, satu bahasa, yakni Bahasa Indonesia menjadi perekat tubuh Indonesia. Ketika keberagaman Indonesia terutama multibahasa daerah yang tersebar di seluruh Indonesia menjadi potensi peperpecahan dari ego penutur jika tidak hadirnya bahasa persatuan yang disebut bahasa Indonesia. Pakar lingustik memandang Indonesia sebagai raksasa sosiolinguistik dengan keragaman budaya, bahasa dengan variasi ragam bahasa yang ada. Akan tetapi, hadir dan diterimanya bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia serta diikrarkannya satu bahasa dalam janji suci yang disebut Sumpah Pemuda menjadi penyelamat bangsa dalam konteks kebahasaan. Sumpah Pemuda bagian penyelamat persatuan Indonesia dari keberagaman bahasa, keberagaman suku, agama sebagai negara kepulauan terbesar yang disekat-sekat oleh perairan laut. Mengisi ulang kenasionalisan dan jiwa patriotisme anak bangsa tanpa pernah lelah merekatkan ribuan pulau dari sabang sampai merauke. Dengan demikian bahasa Indonesia menjadi penyelamat dan peranti pemersatu suku dan ras merekatkan NKRI. Maka demikian momentum Sumpah Pemuda harus tetap digemakan untuk merawat ingat dan melawan lupa para generasi bangsa akan pentingnya persatuan dan kebersamaan untuk membangun bangsa.