BALI TRIBUNE - Akhir-akhir ini warga Indonesia berkunjung ke Negeri Sakura cenderung memilih melakukan perjalanan mandiri tanpa menggunakan jasa pemandu (guide). Tren berwisata mandiri ke Jepang ini tidak hanya dilakukan oleh kalangan muda juga keluarga. Seperti disampaikan salah seorang warga Badung, Dewa Eka Ardiantari saat liburan musim semi lalu di Tokyo, Jepang.
Dia mengaku bersama dua orang saudarinya berkunjung ke Negeri Matahari Terbit dengan pola mandiri itu dikarenakan keamanan dan mudahnya akses transportasi umum di negeri tersebut. Segala keperluan diurus sendiri mulai dari pembelian tiket pesawat, pemesanan kamar hotel melalui situs-situs booking kamar online, paspor, itinerary tempat-tempat yang akan dikunjungi, penukaran uang (Yen), namun hanya pembuatan visa diserahkan ke travel agent karena keterbatasan waktu.
"Saya juga ada kegiatan di rumah jadinya tidak sempat urus visa sendiri. Sedangkan keperluan lainnya kami urus sendiri," terangnya.
Ardiantari yang melakukan perjalanan di tiga kota yaitu Osaka, Kyoto dan Tokyo ini menghabiskan waktu selama 8 hari 7 malam. Untuk mencapai kota-kota tersebut dia mengaku menggunakan kereta super cepat Jepang (Shinkansen) dan tiketnya pun sudah dibeli di Bali sebelum berangkat ke Osaka, Jepang.
"Tiket Shinkansen yang kami beli untuk paket selama 7 hari bebas digunakan ke kota-kota di Jepang saat itu jika di Rupiahkan sekitar Rp 3,4 jutaan. Memang harus dibeli di negara kita tidak bisa dibeli di Jepang karena khusus diperuntukan untuk wisatawan saja," jelas Ardiantari.
Meski Jepang terkenal negara yang mahal untuk urusan biaya hidup terutama makanan, namun ada beberapa tempat menjual makanan murah. Seperti di stasiun-stasiun kereta biasanya harga makanan udon (mie khas Jepang) dan ramen dijual lebih murah berkisar Rp 35-50 ribu per porsi. Selain itu untuk mencapai tempat wisatanya pun cukup mudah karena lokasinya berdekatan dengan stasiun kereta. Hal itu memudahkan wisatawan untuk mendatangi destinasi-destinasi wisata di tiga kota tersebut.
Sementara itu wisatawan mandiri lainnya, Vera Christina juga menyatakan hal senada bahwa Jepang aman untuk dikunjungi tanpa menggunakan jasa pemandu. Sejumlah tempat pun dia kunjungi mulai dari tempat pedestrian, bangunan-bangunan tradisional Jepang, kuil, pusat perbelanjaan dan lainnya.
Pihaknya pun kerap bertemu dengan wisatawan dari Indonesia yang juga sama-sama melakukan perjalanan wisata mandiri. "Karena negaranya aman dan transportasi umumnya juga komplit ada kereta bawah tanah, kereta di atas tanah, bus dan bisa pakai taksi kalau punya bujet lebih. Tapi biasanya untuk wisata mandiri sebagian besar menggunakan kereta atau bus. Lumayan menghemat pengeluaran," katanya.