BALI TRIBUNE - Masyarakat, sejumlah karyawan, dan ratusan tamu undangan sempat dikagetkan oleh suara dentuman keras berupa ledakan bom “low explosive” yang sengaja diledakkan di Lapangan Puputan Badung (I Gusti Ngurah Made Agung), Denpasar, Jumat (15/12), mewarnai pelaksanaan upacara militer memperingati Hari Juang Kartika TNI AD.
Sedikitnya ada tiga bom yang diledakkan, di mana bom pertama meledak tepat pk.08.00 Wita, yang menandai seluruh pasukan bersenjata dan pasukan lainnya yang menjadi peserta upacara mulai memasuki lapangan di depan Makodam IX/Udayana. Disusul ratusan tamu undangan, termasuk Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wakapolda Bali Brigjen Polisi Alit Widana, sejumlah pejabat dari beberapa instansi terkait, serta rombongan awak media peliput.
Usai melakukan pemeriksaan barisan pasukan upacara, bertindak selaku Inspektur Upacara (Irup), Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak, SIP., MSc., intinya menegaskan sekaligus mengajak kepada seluruh elemen masyarakat di Bali Nusra untuk saling menghormati dan turut aktif menjaga keamanan. Sehingga tercipta kondusivitas wilayah di Bali Nusra yang merupakan ciri khas kebhinekaan NKRI yang tercermin mulai dari Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dengan nada bombastis, perfeksionis, dan spektakuler, Jenderal Komaruddin juga membacakan amanat Panglima Besar Jenderal Soedirman dan amanat tertulis Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Mulyono. Sesuai Keputusan Presiden RI Nomor: 163/Tahun 1999 dan Surat Keputusan Kasad Nomor: Skep/662/XII/1999, Tanggal 15 Desember ditetapkan sebagai “Hari Juang Kartika”, yaitu hari jadinya Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD).
“Hari ini (Jumat kemarin, red), tepat 72 tahun yang lalu, para pendahulu telah menorehkan catatan yang sangat penting dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia, yaitu peristiwa yang dikenal sebagai Palagan Ambarawa. Meski dengan senjata dan perlengkapan yang sangat sederhana, kesatuan-kesatuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI, bersama rakyat berhasil memenangkan pertempuran secara gemilang dan berhasil memukul mundur tentara Sekutu yang memiliki persenjataan lengkap dan kemampuan taktik serta strategi perang yang jauh lebih modern di masa itu,” katanya.
Keberhasilan tersebut tidak hanya meningkatkan moril perjuangan di wilayah Indonesia lainnya, tetapi juga memberikan dampak politis secara internasional dan dampak psikologis kepada Sekutu. Karena ternyata TNI dan rakyat Indonesia mampu menunjukkan semangat pantang menyerah dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diraih.
“Palagan Ambarawa adalah simbol kemanunggalan TNI AD dan rakyat Indonesia. Hubungan antara TNI AD dan rakyat bukanlah sebatas hubungan profesionalitas belaka. Namun lebih dari itu, TNI AD memiliki hubungan biologis dengan rakyat Indonesia, karena dilahirkan dari rakyat sehingga senantiasa membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat,” ujarnya.
Sebab kata Panglima, rakyat adalah pendukung dan penguat perjuangan TNI AD dalam setiap tugas yang diemban. Hal ini sesuai dengan makna yang tersirat dalam tema kegiatan, yaitu “Manunggal dengan Rakyat, TNI AD Kuat”.
Dilanjutkan dengan pemberian bantuan kepada sejumlah anggota Veteran. Bahkan sebelum memimpin upacara tersebut, disaksikan Gubernur Bali, Wakapolda Bali dan sejumlah tamu undangan, tepat di depan Makodam IX/Udayana, Jenderal TNI bintang dua berkumis tebal itu memberangkatkan 20 unit truk yang mengangkut sejumlah bantuan sembako senilai Rp700 juta untuk dierahkan kepada para pengungsi Gunung Agung melalui Posko Utama di Karangasem.
Demonstrasi Kolone Senapan
Peringatan Hari Juang Kartika tahun ini dimeriahkan oleh seratus peronel “Srikandi” Kodam IX/Udayana, yang terdiri dari para pengurus dan anggota Persit Kartika Chandra Kirana (KCK) yang mempertontonkan demonstrasi Kolone Senapan, asuhan Ketua Persit PD IX/Udayana, Nyonya Vera Komaruddin S.
Sebagai istri prajurit TNI AD seolah tak mau ketinggalan untuk turut terlibat dalam memperingati Hari Juang Kartika dan menunjukkan kepiawaiannya memadukan ketangkasan gaya militer dengan karya seni melalui Kolone Senapan. Dengan materi gerakan di tempat, seperti periksa kerapian, penghormatan, kosongkan senjata, periksa laras, dilanjutkan gerakan berjalan, putar senjata, dan sebagainya yang dikomandoi Ni Ketut Suarningsih (Persit KCK Rindam IX/Udayana).
Disusul demonstrasi Yong Moodo, Karate, dan Pencak Silat yang ditampailkan oleh para petarung pilihan, handal, dan profesional, sekaligus sekaligus prajurit yang berprestasi. Mereka menampilkan gerakan “yong hoobob” (pernapasan) dengan membentuk formasi dan memadukan kelembutan serta gerakan bertenaga, dengan tehnik pernafasan sehingga dapat merasakan aliran tenaga dalam yang berputar di dalam tubuh.
Dilanjutkan gerakan “son chagi” (dasar pukulan), “bhal chagi” (tendangan empat penjuru), “nakbob” (teknik jatuhan), “yong muhyo” (rangkaian teknih gerakan), “meoli nakbob” (teknik jatuh jarak jauh), “son gyeisul” (teknik kuncian terhadap lawan), “honsinsul” (aplikasi perkelahian), “geok papower” (pemecahan tingkat tinggi), baik teknik gerakan maupun pemecahan benda keras.
Sebagai puncak rangkaian kegiatan, seluruh personel yang jago beladiri tersebut melakukan demonstrasi yang sangat mendebarkan, yaitu mematahkan tumpukan berbagai jenis benda tumpul dengan kekuatan benturan kepala. Disusul dengan ledakan dua bom yang menandai berakhirnya seluruh rangkai kegiatan peringatan Hari Juang Kartika.