Berbagai Karya Inovasi Teknologi Startup Dipamerkan STMIK Primakara | Bali Tribune
Bali Tribune, Sabtu 28 Desember 2024
Diposting : 2 January 2018 20:05
Made Ari Wirasdipta - Bali Tribune
panjat
Alat panjat pohon kelapa karya Gede Eka Juliana Putra dari STMIK Primakara.

BALI TRIBUNE - Kehadiran inkubator bisnis dirasakan penting untuk memberikan pendampingan dan penguatan pengembangan startup di Bali. Menampungbaspirasi itu, STMIK Primakara Denpasar memerkan berbagai karya untuk memperkenalkan produk atau aplikasinya ke publik.

Salah satunya melalui pameran produk inovasi teknologi Inkubator Bisnis STMIK Primakara yang digelar Jumat (29/12) lalu di Kampus STMIK Primakara, Denpasar.

Pameran ini diikuti para startup atau technopreneur yang menjadi binaan Inkubator Bisnis STMIK Primakara. Sejumlah startup teknologi yang diikutkan dalam pameran ini menawarkan berbagai inovasi yang mampu menjawab berbagai permasalahan dan memudahkan berbagai pekerjaan. Misalnya produk inovasi teknologi bernama Single Use Puzzle Splint. Produk besutan Patriat Medical & Device ini merupakan bidai patah tulang yang ditujukan untuk penggunaan sekali pakai dengan harga terjangkau.

Lalu biodisel milik Yayasan Lengis Hijau, Daksa Digital Teknologi, dan NgantriGakStress.com yang merupakan aplikasi antrian untuk para dokter.

Ada juga alat inovasi teknologi lainnya yang cukup menarik yakni Ponkod yang merupakan alat bantu panjat pohon kelapa. Alat panjat pohon kelapa karya I Gede Eka Juliana Putra yang merupakan salah satu dosen di kampus ini, mengaku telah memproduksi sejak 2016 dan baru dipatenkan sebulan lalu.

Saat ini sudah 30 lebih alat bantu panjat pohon kelapa ciptaannya di buat dan telah ada di kalangan petani kelapa di Tabanan dam Karangasem.

"Dengan alat ini petani yang semula bisa panen dengan menaiki 20 pohon dalam sehari. Kini dengan alat bantu mampu hingga 50 batang pohon," aku Gede Putra di Kampus beramat di Jalan Tukad Badung, Denpasar.

Selain itu dipamerkan pula aplikasi Simade yang membantu pengelolaan data kependudukan di kelurahan atau desa serta aplikasi Kostpedia yang membantu memudahkan masyarakat dalam mencari hunia sewa seperti kos dan kontrakan.

Ketua Yayasan Primakara I Made Artana mengatakan Inkubator Bisnis STMIK Primakara menjadi semacam tempat bagi para penggiat startup khususnya dari kalangan mahasiswa untuk menjalankan bisnis secara riil di kampus. “Harapannya adalah mereka membangun bisnis sejak masih di bangku kuliah sehingga setelah tamat mereka dapat gelar dan juga punya usaha,” kata Artana.

Di tahun mendatang diharapkan semakin banyak mahasiswa STMIK Primakara yang bisa dibina di inkubator bisnis. Hal itu tentu akan semakin mengembangkan ekosistem startup dan mewujudkan visi kampus menciptakan technopreneur di kalangan mahasiswa.

“Kami akan menggalakkan kampanye untuk mencetak lebih banyak technopreneur dan mengajak semakin banyak mahasiswa agar bisa memanfaatkan pembinaan di inkubator bisnis agar mereka bisa menjalankan usahanya sejak di bangku kuliah,” ujar Artana.

Hal senada disampaikan Ketua STMIK Primakara IGBM Wiradharma. Sebagai kampus technopreneur STMIK Primakara tentu akan menguatkan inkubator bisnis sebagai wahana untuk membina para calon-calon pelaku usaha startup yang mandiri dan berdaya saing di masa depan. “Sebagai kampus technopreneur kami fokus pada upaya mencetak job creator (pencipta peluang kerja) bukan job seeker (pencari kerja). Kami ingin memperbanyak pengusaha di bidang teknologi yang mampu bersaing di tingkat global,” demikian Wiradharma.

Sementara itu Kepala Inkubator Bisnis STMIK Primakara Bagus Putu Wahyu Nirmala menambahkan pameran start up peserta inkubasi bisnis ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan lebih luas produk atau aplikasi inovasi besutan peserta kepada publik. “Ada delapan produk inovasi yang kami hadirkan dari 26 tenant yang kami bina di inkubator bisnis. Kami harapkan produk mereka bisa diterima publik dan bisa semakin dikembangkan,”pungkas Wahyu.jro