PWI Bali Dorong Pemprov Bentuk “Crisis Center” | Bali Tribune
Diposting : 6 March 2020 07:24
Bernard MB - Bali Tribune
Bali Tribune/ IGMB Dwikora Putra
Balitribune.co.id | Denpasar - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Bali, IGM Dwikora Putra mendorong Pemerintah Provinsi Bali sesegera mungkin membentuk Crisis Center atau pusat informasi terpadu terkait dengan informasi seputar wabah virus corona yang tengah menjadi sorotan global. Kehadiran pusat informasi terpadu dimaksudkan agar informasi yang keluar masuk hanya melalui satu pintu.
 
“Jadi menurut hemat saya tidak semua orang bisa memberikan keterangan, tapi cukup satu pintu informasi,” sebut Dwikora yang dihubungi melalui selulernya, Kamis (5/3) di Denpasar.
 
Lantas ia menyontohkan, Provinsi Jawa Barat, begitu ada isu tentang corona langsung membentuk pusat informasi terpadu yang melibatkan para stakeholder terkait.
 
Dwikora berpendapat, dari sisi pers mestinya lebih bijak dalam menyajikan pemberitaan, boleh saja berpegang pada data tapi alangkah baiknya jika lebih mengedepankan unsur edukatif, bukan hanya mengejar berita semata yang berujung kepanikan pada masyarakat.
 
"Fungsi pers selain memberitakan, tapi sisi edukatif sebaiknya lebih dikedepankan ketimbang hanya menelusuri suspect corona," katanya sembari menjelaskan edukatif yang dimaksud bisa saja bentuknya imbauan seperti pola hidup sehat dan sebagainya.
 
Dia mengatakan, pers juga dianggap perlu mengambil inisiatif-inisiatif agar masyarakat kita tidak sampai terjebak dalam berita yang simpang siur, yang berakibat kepanikan masyarakat.
 
"Mestinya kita mempertimbangkan dahulu, apakah berita itu layak ditayangkan atau justru akan menimbulkan keresahan, atau sebaiknya diredam," tuturnya.
 
Ia juga mengakui, simpang siurnya pemberitaan akan berdampak pada sektor pariwisata yang notabene penopang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bali.
 
"Teman-teman pers  harus menyadari bahwa kita hidup di Bali yang mengandalkan pariwisata, kalau Bali terpuruk lantas bagaimana kita. Jadi, baik pemerintah ataupun pers mesti memiliki sikap yang sama dalam menghadapi wabah virus corona," sebutnya.
 
Dwikora dengan terus terang tidak menginginkan timbul persepsi dalam masyarakat, ternyata teror media lebih ganas dari corona itu sendiri akibat pemberitaan yang kurang tepat tadi.
 
"Sebelum ada konfirmasi yang tepat dari pihak berwenang, jangan lantas memvonis seseorang positif corona. Mungkin saja yang bersangkutan memiliki gejala serupa dengan corona, tapi kan harus menunggu hasil lab terlebih dahulu," ucapnya.
 
Ia menyarankan gunakanlah kalimat-kalimat seperti diduga, suspect dengan tidak serta merta langsung memvonis bahwa seseorang terjangkit corona.
 
"Terkadang teman-teman lalai, baru masuk rumah sakit, langsung divonis corona," katanya mengingatkan hati-hati dalam membuat pemberitaan. Boleh saja pers mengoreksi penanganan corona atau memberikan masukan-masukan pada pemerintah, tapi jangan sampai pers yang justru mem-blow up kasus itu.