Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Alam Akhirnya Mengendalikan Kapitalis dan Pariwisata Massal di Bali

Bali Tribune / Wayan Windia - Penulis adalah, Guru Besar (E) di Fak. Pertanian Univ. Udayana, dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Made Sanggra di Sukawati.
balitribune.co.id | Sejak lama ada wacana tentang kekhawatiran perkembangan pariwisata massal di Bali. Termasuk Wagub Bali Cok Ace, yang ahli di bidang pariwisata. Ia selalu mengatakan bahwa secara sekale alam Bali sekarang sudah rusak. Sawah dan subak semakin habis. Tetapi tidak ada orang yang mampu mengendalikan pariwiata massal tsb. Kenapa? Karena pariwisata massal menempatkan orang-orang dalam zone nyaman. “Air liur”nya selalu meleleh ketika ada kenaikan PAD, dll. Para pejabat di Bali termasuk menteri, selalu berkaok-kaok (bangga) tentang perkembangan kuantitas turis yang datang ke Bali. Mereka tidak melihat dampak negatif dari pariwisata massal tsb. Mereka lupa tentang keberlanjutan budayanya. Pokoknya pikirannya adalah “apakah ada budaya yang tersisa, yang masih bermanfaat untuk dijual”.
Selanjutnya, kaum kapitalis berhamburan datang ke Bali untuk mengeruk keuntungan yang maksimal. Kalau ada kebijakan pemerintah yang mengurangi keuntungannya (tarif listrik naik, harga tiket pesawat naik, tidak boleh rapat di hotel, pajak air tanah dari sumur-dalam naik, dll) kaum kapitalis selalu mencak-mencak. Mereka meng-atas nama-kan penyerapan tenaga kerja, pajak hotel, dll, lalu meminta pemerintah merubah kebijakannya. Kaum kapitalis itu tak henti-hentinya terus-menerus merusak alam Bali (menyedot air tanah, merusak sempadan pantai, sungai, dan jurang). Lalu kita tidak peduli dengan hancurnya hotel kecil milik orang Bali, hancurnya art shop kecil milik orang Bali, dan orang-orang Bali yang semakin tersisihkan.
 
Kita juga tidak pernah peduli lagi tentang konsep pariwisata yang kita anut. Entah itu bernama konsep pariwisata budaya, atau entah apa lagi. Yang penting ada uang masuk. Sampai-sampai kawasan pura, yang merupakan kawasan sprititual yang paling sakral, terpaksa harus “dijual” demi “uang”. Kawasan pura dibangun sejak ber abad-abad yang lampau, oleh nenek-moyang kita, dengan berbagai ritual yang agung. Tetapi sekarang sakralitas pura telah dijatuhkan, dan dijual untuk mendapatkan uang. Tatkala banyak wisatawan yang melecehkan pura, barulah kita ribut sebentar. Tetapi selanjutnya rutinitas pura yang dijual untuk wisatawan, terus saja berlanjut seperti sedia kala.
Akhirnya muncullah Virus Corona, yang mengerikan. Hanya dengan kemunculan virus itulah pariwisata massal di Bali dan juga kapitalisme dapat dikendalikan. Tampaknya hanya alam yang dapat mengendalikan pariwisata massal dan kapitalisme di Bali (Indonesia). Sebab manusia sama sekali tidak mungkin mengendalikan kapitalisme. Karena manusia adalah mahluk yang subyektif. Manusia subyektif terhadap dirinya. Manusia juga subyektif terhadap manusia dan komunitas lainnya di sekitarnya. Karena itulah mereka tidak bisa berbuat sesuai dengan apa yang diwacanakan.
 
Kita pernah ribut dengan munculnya usaha abal-abal dari Negara RRT. Karena tujuannya hanya untuk menjual murah alam Bali. Seorang pemandu wisata berbahasa mandarin dengan terus terang mengatakan bahwa karena situasi itulah, maka ia berhenti sebagai pemandau wisata. Bahwa ia diminta “membeli” wisatawan Tiongkok yang dibawa oleh travel dari sana. “Ada harga wisatawan per kepala” katanya. Karena ia harus “membeli” wisatawan dari travel Tiongkok, maka ia harus menekan serendah mungkin harga tiket atau harga barang di art shop, agar ia mendapatkan untung. “Saya harus minta komisi yang sangat besar dari art shop, atau dari suatu obyek wisata tertentu” katanya. Sistem inilah yang membuat pariwisata Bali menjadi rusak, dan terkesan murahan. Sekali suatu obyek di cap murahan, maka akan sangat sulit merubah citra itu dan akan sangat sulit untuk meningkatkan nilainya kembali. “Ah lebih baik saya membeli kepala ayam, dari pada harus membeli kepala turis wisatawan china” katanya berseloroh.
 
Kasus tersebut menunjukkan bahwa jumlah kedatangan wisatawan RRT ke Bali, memang besar sekali secara kuantitas. Tetapi kualitasnya sangat jelek. Kedatangan wisatawan RRT hanya baik untuk catatan statistik. Tetapi tidak bermakna banyak bagi masyarakat Bali. Banyak yang mengatakan bahwa banyak wisatawan yang datang ke Bali hanya untuk kencing dan berak. Mereka adalah wisatawan kelas sandal jepit. Hampir sebagian besar devisa yang dibawanya ke Bali, kembali lagi ke negaranya. Riset yang dilakukan oleh banyak peneliti, termasuk Dr. Gusti Ayu Suryawardani mengatakan bahwa sekitar 40-50% devisa yang di bawa oleh wisatawan ke Bali, lalu kembali lagi ke luar Bali. Bahkan lari keluar Indonesia. Sisanya dibagi-bagi oleh kalangan kapitalis di Bali.
Mungkin itulah sebabnya kenapa terjadi kesenjangan pendapatan yang kronis di Bali, dan juga kesenjangan regional. Maka itulah banyak ahli yang berwacana bahwa yang kini dibutuhkan oleh alam Bali adalah pariwisata yang berkualitas. Apa itu pariwisata yang berkualitas ? Tidak ada definisi yang formal. Tetapi menurut saya, pariwisata yang berkualitas adalah pariwisata yang bermanfaat dan tidak merusak alam Bali, bermanfaat dan tidak merusak budaya Bali, dan bermanfaat dan tidak merusak manusia Bali. Hal itu senada dengan visi KBS-ACE yang mengatakan mereka akan membangun manusia, alam, dan budaya Bali.
 
Jelas untuk meng-implementasi-kan konsep ini sangatlah tidak mudah. Karena kita sudah terlanjur merasa nyaman dengan kedatangan wisatawan yang bersifat kuantitas. Para elit juga sudah terlanjur menikmati arus wisatawan massal. Begitulah, sangat tidak mudah mengendalikan kapitalis dan wisatawan massal. Hanya alam yang mampu mengendalikannya.
 
wartawan
Wayan Windia
Category

Menyatukan Alam dan Kemewahan, Ubud Menjadi Destinasi Eco-luxury

balitribune.co.id | Ubud - Semakin bertambahnya ketersediaan akomodasi mewah yang menyatu dengan alam atau berkonsep Barefoot Luxury di Ubud Kabupaten Gianyar menjadikan desa ini sebagai destinasi Eco-luxury. Sehingga dapat menciptakan pengalaman libur yang unik, nyaman dan tenang. Salah satu resor mewah berkonsep Barefoot Luxury sudah berdiri sejak tahun 2022 bertema bambu memadukan keindahan alam sawah dan hutan tropis. 

Baca Selengkapnya icon click

Ny. Rai Wahyuni Sanjaya Resmikan Aula TK Darma Kumala, Penebel

balitribune.co.id | Tabanan - Suasana penuh kebersamaan mewarnai peresmian Aula TK Darma Kumala di Desa Penatahan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Minggu (7/9). Acara tersebut dirangkaikan dengan pemelaspasan bangunan, serta dihadiri langsung oleh Bunda PAUD Kabupaten Tabanan, Ny. Rai Wahyuni Sanjaya.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Bupati Sanjaya hadiri Upacara Pemelaspasan di Desa Adat Buahan, Tabanan

balitribune.co.id | Tabanan - Sebagai wujud dukungan Pemerintah Kabupaten Tabanan terhadap pelestarian adat, agama, tradisi dan budaya, Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., menghadiri Upacara Pemelaspasan Bangunan Bale Kidung, Bale Pawedan, Bale Manik Galih, Gedong Simpen, Penyengker serta bangunan lainnya, sekaligus prosesi Mendem Dasar di Natar Pura Puseh, Desa Adat Buahan, Kecamatan/Kabupaten Tabanan, Minggu (7/9).

Baca Selengkapnya icon click

Komit Sukseskan Gelaran Olahraga, Obor Porprov Bali XVI/2025 Tiba di Karangasem

balitribune.co.id | ​Amlapura - Kabupaten Karangasem menyambut kedatangan Api Obor Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Bali XVI/2025 dengan penuh semangat pada Minggu (7/9). Prosesi serah terima yang berlangsung di perbatasan Klungkung - Karangasem, tepatnya di Pantai Goa Lawah, menandai kesiapan Karangasem untuk berpartisipasi aktif dalam menyukseskan gelaran olahraga akbar ini.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Pemkab Badung, Polres, BEM dan LSM Sepakat Bersama Jaga Kamtibmas

balitribune.co.id | Mangupura - Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta bersama Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Badung AKBP M Arif Batubara beserta jajarannya menggelar tatap muka dengan Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kabupaten Badung dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Jarrak Bali, bertempat di Restoran Sunfield, Desa Darmasaba, Abiansemal, Jumat (5/9).

Baca Selengkapnya icon click

Bupati Badung Hati-Hati Tunjuk Vendor Pengadaan Incinerator

balitribune.co.id | Mangupura - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung akan melakukan pembelian incinerator atau mesin pembakar sampah. Hanya saja, sejauh ini pemerintah terkaya di Bali ini belum memutuskan siapa vendor dari penyedia alat canggih ini.

Di bagian lain, penutupan TPA Suwung sudah didepan mata. TPA terbesar di Bali ini dipastikan akan ditutup pada akhir tahun 2025 ini.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.