Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

ARMA dan Mega Ritus Nyoman Erawan (2 – Habis)

Bali Tribune/ Putu Suasta
Oleh :  Putu Suasta
 
balitribune.co.id - Erawan adalah representasi seniman yang menggali akar lokal Bali dan Hindu, kultur yang kaya namun kebanyakan dilupakan seniman lain. Ia sanggup memperlihatkan bahwa seni modern justru menjadi dinamis, harmonis dan memberikan suasana baru ketika seni-seni modern berangkat dari kekayaan kultur lokal. Dan dalam kecenderungan seni rupa kontemporer dunia, seni rupa yang diharapkan justru sebaiknya sanggup ‘memiliki watak asalnya’ di mana si seniman itu lahir, tumbuh dan berkembang. 
 
Jika dalam Festival Seni Bali Jani (FSBJ) 2019 ini mengambil tema kearifan lokal Bali sebagai roh dari peristiwa seni modern ini, maka sebetulnya Erawan telah lama melakukan itu. Sepulang dari Yogyakarta karena telah menyelesaikan pendidikan seni rupanya di ISI Yogyakarta, ia telah memperlihatkan kecenderungannya dalam menggali akar-akar Bali, terutama dalam karya multidimensionalnya. Bahkan dalam karya seni abstraknya, jika dicermati secara mendalam, masih bersisa jejak-jejak simbol-silbol purba Bali yang menjadi roh abstraknya. 
 
Dalam suatu katalogus seni rupa di mana ia turut serta dalam pameran itu, Erawan mengungkapkan bahwa penggalian abstraknya bersumber dari Bali sendiri. ia mengatakan tak jauh-jauh meraih gagasan seninya. Baginya, Bali terlalu kaya dengan elemen-elemen estetik dan hal itu sayang kalau tak dijadikan ilham baru dalam kesenian. Ia misalnya, melihat bias keindahan dalam puing-puing sisa pembakaran dari upacara ngaben. Dan banyak lagi elemen-elemen dari produk kehidupan tradisi Bali yang bisa dilihat dengan cara baru.
 
Hal yang membedakan Erawan dari seniman lain ialah, bahwa ia tak mengulang tradisi dan meneruskannya ke dalam pakem-pakem yang sudah ada seperti lukisan tradisi, atau dengan kasat mata mengambil mentah-mentah elemen-elemen estetik Bali, melainkan ia ‘membarui’ elemen estetika Bali. Bagi Erawan,  nampaknya ia lebih memilih mengambil roh Bali daripada mengulangnya. Sehingga ketika pencapaian keseniannya hadir ke hadapan publik, keseniannya menjadi pencapaian modernitas yang masih terasa kental entitas lokalnya. 
 
Kini Erawan kembali hadir dengan pertunjukan seni rupanya “Kidung Megarupa” yang ia garap, seperti biasanya, sangat serius dan melibatkan banyak bentuk media. Ia kembali hadir menafsirkan kultur Bali dalam transformasi seni  modernitas. Sesungguhnya, jika boleh ditandai, di sinilah kekuatan seorang Nyoman Erawan, yang membawa seni rupa ke panggung pertunjukan dengan muatan kearifan lokal, kultur agung Bali dan dirinya sendiri sebagai seniman Bali.
 
 
ARMA dan Ritus Nyoman Erawan
 
Pertunjukan seni rupa Nyoman Erawan dengan tajuk “Kidung Bali Megarupa” akan digelar di ARMA, Selasa, 22 Oktober 2019, pukul 18.30 Wita. Untuk kesekian kalinya, ARMA kembali memberi ruang untuk eksplorasi seni pencarian baru. Dan Erawan adalah pilihan yang tak salah. Berdasarkan jejak rekam pertunjukan seni rupa Erawan, maka publik akan menanti-nanti sebuah tafsir nilai estetik apalagi yang bisa diungkapkan oleh pencapaian seni dalam pertunjukan ‘tarirupabunyi’ ini. 
 
Sebuah museum seni seperti ARMA dan sebuah pencarian yang selalu baru dari sosok seniman yang eksploratif seperti Erawan memang klop secara visioner, suatu sinergitas yang utuh dari eksistensi kesenian, khususnya seni rupa. Bentuk kebersamaan inilah yang seharusnya ada dalam kesenian, saling mengisi dalam ruang-ruang kemungkinan baru. Keberadaan ARMA yang konsisten kepada kepeduliannya terhadap seni pada akhirnya akan menggairahkan semangat seniman untuk menghadirkan pencapaian estetik mutakhirnya.
 
Agung Rai, penggagas dan pendiri ARMA, dalam kesehariannya nampak juga tak memisahkan dirinya dari para seniman, dari segala aktivitas seni budaya, satu sosok pesaksi peristiwa seni dan budaya Bali, makin membuat para seniman menjadi cair untuk menjalin komunikasi kultural. Mereka tak lagi rikuh untuk mengajukan diri dalam berkesenian di ARMA saat mana mereka familiar dengan pendiri ARMA. Inilah yang membuat ARMA mendapatkan kesempatan lebih banyak menjadi pesaksi segala peristiwa kesenian, terutama di Bali.
 
Jika Erawan kemudian mendapat giliran mengisi acara di ARMA berkaitan dengan pembukaan peristiwa rupa “Bali Megarupa”, bukan berarti ARMA tak menyediakan ruang untuk kesenian-kesenian yang lain. Bagi Agung Rai, museumnya adalah tempat di mana semua kesenian mendapatkan kehormatan yang pantas. Inilah yang menjadi salah satu alasan  mengapa museum yang ia dirikan bukan sekadar menyimpan karya-karya rupa yang agung, melainkan juga menjadi ajang di mana semua kesenian mendapatkan tempatnya yang benar di museumnya. 
 
ARMA dan ritus rupa Erawan adalah suatu aktivitas budaya yang ideal dalam laku seni. Peristiwa ini juga mengindikasikan bahwa sebuah museum memiliki tanggung jawab untuk menjaga seni-seni berkemungkinan baru. Bila perlu juga mengundang seniman-seniman yang bukan saja telah bernama, melainkan juga memberi tempat kepada seniman-seniman potensial yang dalam kerja kreatifnya memperlihatkan eksplorasi estetika di luar dugaan. 
 
Maka, peristiwa ritus rupa Nyoman Erawan di ARMA semoga menjadi pemancing dan penggairah seniman lain untuk menerbitkan gairahnya dalam mencapai puncak kreasinya.
 
 
 
*) Putu Suasta, pemerhati seni budaya
 
wartawan
Redaksi
Category

Kementerian Perindustrian Dukung Bali Fashion Network® 2026: Sinergi Pemerintah dan Industri Kreatif untuk Masa Depan Fashion di Bali

balitribune.co.id | Mangupura - Menjelang penyelenggaraan Bali Fashion Network® (BFN) 2026 pada 18 Oktober mendatang di International Conference Center (ICC) Bali, dukungan terhadap industri fashion berkelanjutan semakin menguat.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Menuju Harmonisasi, Masyarakat Adat Ungasan Minta Akses Jalan di Belakang GWK Tetap Dibuka untuk Warga

balitribune.co.id | Mangupura - Polemik pagar beton pembatas di kawasan Banjar Giri Dharma, Desa Adat Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, kembali bergulir. Pagar yang berdiri di sekitar kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) itu dinilai menutup akses jalan warga menuju permukiman dan sekolah. Menyikapi hal tersebut, masyarakat adat menggelar pertemuan di Pura Dalem Desa Adat Ungasan, Sabtu (12/10) sore.

Baca Selengkapnya icon click

Konsep Hub Yamaha DEXAT Pertama di Indonesia Ada di Bali, Perkuat Relasi dengan Pelanggan

balitribune.co.id | Denpasar - PT Yamaha Musik Indonesia Distributor (YMID) bekerjasama dengan Jayawijaya Audio Bali, meresmikan kolaborasi mereka berkonsep hub di Bali, Senin (29/9/2025). Showroom berkonsep hub pertama di Indonesia itu berlokasi di Jalan Gatot Subroto Barat no. 364, Denpasar dibuat untuk semakin mendekatkan diri dengan pelanggan.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Politeknik Negeri Bali Gelar Dua Konferensi Internasional Bahas Inovasi dan Keberlanjutan

balitribune.co.id | Mangupura - Politeknik Negeri Bali (PNB) kembali menunjukkan kiprahnya di kancah internasional dengan menjadi tuan rumah dua konferensi bergengsi yang digelar secara bersamaan, yakni The 8th International Conference on Applied Science and Technology (iCAST 2025) dan The 2nd International Conference on Sustainable Green Tourism Applied Science (ICoSTAS 2025) pada Jumat (10/10) di kampus setempat, Badung. 

Baca Selengkapnya icon click

Diskominfo Badung Hadiri Gelaran Industri Gim Terbesar IGDX Business and Conference 2025

balitribune.co.id | Mangupura - Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Badung turut menghadiri ajang bergengsi Indonesia Game Developer eXchange (IGDX) Business & Conference 2025, sebuah acara tahunan terbesar bagi ekosistem industri gim di Asia Tenggara. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) Republik Indonesia bersama Asosiasi Game Indonesia (AGI).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.