BALI TRIBUNE - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung akan mengatur ritme penyaluran bantuan kepada para pengungsi lereng Gunung Agung. Sebab, lama erupsi gunung terbesar di Bali belum bisa diprediksi.
Sehingga bantuan yang terhimpun dari masyarakat maupun pemerintah tidak keburu habis. Sebab, belum bisa diprediksi sampai kapan bencana erupsi Gunung Agung akan berakhir.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Badung akan mengoptimalkan segala kebutuhan dan ketersediaan logistik untuk para pengungsi Gunung Agung yang tinggal di rumah kerabatnya yang ada di enam kecematan yang ada di Badung. Instansi ini juga akan mengatur ritme penyaluran bantuan, sehingga logistic tidak keburu habis.
Kepala BPBD Badung Nyoman Wijaya menyatakan, hingga Rabu siang (27/9), ada lebih dari lima ribuan pengungsi yang tinggal di Kabupaten Badung. Para pengungsi ini tersebar di enam kecamatan dengan tinggal di rumah sanak saudaranya.
"Kami sudah melakukan langkah-langkah menjaga ketersedian logistik ini dan juga berkoordinasi dengan camat, perbekel (kepala desa) dan kepala lingkungan untuk memastikan berapa banyak kebutuhan logistik yang diperlukan pengungsi yang ada di rumah keluarganya," ujar Wijaya didampingi Kabag Humas I Putu Ngurah Thomas Yuniarta di Puspem Badung, kemarin.
Saat ini BPBD Badung sudah menyiapkan 3.000 picis masker untuk mengantisipasi apabila terjadi erupsi Gunung Agung kemasing-masing kecamatan di daerah itu, mendistribusikan bantuan 900 buah matras, 300 buah selimut, untuk didistribusikan ke pengungsi di wilayah Kabupaten Badung.
Pemkab Badung juga telah memberian bantuan sembako di Kuta Selatan Dan Abiansemal pada Minggu (24/9) lalu dan akan berlanjut kewilayah lainnya. "Penyerahan bantuan ini dilakukan Ibu Bupati, Wakil Bupati, Gatriwara dan organisasi sosial lainnya bersama BPBD Badung," katanya.
Pun demikian, Wijaya mengakui, saat ini kebutuhan logistik para pengungsi yang tinggal dirumah kerabatnya di Badung masih ditanggung penuh oleh kerabatnya. Namun, pihaknya sudah mengantisipasi dengan menyalurkan dana spontanitas yang terkumpul dari warga di Badung untuk disalurkan kepada para pengungsi ini.
“Untuk bantuan langsung dari pemerintah memang belum ada, tapi kita optimalkan bantuan yang bersumber dari organisasi maupun masyarakat dulu. Kita harap dengan bantuan ini mereka tidak sampai kekurangan, tapi untuk bantuan pemerintah kita akan koordinasikan dengan Dinas Sosial,” jelas Wijaya.
Nah, untuk menghimpun lebih banyak lagi bantuan, pihaknya akan membuat semacam pusat komando untuk menampung bantuan dari masyarakat. Bantuan ini akan diarahkan untuk pengungsi yang membutuhkan, sehingga bantuan tepat sasaran, termasuk pengungsi yang tinggal di rumah kerabatnya. “ Kami akan bangun posko penampungan pengungsi dimasing-masing kecamatan agar kebutuhan logistik pengungsi ini dapat terfokus disatu tempat," katanya.
Sementara untuk membantu kesehatan dan pendidikan para pengungsi, BPBD mengaku telah berkoordinasi dengan instansi terkait. Misalnya untuk kesehatan pengungsi, pihaknya Dinas Kesehatan telah menerjunkan petugas KBS yang ada di masing-masing desa. Begitu juga untuk pendidikan anak-anak di pengungsian, Disdikpora Badung telah membukakan pintu selebar-lebarnya kepada anak-anak pengungsi untuk mengenyam pendidikan di sekolah terdekat ia mengungsi.
“Sesuai instruksi Bapak Bupati, para camat, lurah dan kaling yang ada di Badung agar terus memantau semua pengungsi Gunung Agung di Badung , sehingga dapat terfasilitasi keseluruhan dengan baik,” tukasnya.