Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Aura Farming “Pacu Jalur” Ketika Tradisi Menari di Atas Algoritma

arief wibisono
Bali Tribune / Arief Wibisono, S.I.Kom., M.I.Kom., CT BNSP - Wartawan Bali Tribune

balitribune.co.id | Kalau kamu pikir budaya tradisional dan viralitas TikTok itu dua dunia yang nggak nyambung, berarti kamu belum nonton video anak penari di ujung perahu dalam lomba Pacu Jalur dari Kuantan Singingi, Riau.

Sebuah momen yang kelihatan kayak “kebetulan”, tapi ternyata powerful banget. Anak kecil itu menari di ujung perahu panjang sambil menjaga keseimbangan. Tangannya merentang, lengannya muter-muter, ekspresinya fokus tapi santai. Musik latarnya? Lagu “Young Black & Rich” dari Melly Mike yang "groove" nya cocok banget buat vibe ala “main character energy.”

Orang-orang pun sepakat, ini bukan sekadar tarian tradisional biasa. Ini adalah kata Gen Z dan Alpha "Aura Farming".

Jadi, Apa Itu Aura Farming? Bayangin kamu masuk ruangan dan semua orang langsung nengok. Nggak karena kamu heboh, tapi karena "aura" mu kerasa beda. Nah, konsep itu yang dirangkum dalam istilah "Aura Farming" usaha sadar tapi harus kelihatan nggak sadar buat tampil karismatik, estetik, dan "cool".

Secara harfiah, “aura” adalah kesan visual dan emosional yang terpancar. Sedangkan “farming” diambil dari game usaha repetitif demi ngumpulin poin. Dalam konteks ini, poinnya ya aura itu tadi.

Trend ini mulai rame sejak awal 2024 di TikTok. Banyak video yang menampilkan orang pose dengan penuh gaya, gerakan lambat, atau tatapan penuh makna yang, prinsipnya main character banget.

Tapi yang bikin geger? Ketika konsep itu “nempel” ke tradisi lokal macam Pacu Jalur.

Biasanya, Pacu Jalur itu soal rame-rame mendayung perahu panjang untuk balapan di sungai. Tapi kali ini, perhatian dunia bukan cuma soal siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling "cool".

Penari kecil di ujung perahu itu sukses mencuri perhatian netizen global. Gayanya dianggap "aura farming yang otentik" nggak dibuat-buat, tapi efeknya luar biasa.

Klub bola PSG dan AC Milan bahkan ikutan "remix" gerakan itu. Dunia kayak lagi bilang, “Eh, ini keren banget sih.”

Dan boom! Budaya lokal jadi global. Tradisi jadi tren. Gerakan sederhana berubah jadi simbol gaya.

Tapi tunggu dulu. Di balik viralitas itu, ada pertanyaan penting: apakah budaya masih berdiri kokoh, atau tergeser jadi sekadar konten keren?

Ada potensi bahaya ketika makna budaya direduksi jadi visual yang asyik. Ketika ritual hanya jadi latar, bukan inti. Ketika komunitas lokal cuma jadi figuran di konten orang lain.

Tapi, fenomena ini juga punya sisi cerah. Aura Farming bisa jadi strategi komunikasi budaya baru. Narasi yang dulu butuh pamflet, brosur, dan pidato panjang, sekarang bisa dipadatkan jadi gerakan tangan dan musik "catchy". Visual "first storytelling" yang menjangkau dunia dalam 15 detik.

Ini bukan cuma soal viral. Ini soal bagaimana budaya bisa tetap hidup di era digital—tanpa kehilangan esensinya.

Fenomena Pacu Jalur Aura Farming ini bisa dibilang sebagai “transformasi komunikasi budaya.” Ada beberapa elemen penting di balik viralitasnya seperti Visual "First Storytelling" dimana gerakan dan musik jadi bahasa utama. Narasi tidak ditulis, ia ditampilkan. Kolaborasi Lintas Sektor, adanya keterlibatan pemerintah daerah, budayawan, influencer, bahkan klub bola luar negeri ikut ngangkat konten ini. Sinergi ini bikin budaya lokal punya sayap global. Authenticity Check, yang tampil bukan aktor random, tapi anak-anak lokal, komunitas asli. Auranya asli, bukan akting, apalagi dibuat-buat. Valuasi Resonansi, ukurannya bukan cuma view dan like, tapi apakah masyarakat lokal merasa terangkat, atau malah terpinggirkan.

Tantangannya sekarang adalah bagimana mengelola viralitas. Jangan sampai budaya yang kaya dan bermakna cuma jadi “aesthetics” buat dapetin likes. Tapi justru mesti dimanfaatkan sebagai jalan buat penguatan identitas, edukasi, dan kebanggaan.

Kalau bisa, gerakan kecil dari ujung perahu itu jadi awal dari gelombang besar kebudayaan digital Indonesia yang nggak cuma ikut tren, tapi bikin tren.

Pacu Jalur mungkin lahir dari aliran sungai Kuantan, tapi sekarang, ia mengalir di antara arus-algoritma global. Anak kecil di ujung perahu itu tak cuma menari, ia sedang membuka bab baru cara kita bercerita tentang budaya.

Jadi, yuk, kita farming aura yang bukan cuma keren, tapi juga berakar. Karena budaya itu bukan sekadar tampil, ia harus tetap tumbuh dan mengakar, bahkan di FYP sekalipun.

wartawan
Arief Wibisono, S.I.Kom., M.I.Kom., CT BNSP
Category

Tegakkan Aturan, DPRD Bali Apresiasi Langkah Tegas Tim Terpadu

balitribune.co.id | Denpasar - DPRD Provinsi Bali memberikan apresiasi atas langkah tegas Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Badung melalui Tim Terpadu dalam menindak pelanggaran bangunan akomodasi di kawasan Pantai Bingin dan hotel Step Up yang melebihi batas ketinggian.

Baca Selengkapnya icon click

Puluhan Ular Piton Muncul di Danau Buyan

balitribune.co.id | Singaraja - Fenomena kemunculan ular jenis piton di Desa Pancasari  Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, meresahkan warga setempat. Dalam dua minggu belakangan ular-ular berukuran besar itu muncul tidak biasa dan sering terlihat melata di sekitar Danau Buyan. Warga melaporkan ular tersebut merayap di sekitar ladang, warung, bahkan jaring ikan di danau.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Wawali Arya Wibawa Buka Bali Barber Expo 2025, Wujud Pengembangan SDM di Sektor Ekonomi Kreatif

balitribune.co.id | Denpasar - Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa membuka secara resmi gelaran internasional bertajuk Bali Barber Expo tahun 2025 yang ditandai dengan pemukulan gong serta peninjauan stand barber yang dipusatkan di Gedung Dharma Negara Alaya Denpasar, Sabtu (5/7).

Baca Selengkapnya icon click

Walikota Jaya Negara Dampingi Wapres Gibran di PKB XLVII, Motivasi UMKM Dorong Penguatan Wisata Dalam Negeri

balitribune.co.id | Denpasar - Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mendampingi kunjungan Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, di Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII, di Taman Budaya Art Center, Sumerta Kelod, Jumat (4/7) sore. 

Selain itu, turut pula mendampingi pada kunjungan Wapres Gibran tersebut, Gubernur Bali, I Wayan Koster, serta jajaran Forkompimda Provinsi Bali.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Sambut Musim Libur Sekolah, Perbankan Beri Diskon Pemesanan Paket Wisata dan Atraksi Desa Wisata

balitribune.co.id | Denpasar - Menyambut musim liburan sekolah, perbankan menawarkan promo untuk pemesanan paket wisata dan atraksi wisata termasuk desa wisata melalui aplikasi perbankan. Lewat penawaran ini, bank mendukung pengembangan potensi desa wisata di Indonesia, sekaligus memberikan kemudahan bagi nasabah untuk menikmati pengalaman liburan yang berkesan bersama keluarga.

Baca Selengkapnya icon click

Sejalan Target BI 58 Juta UMKM Gunakan QRIS, Bank Hadirkan Inovasi Digital

balitribune.co.id | Denpasar - Guna mendukung percepatan digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, bank menghadirkan sebuah platform digital yang memudahkan pelaku usaha menerima pembayaran nontunai secara praktis dan efisien. Pada tahun 2023, data dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat jumlah UMKM di Indonesia mencapai 66 juta.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.