Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Belajar Meraup Gemerincing Rupiah dari Manisnya Gula Semut

Bali Tribune/ Kunjungan kelompok petani gula semut Mawar Sari, Jembrana Bali ke salah satu sentra produksi gula semut di Kulon Progo, Yogyakarta.
balitribune.co.id | Yogyakarta - Sebut saja namanya Pak Kelik, begitu katanya kerap disapa. Mantan petani yang dalam sepuluh tahun terakhir ini menggeluti usaha gula semut ini begitu sumringah ketika ditanya perkembangan usahanya sebagai pengepul sekaligus pengusaha gula semut asal Kulon Progo, Yogyakarta yang ditemui terpisah disela Lokakarya Kehumasan dan Kebanksentralan KPw BI Bali di Yogyakarta, Sabtu (27/4).
 
Terdengar unik, gula semut atau yang kerap dikenal juga dengan sebutan “Brown Sugar” bukan berarti gula yang dikerubungi semut melainkan gula pasir yang berbahan dasar nira kelapa. Warnanya yang kecoklatan membedakannya dengan gula pasir pada umumnya. Bahan dasar pangan yang digunakan untuk produksi gula semut yaitu olahan nira kelapa. Belakangan diketahui jika bahan pangan olahan itu menjadi salah satu ikon Kabupaten Kulon Progo belakangan ini.
 
“Kenapa dinamakan gula semut, karena sepintas memang seperti semut,” kata Pak Kelik ringan. Yang membedakan gula pasir dengan gula semut, cara pembuatannya juga berbeda. Pembuatan gula semut dilakukan secara tradisional, yakni dikerjakan sejumlah warga desa di rumahnya masing-masing. Cukup lama juga proses pembuatan gula semut ini, paling lama itu delapan jam. Mulai dari mengolah niranya sampai dimasukkan ke dalam oven.
 
“Saya di rumah punya stok 2 ton,” kata pria yang juga menjadi pengepul gula semut itu, sembari menambahkan mayoritas warga di desa memang merupakan pengrajin gula merah atau yang kerap disebut gula Jawa. “Dari dulu nenek moyang kami, kebanyakan warga di sini menjadi perajin gula jawa. Karena di wilayah kami ini tidak ada sawah. Jadi rata-rata menjadi penyadap nira yang kemudian dibuat gula jawa,” kata pak Kelik. Dia menuturkan, harga gula jawa yang rendah menjadi alasan warga desa untuk mulai mengembangkan usaha mereka.
 
Harapannya, hasil nira kelapa yang mereka dapatkan bisa diolah menjadi bahan pangan yang nilainya lebih mahal ketimbang gula jawa. “Gula jawa harganya Rp9ribu sampai Rp11per kilogramnya. Lantas ada ide membuat gula semut yang nilainya bisa sampai Rp19 ribu sampai Rp22ribu. Jadi ada nilai tambah sekalian lebihnya untuk nyekolahkan anak,” ujar Pak Kelik yang berhasil menyekolahkan anaknya di Universitas Gajah Mada dengan bangga.
 
Mengawali geliat usaha gula semut ternyata tak langsung diminati masyarakat. Warga masih membutuhkan proses untuk bisa menjalani usaha gula semut tersebut. Diakui pula, dengan berbagai upaya dan pendampingan dari pemerintah dan akademisi, akhirnya usaha tersebut membuahkan hasil. Disebut-sebut gula semut memiliki kadar gula yang lebih rendah ketimbang gula pasar. Alasan itulah yang membuat warga negara asing sangat menyukai gula semut ketimbang gula pasir.
 
“Mungkin karena proses pengolahan (memasak) tidak sekali sehingga kadar gulanya banyak yang menguap. Dari awal nira dimasak sampai menggumpal. Kemudian digerus dengan tempurung. Setelah jadi buliran dimasukan ke oven sampai kering,” jelas Pak Kelik. Sekarang gula semut mulai di ekspor sampai luar negeri, Amerika, Afrika, Kanada, Jerman, dan Korea. Di luar negeri, bahkan gula semut ini khabarnya menjadi pengganti gula pasir dalam memasak dan sebagainya.
 
Pak Kelik mengaku selama memproduksi gula semut tak ada kendala. Kebutuhan ekspor sendiri, kata dia, perajin masih bisa mencukupi sehingga tak sampai terjadi kekurangan. Namun diakuinya, jika belum semua perajin gula semut memiliki peralatan yang memadai seperti oven. Tapi yang jelas dampak ekonomi sudah bisa dirasakan, anak sekolah serta bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
 
Kepala Tim Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPw BI Bali, Leo Ediwijaya didampingi Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Jatirogo, Kulon Progo, Yogyakarta, FX Hendro Utomo, menjabarkan, KPw BI Bali mencoba masuk untuk mengembangkan gula semut di Bali serta mendorong sektor UMKM melalui produksi gula semut. Apalagi potensinya sangat besar untuk dikembangkan di Bali di samping sebagai penguatan Pergub No. 99 tahun 2019 tentang penguatan produk lokal.
 
Leo juga sampaikan proses penguatan UMKM yang dilakukan KPw BI Bali melalui fase tiga tahun pengembangan dari hulu sampai hilir. Artinya, mulai dari kajian, pemetaan, pendampingan, pengolahan sampai pemasaran. Latar belakang dilakukannya program ini disebabkan, harga produk pertanian yang tidak memihak pada petani. Didirikan oleh petani yang tergabung dalam komunitas dan para penderas. Produk organik, pasar mereka yang punya duit, karena harganya yang mahal, apalagi trend pasar kembali ke alam (produk organik)
 
Proposisi nilai manfaat yang dijanjikan selaras dengan kebutuhan pelanggan apalagi kandungan yang ada di dalam gula semut mineralnya lebih komplit, juga bagaimana menciptakan pasar yang adil Anggota petani penderas, 1.500. Maksimal produksi sekitar 50 ton per bulan atau sekitar empat ton perhari. “Kunjungan belajar dilakukan ke Control Prosessing Unit Suropati, Kulonprogo. Tujuannya agar kelompok petani gula semut Mawar Sari, Jembrana bisa langsung belajar dan melihat bagaimana proses pembuatan dari awal hingga pemasaran,” jelasnya.
 
Hendro Utomo mengatakan, didirikannya KSU Jatirogo ini tidak lain dan tidak bukan karena selama ini, harga produk pertanian sama sekali belum berpihak pada petani. “Kita semua tahu, selama ini harga produk pertanian memang kurang bersahabat dengan petani,” jelasnya. Dikatakan pula, di tingkat eksport, gula semut produksinya masih lebih unggul dibanding produksi dari India yang saat ini juga sudah mulai merambah hingga ke Amerika dan Eropa. “Kalau dari sisi kualitas, gula semua produksi negara India masih kalah jauh dengan milik kami, untuk itu para eksportir India mematok harga yang lebih murah agar bisa di pasar luar negeri,” ungkapnya.
 
Rahmadi selaku ketua CPU Kulon Progo yang mendampingi petani Bali selama kunjungan mengatakan, bahwasanya kelompok memiliki sekitar 600 petani penderes dengan rata-rata produksi per hari 3kg gula batok, gula tersebut disetor ke CPU utk diproses menjadi gula semut sesuai SOP. Awalnya, gula semut akan dihasilkan curah dari CPU kemudian disetor ke koperasi untuk pemasaran satu pintu. Sedangkan tahapan proses produksi dijelaskan Rahmadi, nira di rebus menjadi gula batok di tingkat petani, batok kelapa disetor ke CPU, lantas diproses lagi menjadi gula semut dalam bentuk curah, kemudian disetor ke KSU Jati Rogo untuk pengemasan dan penjualan ekspor.
 
Koperasi juga memegang label sertifikasi organik dari Control Union sehingga memberikan nilai tambah harga gula semut. Seperti dikatahui KPw BI Bali berjalan di tataran teknis dengan berdasar dari kajian dan aturan yg ada, sehingga bisa dikatakan KPw BI Bali bergerak dalam tataran praktisi bukan tataran teoritis. Sedangkan kebijakan yang ada digunakan sebagai guide line dalam merumuskan serta implementasi kebijakan yang merupakan bagian dari menjaga stabilitas moneter serta menjaga inflasi daerah melalui penguatan UMKM.
wartawan
Arief Wibisono
Category

BHA Gelar Kompetisi Memasak 2025 Merayakan Inovasi Kuliner, Keberlanjutan & Keunggulan Nusantara

balitribune.co.id | Nusa Dua - Bali Hotels Association (BHA) menggelar Final Kompetisi Memasak BHA 2025 yang berlangsung Jumat (5/12) di The Westin Resort Nusa Dua, Badung. Kompetisi ini menghadirkan para chef terbaik dari hotel-hotel anggota BHA, menampilkan talenta kuliner luar biasa sekaligus mendorong praktik keberlanjutan dan penggunaan bahan yang bertanggung jawab, prinsip utama membentuk masa depan industri perhotelan Bali.

Baca Selengkapnya icon click

Astra Motor Bali Gelar Xploride Mystery Camp, Buktikan Ketangguhan New Honda ADV160

balitribune.co.id | Denpasar – Astra Motor Bali kembali sukses menggelar kegiatan berkendara yang inovatif dan menantang, Xploride Mystery Camp. Mengusung konsep touring misteri sejauh 167 kilometer, acara ini dirancang untuk menegaskan posisi New Honda ADV160 sebagai The 1st SUV Bike yang gagah, modern, dan berteknologi canggih.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Astra Motor Buktikan Konsistensi, Kembali Sabet Penghargaan Vasudhaiva Kutumbakam 2025

balitribune.co.id | Denpasar - Astra Motor Bali kembali meraih penghargaan Vasudhaiva Kutumbakam Tahun 2025. Ini merupakan penghargaan  dari Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Sosial. Penghjargaan ini diberikan kepada orang atau pihak yang dinilai telah memberikan kontribusi nyata dalam pelaksanaan program kesejahteraan sosial di Kota Denpasar.

Baca Selengkapnya icon click

Spot Kuliner Asia Berkonsep Artisan Ada di Pererenan

balitribune.co.id | Mangupura - Pererenan di Kabupaten Badung merupakan kawasan yang terkenal dengan denyut kreativitas dan dunia kuliner yang terus berkembang. Seperti kehadiran salah satu restoran yang menawarkan kehangatan bao, restoran ini hadir sebagai destinasi kuliner berkonsep artisan. Dimana harmoni proses pembuatan, keahlian dan cita rasa berpadu yang diharapkan dapat memenuhi selera wisatawan dari berbagai negara.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Astra Honda Siap Melesat Cetak Sejarah Balap Asia Untuk Indonesia

balitribune.co.id | Jakarta – Menghadapi putaran akhir Asia Road Racing Championship (ARRC) 2025 di Chang International Circuit, Buriram, Thailand (5–7 Desember), pebalap binaan PT Astra Honda Motor (AHM) yang tergabung dalam Astra Honda Racing Team (AHRT) berpeluang mencetak sejarah balap untuk Indonesia.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.