Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

"Experience Economy", Tantangan Baru dalam Pemasaran

Bali Tribune / Diskusi Ilmiah Prodi Magister Agribisnis dengan tema “Experience Economy sebagai Alat Formulasi Bisnis Abad 21” Selasa (21/6).

balitribune.co.id | Denpasar - Fase pembangunan ekonomi di dunia saat ini memasuki era experience economy, dimana produk berkualitas tidak cukup untuk meyakinkan pelanggan untuk membeli produk tersebut. Kini pelaku ekonomi harus mampu menyediakan produk premium bagi pelanggan. Contohnya, petani harus menciptakan produk agrowisata yang menarik sehingga wisatawan sangat terkesan saat berkunjung.

Hal itu dipaparkan Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Udayana (Unud) Prof. Dr. Ir. Made Antara, M.S. saat hadir sebagai narasumber pada Diskusi Ilmiah Prodi Magister Agribisnis dengan tema “Experience Economy sebagai Alat Formulasi Bisnis Abad 21” Selasa (21/6). Diskusi yang dipandu Dr. Ir. I Made Sudarma, MS dilaksanakan secara online diikuti sekitar 30 peserta dari berbagai kalangan (dosen, mahasiswa, dan pelaku ekonomi).

Prof. Antara mengungkapkan petani atau pengelola daya tarik agrowisata harus beradaptasi dengan tuntutan kualitas produk yang diinginkan wisatawan. “Wisatawan berkunjung ke areal persawahan jangan hanya diajak jalan-jalan, tetapi fasilitasi mereka agar dapat merasakan pengalaman hidup dalam suasana lingkungan pertanian. Wisata akan mendapatkan pengalaman berkesan berkunjung ke sawah,” tutur peneliti senior di Pusat Unggulan Pariwisata Unud itu.

Ditambahkan, peningkatan kualitas produk agrowisata dapat dilakukan dengan dua cara yakni diversifikasi dan diferensiasi. Diversifikasi, lanjutnya, bisa bersifat vertikal dan horisontal. Vertikal dengan mengembangkan satu produk dengan kualitas yang berbeda. Diversifikasi horizontal, katanya, pengelola agrowisata mengembangkan produk agrowisata yang beragam. Sebagai contoh, pengelola agrowisata kopi yang menjual kopi pada konsumen menyuguhkan kualitas dan pengalaman berbeda-beda sesuai target pasar. “Kopi yang dijual di warung, café atau starbuck kualitasnya berbeda-beda. Kopi yang dijual di starbuck itu menyuguhkan pengalaman sehingga wisatawan siap membeli dengan harga lebih mahal,” jelasnya.

Dekan Fakultas Pertanian Unud Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gede Ustriyana, MM mengatakan experience economy menjadi tantangan baru bagi pelaku ekonomi dalam memasarkan produknya. “Dalam menyajikan pengalaman dalam pengemasan produk dengan nilai tambah education, entertainment, escape, aesthetic. Jadi pelaku ekonomi harus mampu menciptakan pasar untuk produknya,” kata Prof. Ustriyana saat membuka diskusi tersebut. 

wartawan
ARW
Category
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Nyonya Mas Parwata Saksikan Kecantikan Wastra Lokal di Bali Fashion Parade 2025

balitribune.co.id | ​Amlapura - Ketua Dekranasda Kabupaten Karangasem, Nyonya Mas Parwata, menunjukkan dukungan penuhnya terhadap pengrajin lokal dengan hadir di Bali Fashion Parade (BFP) 2025 di Denpasar, Sabtu (30/8). Acara ini menjadi panggung bagi wastra tradisional untuk bersinar, membuktikan bahwa produk lokal memiliki potensi besar di kancah internasional.

Baca Selengkapnya icon click

Astra Motor Bali Hadirkan Kreativitas di Custom War 2025 dengan Honda Greatest Motorcycle

balitribune.co.id | Denpasar – Astra Motor Bali kembali hadir meramaikan ajang kreatif NK13 Custom War 2025 yang berlangsung pada 29–30 Agustus 2025 di Taman Festival Bali. Event dua tahunan ini menjadi wadah ekspresi kreativitas para pecinta otomotif, dan tahun ini Honda tampil dengan konsep Honda Greatest Motorcycle yang menghadirkan hiburan sekaligus beragam program menarik bagi pengunjung.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.