BALI TRIBUNE - Seorang pengungsi yang dirawat di RSU Kkungkung sejak Sabtu (23/9) lalu meninggal Rabu (27/9). Pasien bernama Nyoman Sadri dan telah berumur 100 tahun ini didiagnosa menderita gagal ginjal kronis. Sebelum dirujuk ke RSU Klungkung, Sadri sempat dirawat di Posko Pengungsi Sidemen, Karangasem.
Kematian pasien pengungsi berusia lanjut ini dibenarkan oleh Dirut RSU Klungkung Dr Nyoman Kesuma. “Memang, salah seorang pasien dari pos pengungsian sempat dirawat sejak Sabtu (23/9) di Zal Jambu,” imbuh Nyoman Kesuma.
Dikatakannya, Sadri merupakan rujukan dari Puskesmas Sidemen, Karangasem, didiagnosa menderita gagal ginjal kronis. Selain itu juga usianya sudah lanjut.
100 Ribu Jiwa
Sementara itu Pusdalops BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Bali meliris data terbaru jumlah pengungsi terkait erupsi Gunung Agung. Hingga Rabu (27/9) Pukul 18.00 Wita, data pengungsi sudah mendekati 100 ribu jiwa.
Pengungsi tersebut tersebar di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/ kota se-Bali. Aktivitas vulkanik Gunung Agung yang masih tinggi, membuat gelombang pengungsi terus mengalir.
"Jumlah gempa pada Rabu, lebih banyak daripada Selasa kemarin. Bahkan gempa dirasakan juga meningkat. Pergerakan magma juga mendekati permukaan terus berlangsung. Peluang terjadinya letusan cukup besar. Namun tidak dapat dipastikan kapan akan meletus secara pasti," kata Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (27/9) petang.
Terkait jumlah pengungsi, menurut dia, terus bertambah setiap harinya. Hingga Rabu (27/9) sore pengungsi mencapai 96.086 jiwa. Mereka tersebar di 430 titik pengungsian di 9 kabupaten/kota kota di seluruh Bali.
Sebaran pengungsi, yakni Kabupaten Badung 15 titik (5.879 jiwa), Kabupaten Bangli 30 titik (5.076 jiwa), Kabupaten Buleleng 26 titik (16.901 jiwa), Kota Denpasar 27 titik (2.539 jiwa), Kabupaten Gianyar 13 titik (1.011 jiwa), Kabupaten Jembrana 29 titik (514 jiwa), Kabupaten Karangasem 100 titik (39.859 jiwa), Kabupaten Klungkung 162 titik (19.456 jiwa), dan Kabupaten Tabanan 27 titik (4.851 jiwa)
"Jumlah pengungsi diperkirakan bertambah karena belum semua pendataan selesai dilakukan," ujarnya.
Meningkatnya jumlah pengungsi ini, diakui Purwo Nugroho, karena masyarakat yang berada di luar zona berbahaya pun juga ikut mengungsi. Sebab masyarakat tidak tahu posisi sebenarnya dari batas radius yang dilarang.
"Selain itu juga karena faktor psikologis akibat bahaya dari meletusnya Gunung Agung," urai Purwo Nugroho.
Terkait kebutuhan dasar pengungsi, diakuinya secara umum mencukupi. "Partisipasi masyarakat Bali sangat besar membantu pengungsi. Gotong royong, solidaritas dan kekompakan masyarakat menyebabkan penanganan pengungsi terlaksana baik," ucapnya.
Disinggung sampai kapan masyarakat mengungsi, ia tidak dapat memperkirakan. Semua sangat tergantung kondisi Gunung Agung. "Selama status awas, maka masyarakat tidak diijinkan melakukan aktivitas di radius berbahaya," tegas Purwo Nugroho.
Untuk memberikan peringatan dini, BNPB telah memasang lima unit sirene mobile iCast Rapid Deployment Public Notification System (iRADITIF) di sekitar Gunung Agung. Sirene mobile itu masing-masing ditempatkan di Polsek Kubu, Pos Polisi Tianyar, Polsek Selat, dan Polsek Rendang.
"Sirine ini dipasang sebagai sarana peringatan kepada masyarakat agar segera mengungsi atau menghindar dari bahaya letusan Gunung Agung. Sirine ini mampu melayani masyarakat dengan kekuatan bunyi bisa mencapai 2 kilometer," bebernya.sug/