BALI TRIBUNE - Puluhan pengurus subak yang mewakili 300 petani di Desa Tegal Tugu, Gianyar, mendatangi Kantor DPRD Gianyar, Senin (16/10). Mereka mengeluhkan kekeringan yang melanda 280 hektare lahan persawahan akibat kebocoran saluran irigasi. Ironisnya, salah satu titik kebocoran kini dimanfaatkan untuk objek wisata air terjun.
Pantauan Bali Tribune, sekitar pukul 10,00 Wita, puluhan petani dan pengurus subak dari Desa Tegal Tugu, menggelar spanduk dan long march menuju DPRD Gianyar. Dalam aksi damai ini, mereka ingin mengadu setelah 2,5 tahun menderita paceklik lantaran kekeringan. Hingga di gedung dewan, para petani dengan sabar menunggu penerimaan dari pimpinan DPRD Gianyar beserta pimpinan OPD terkait.
Di hadapan petani, Wakil Ketua DPRD Gianyar, I Ketut Jata dan Ketua Komisi II, IB Nyoman Rai, menyampaikan apresiasinya atas kedatangan perwakilan petani ini yang dengan tertib menyampaikan keluhannya. Pada kesempatan itu, masing-masing perwakilan subak dipersilakan menyampaikan keluh kesahnya.
Dari keluhan petani, terungkap dari 280 hektare luas sawah setempat, 25 persennya dipastikan sudah tidak produktif. Sisanya, petani beralih ke tanaman palawija. Sebagian lainnya nekat menanam padi dengan mengubah pola tanam dari tiga menjadi sekali setahun. Itupun sangat berisiko lantaran di musim kering sekarang ini, air cepat terisap.
“Penurunan debit air irigasi ini terjadi lantaran terowongan irigasi mengalami kebocoran di belasan titik. Bahkan di salah satu titik, bocoran air yang terbuang ke sungai dimanfaatkan sebagai objek wisata air terjun,” ungkap salah seorang pekaseh, Dewa Made Budiana.
Budiana menyebutkan akibat dari penurunan debit air tersebut, dari 280 hektare lahan hanya produktif sekirat 168 hektare saja. Sehingga diperkirakan dalam setahun petani di Tegal Tugu mengalami kerugian sekitar Rp 10 miliar lebih, bisa diasumsikan per hektare menghasilkan beras sebanyak 3 ton. “Bayangkan dalama setahun pendapatan petani hilang Rp 10 miliar per tahun dan kehilangan produksi beras sekitar 1.000 ton per tahun,” jelas Dewa Budiana.
Kadis PU Gianyar, Nyoman Nuadi dalam kesempatan tersebut berjanji akan turun ke lapangan guna mengecek kondisi sebenarnya. Bahkan, dalam pengecekan nanti juga akan melibatkan warga subak, sehingga persoalan bocornya irigasi bisa ditangani dalam jangka pendek. “Opsi perbaikan sedang kami susun, mudah-mudahan di tahun 2018 mendapat anggaran besar sehingga bisa melakukan perbaikan menyeluruh,” jelas Nyoman Nuadi.
Menghindari terjadi gesekan di lapangan, petani dan instansi terkait pun akhirnya sepakat untuk turun ke lapangan secara bersama-sama. Namun petani menegaskan, akan menolak hembusan opsi aliran secara bergilir dengan objek wisata tersebut.