BALI TRIBUNE - Pemerintah Indonesia melalui Badan Pengkajiandan Penerapan Teknologi secara serius menyerap teknologi smart city yang diterapkan oleh beberapa negara di kawasan ASEAN. Dalam kesempatan pertemuan The ASEAN-Japan Workshop yang diselenggarakan di Hotel Kartika Plaza, Kuta, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Unggul Priyanto berharap banyak pengalaman berbagai negara dapat diadopsi oleh Indonesia.
Ia menjelaskan, pertemuan yang mengambil tema 'Technological Inovation for Economic Development' itu hanya sebagai forum tukar pengalaman di negara masing-masing antara negara-negara di kawasan ASEAN dan Jepang. "Dari sini diharapkan banyak pengalaman-pengalaman mereka bisa kita adopsi. Kita harapkan juga kalau ada kemungkinan kita bisa langsung bekerjasama, bukan hanya Indonesia dan Jepang, tapi juga dengan negara-negara ASEAN yang lain," harap Unggul, Rabu 20 April 2017.
Ada topik yang akan menjadi pembahasan serius. Pertama membahas masalah kerja sama antara universitas, lembaga riset, pemerintah dan industri dalam hal inovasi sebuah produk. Menurutnya, tak hanya Indonesia, Jepang juga merasakan bagaimana kerja sama lintas elemen itu tak terjalin dengan baik. "Bukan hanya di Indonesia, di Jepang pun seret. Artinya, pihak industri enggan menggunakan atau bekerjasama dengan universitas untuk membuat satu produk. Istilahnya kalau kita sebut sekarang inovasi," ujar dia.
Permasalahan itu timbul lantaran di Jepang industri telah memiliki unit riset tersendiri yang tak kalah canggih dengan apa yang dihasilkan oleh universitas. "Di sana juga unit risetnya diarahkan untuk menghasilkan inovasi yang di hilir. Sementara umumnya, sama seperti di Indonesia, universitas atau lembaga riset yang lain itu mereka lebih banyak berkecimpung di hulu. Di basic sciens atau menengah," ulas Unggul.
Topik kedua yang akan dibahas yakni smart city. "Smart City itu bagaimana dalam satu kota itu semua dibuat efisien. I-City itu hanya salah satu prasarana saja sebetulnya," papar dia. Yang terpenting dari sistem smart city itu menurut Untung ialah bagaimana semua sistem dibuat seefisien mungkin. Mulai dari sarana transportasinya, pemukiman, pertokoan dan lain sebagainya.
"Terpenting bahwa bagaimana semua dibikin efisien termasuk warna transportasinya. Pemukiman-pemukiman, apakah itu harus terpusat. Kemudian pertokoan itu sendiri atau dibuat blok-blok kecil. Masalah transportasi banyak menggunakan transportasi publik," katanya.
Ia berharap setelah pertemuan itu lembaga riset dan universitas bisa memengaruhi pengambil kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. "Tentunya untuk menciptakan kota-kota seperti itu. Bahwa itu tidak mudah dan sederhana serta butuh waktu, tapi niatan itu ada, karena itu adalah satu hal yang dicita-citakan untuk masa depan," demikian Unggul.