
balitribune.co.id | Mangupura - Di sebuah pagi yang tenang di Desa Jagapati, aroma tanah basah menyambut mentari yang perlahan muncul di balik pepohonan. Di antara alunan suara burung dan deru angin persawahan, tampak sekelompok anak muda berseragam almamater berwarna krem mulai beraktivitas. Bukan untuk berlibur, bukan pula untuk sekadar menyepi dari hiruk pikuk perkuliahan. Mereka datang membawa misi: membangun desa, menanamkan nilai, dan mengubah cara pandang tentang masa depan.
Itulah semangat yang dibawa oleh 65 mahasiswa dan mahasiswi Politeknik Negeri Bali (PNB) dalam program Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) 2025. Mereka datang dari latar belakang disiplin ilmu berbeda—Teknik, Akuntansi, dan Administrasi Bisnis—namun disatukan oleh satu visi: mengoptimalkan potensi desa melalui pendekatan green tourism yang berkelanjutan dan berjiwa lokal.
Dari Kampus ke Desa: Ketika Inovasi Bertemu Kearifan Lokal
Desa Jagapati, yang terletak di Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, selama ini dikenal sebagai desa agraris dengan potensi alam dan budaya yang luar biasa. Namun seperti banyak desa lainnya di Bali, Jagapati menghadapi tantangan: bagaimana menggandeng modernisasi tanpa kehilangan jati diri?
Di sinilah mahasiswa PNB mengambil peran. Bukan sebagai tamu, tetapi sebagai mitra belajar masyarakat. Mereka hadir dengan hati, pikiran, dan segudang ide segar yang membumi.
Salah satu program yang langsung mencuri perhatian adalah pengembangan sistem hidroponik berbasis Internet of Things (IoT). Dengan teknologi sensor dan pemantauan otomatis, mahasiswa jurusan teknik mengajarkan warga cara bertani modern tanpa lahan luas dan dengan efisiensi air yang tinggi.
"Awalnya kami pikir hidroponik itu mahal dan rumit. Tapi ternyata bisa dibuat dari barang-barang sederhana, dan bisa diawasi dari HP," ujar Pak Gede, salah satu petani lokal yang kini tertarik mencoba hidroponik di pekarangan rumahnya.
Mengubah Sampah Jadi Energi, Mengubah Paradigma Jadi Kesadaran
Sementara itu, kelompok lain dari mahasiswa menyasar isu lingkungan yang kerap terabaikan: sampah. Lewat pendekatan edukatif dan praktik langsung, mereka mengajarkan warga cara mengubah sampah rumah tangga menjadi briket, bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Suasana hangat terjadi saat anak-anak hingga ibu-ibu rumah tangga berkumpul di balai desa, memegang cetakan briket buatan sendiri, sambil tertawa dan belajar.
“Selama ini kami hanya tahu membakar atau buang ke sungai. Tapi ternyata bisa dijadikan bahan bakar, bisa dipakai masak air juga,” tutur Ibu Made, warga setempat, dengan mata berbinar.
Mengangkat UMKM Desa Jagapati ke Era Digital Mahasiswa dari jurusan Akuntansi dan Administrasi Bisnis tak kalah berkontribusi. Mereka masuk ke rumah-rumah produksi kecil—dari pengrajin kacang, hingga serundeng—serta membuka akun media sosial dan marketplace digital.
“Banyak pelaku UMKM di desa belum melek digital. Kami ingin bantu mereka agar tidak hanya dikenal di pasar lokal, tapi juga bisa menjangkau pasar luar Bali,” jelas salah satu mahasiswa.
Dengan pelatihan pemasaran daring, branding visual, dan cara berjualan melalui platform online, mahasiswa membantu membuka jendela baru bagi pelaku usaha kecil untuk bersaing dan tumbuh secara mandiri.
Tidak Sekadar Mengabdi, Tapi Menyatu KKN ini bukan hanya deretan program kerja. Ini adalah proses pembelajaran yang dua arah—mahasiswa belajar dari masyarakat tentang filosofi hidup yang membumi, masyarakat belajar dari mahasiswa tentang teknologi dan pengelolaan.
Di akhir pekan, mereka ikut bergotong royong membersihkan TPS3R bersama warga dan kepala perbekel, menari bersama warga, mengikuti Walk Trash bersama lembaga Bank Sampah, dan menyusuri area Jogging Track desa Jagapati untuk berolahraga bersama.
“Kami ingin Desa Jagapati dikenal bukan hanya karena keindahan alamnya, tapi juga karena masyarakatnya yang kreatif, tangguh, dan sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan,” ungkap Ketua KKN-PPM 2025 Desa Jagapati Kelompok 3 dalam sesi evaluasi.
Harapan Hijau dari Jagapati untuk Bali dan Indonesia Kepala Desa Jagapati menyambut program ini dengan antusias. “Mahasiswa PNB tidak hanya membantu secara teknis, tetapi juga menyuntikkan semangat baru bagi masyarakat kami. Harapan kami, kerja sama seperti ini bisa terus berlanjut.”
Kini, saat para mahasiswa perlahan menutup koper dan meninggalkan desa dengan jejak penuh kesan, mereka membawa pulang lebih dari sekadar pengalaman. Mereka membawa pulang pelajaran hidup, rasa tanggung jawab sosial, dan keyakinan bahwa masa depan desa-desa di Indonesia akan cerah—asal ada kolaborasi, kepedulian, dan keberlanjutan.
Dan Desa Jagapati akan selalu menjadi bagian dari cerita hijau itu. Cerita tentang bagaimana ilmu, teknologi, budaya, dan cinta lingkungan bisa menyatu dalam satu perjalanan: membangun dari desa, untuk Indonesia yang lebih lestari.