
balitribune.co.id | Negara - Persoalan sampah kini sudah menjadi masalah pelik, bahkan tidak hanya di perkotaan namun juga hingga ke perdesaan. Berbagai upaya kini tengah dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah yang semakin mengancam di Jembrana. Salah satunya mempelajari langsung pengelolaan sampah yang ada di Singapura.
Singapura salah satu negara didunia yang tergolong berhasil mengelola sampah warganya. Bahkan sampah di Singapura justru mampu dimanfaatkan secara produktif sebagai material membangun pulau buatan. Sampah yang tadinya identik dengan bau busuk, jorok dan kumuh kini justru mampu disulap menjadi TPA hijau sebagai habitat berbagai jenis burung sekaligus menjadi atraksi ekowisata . Adalah TPA Semakau (Semakau Landfill), berlokasi sekitar delapan kilometer di bagian selatan Singapura.
Di area seluas 335 hektare ini menghubungkan Pulau Semakau dan Pulau Sekang beroperasi secara ramah lingkungan dan berkelanjutan. Saat menerima kunjungan kerja Bupati Jembrana dan jajaran Rabu (8/2). General Manager Landfill Management & Operations Department, Desmond Lee menjelaskan TPA Semakau dibangun sejak tahun 1999. Pembangunan berlangsung dalam dua tahap/fase dan selesai pada 2015. Secara teknis jelasnya , Semakau Landfill dibangun dari abu sisa pembakaran sampah.
Abu tersebut ditutup dengan lapisan tanah. Dikatakannya sampah yang dibakar adalah jenis sampah yang tidak dapat diolah sehinga volume sampah berkurang hingga tersisa abu dari pembakaran. Volumenya mencapai 1461 ton perhari. Pemanfaatan sampah menjadi sistem yang produktif itu juga menari perhatian Bupati Jembrana I Nengah Tamba. Menurutnya, ditengah ketidakberdayaan beberapa daerah menangani persoalan sampah, justru Singapura berhasil menyelesaikan persoalan sampahnya.
Bahkan yang menarik, sampah diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. “Ini luar biasa bagaimana Singapura mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang lalu dibakar. Abu dan beberapa limbah padat dikirim ke pulau buatan yang berfungsi sebagai cagar alam, tempat hidup burung dan satwa lainnya. Sangat hijau,” ujarnya. Konsep ini dikatakannya Tamba bukan mustahil bisa diterapkan di Jembrana. Terlebih persoalan sampah saat ini sudah mendesak ditengah kapasitas TPA Peh yang sudah over kapasitas.
Dengan potensi Jembrana yang memiliki beberapa perairan sehingga pihaknya meyakini cagar alam buatan berbahan sampah jika nantinya diaplikasikan di Jembrana akan menjadi daya dukung pariwisata Jembrana dikemudian hari. “Semakau landfill di Singapura ini salah satu solusi dan kita masih mencari beberapa alternatif lain. sehingga kita bisa memutuskan yang terbaik untuk Jembrana dalam penanganan sampah,” tandasnya.