Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

MANA INSENTIF BAGI PETANI

Bali Tribune / Wayan Windia - Guru Besar (E) pada Fak. Pertanian Unud dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Made Sanggra, Sukawati.

balitribune.co.id | Akibat korona, pemerintah harus berpikir dan berjuang keras. Untuk apa? Termasuk untuk bisa memberikan insentif bagi berbagai komunitas. Siapa yang diberikan? Sudah terbuka lebar di media massa. Bahkan insentif diberikan kepada kaum penganggur (via kartu pra-kerja). Enak benar ya. Penganggur akan dapat bayaran. Tetapi sebaiknya, bayaran untuk peserta kartu pra-kerja, jangan sesederhana itu. Mereka kaum penganggur itu, sebaiknya disuruh bekerja (apa saja), kemudian barulah diberikan bayaran. Yang penting harus dibangun kesadaran bahwa bayaran itu didapat, setelah bekerja. Lurah, perbekel, atau bendesa, bisa diberikan tugas untuk mengatur pekerjaan mereka. Bisa membersihkan kawasan peribadatan, membantu bekerja di bumdes, LPD, dll.

Lalu, mana insentif bagi petani kita? Ternyata belum ada wacana. Terbetik berita di Jembrana, bahwa petani yang sudah panen gabah, ternyata tidak ada pembelinya. Mungkin kita bisa katakan : ya, simpan saja dulu, dan nanti bisa untuk cadangan pangan. Tetapi petani kan juga memerlukan uang kontan, untuk membayar hutang dan keperluan cash lainnya. Selalu saya katakan bahwa, petani adalah pejuang dalam senyap. Tidak ada diberikan kanal untuk menyampaikan opininya. Berbeda dengan tukang ojek misalnya. Baru saja akan diadakan PSBB di Jakarta, media massa sudah meliput keberatan dari tukang ojek itu.

Sektor pertanian dan nelayan adalah merupakan kerak kemiskinan. Analisa pihak BI Denpasar pernah mengatakan bahwa kemiskinan itu muncul atau tenggelam, tergantung dari maju-mundurnya sektor pertanian. Kalau di sektor pertanian tidak ada pertumbuhan yang signifikan, maka kemiskinan pasti akan bertambah. Oleh karenanya, dalam masa-masa sulit seperti ini, kaum tani dan nelayan jangan dilupakan. Mereka juga sebaiknya harus diberikan insentif. Paling tidak, dibebaskan dari pembayaran pajak PBB, untuk kawasan sawah dan ladang yang masih di-usahatani-kan. Membayar pajak (PBB) memerlukan uang cash. Uang cash pada petani nyaris tidak ada lagi. Karena terkuras untuk kepentingan domestik, dalam lesunya lalu-lintas ekonomi seperti sekarang ini.

Saya bahkan berpendapat bahwa, pajak PBB untuk sawah dan ladang, seharusnya selamanya bebas (disubsidi 100%). Kenapa ? Karena petani tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendapatan yang memadai. Cash yang mereka miliki sangat tipis. Kalau ada komuditas pertanian yang naik harganya, pasti dengan cepat diadakan usaha untuk import. Kalau tidak, maka inflasi akan segera naik. Sering sekali inflasi itu naik, karena hanya harga cabe atau bawang putih. Janganlah lagi bicara soal komodite beras. Karena harga beras adalah price leader, yang nyaris berpengaruh pada semua komoditas lain. Akhirnya bisa menimbulkan inflasi yang hebat. Lalu, apakah akan selamanya para petani kita yang sudah miskin (kerak kemiskinan) akan diminta sebagai bamper inflasi ?

Kalau pemerintah (kabupaten/kota) ingin tetap mendapatkan pendapatan yang sepadan, maka pajak untuk bangunan-lah yang ditingkatkan. Sedang pajak bumi-nya harus dibebaskan. Karena bangunan-lah yang merusak alam ini. Sedangkan bumi memberikan banyak sekali kepada alam dan manusia. Bahwa bumi (sawah dan ladang) memberikan banyak sekali sesuatu yang tidak kelihatan. Bumi memberikan : oksigen, menahan arus banjir, pemandangan alam yang melankolik/romantik, dan media untuk keberlangsungan aktivitas sosio-kultural. Tetapi petani yang mengolah bumi (sawah dan ladang), sepertinya tidak sempat diberikan perhatian. Untuk itu, UU tentang pajak PBB harus direvisi.

Dapatkah dibayangkan? Kalau dalam suasana korona seperti ini, lalu tidak ada bahan makanan. Meskipun negara kita punya devisa, tetapi tidak ada negara lain yang mau meng-eksport bahan makanannya. Atau kita dalam keluarga punya uang, emas, dan bangunan hotel, tetapi tidak ada bahan makanan yang bisa dibeli. Itu sebabnya, sektor pertanian disebut sebagai sektor primer. Tetapi namanya saja sektor primer, namun perlakuannya tidak primer. Eksodus orang-orang (muda) yang lari keluar dari sektor pertanian menunjukkan bahwa, kita selama ini tidak memperlakukan sektor primer itu sebagai sektor yang primer. Hanya dalam keadaan yang sangat genting, orang-orang mau kembali ke sektor pertanian.      

Saat ini, saya memiliki kolega dari Universitas Nagoya (Jepang), namanya Dr. Naori Miyazawa. Ia sedang studi selama setahun di Bali, untuk memahami tentang subak, dan kaitannya dengan agrowisata. Ia tinggal di Desa Singakerta, Ubud. Baru-baru ini ia mengirim e mail kepada saya, tentang suasana pedesaan di mana ia sedang kost. Bahwa ia bersyukur, karena melihat anak-anak muda mulai aktif terjun ke pertanian. Hal yang sepadan terjadi juga di Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian hanya dilirik pada saat-saat yang sangat kritis (Bali : pecadang kuang). Untunglah, masih ada sawah dan ladang yang tersisa. Kalau tidak ada, akan sangat tidak mudah merubuhkan hotel atau vila, untuk kembali dijadikan sawah atau ladang.

Goal tulisan ini adalah untuk mendorong kesadaran pemerintah dan kita bersama. Bahwa dalam suasana kritis seperti ini, sektor pertanian jangan dilupakan. Mereka memang diam, tetapi mereka memerlukan juga insentif. Hanya saja tidak ada yang mampu menyuarakan suara petani kita. Paling tidak, mereka bisa dibebaskan dari pembayaran pajak PBB. Tujuannya, agar mereka juga merasakan bahwa pemerintah juga hadir pada komunitas kerak kemiskian, yakni kaum tani dan nelayan.

 

 

 

 
 
 
wartawan
Wayan Windia
Category

Lomba Tapel Ogoh-ogoh Mangucita, Melahirkan Kreator Muda Berbakat

balitribune.co.id | Mangupura - Serangkaian HUT Mangupura ke-16 digelar lomba tapel ogoh-ogoh kolaborasi antara Bank BPD Bali dengan Komunitas Jemari berlokasi Lapangan Puspem Badung berlangsung dari tanggal 22-23 November 2025. Menariknya, pada lomba tapel ini, para peserta diminta untuk membuat langsung (on the spot) tapel ogoh-ogoh di lokasi perlombaan. Tujuannya untuk memunculkan undagi mau pun kreator muda berbakat dalam bidang seni ogoh-ogoh.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Gubernur Ajak Generasi Muda Isi Kemerdekaan dengan Tindakan Nyata

balitribune.co.id | Tabanan - Peringatan Hari Puputan Margarana ke-79 diselenggarakan dengan khidmat di Taman Makam Pahlawan Margarana, Tabanan, Kamis (20/11). Dalam kesempatan itu, Gubernur Bali Wayan Koster menyerukan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan melalui kontribusi nyata bagi bangsa. 

Baca Selengkapnya icon click

aksa Tetangga Kekerasan Seksual Anak Kembali Terulang, Pelaku Orang Dekat

balitribune.co.id | Negara - Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Jembrana, hingga kini terus menjadi sorotan. Pasalnya statistik kasusnya terus mengalami lonjakan. Teranyar, kasus pemerkosaan terhadap anak di bawah umur dialami seorang siswi di salah satu desa di Kecamatan Melaya. Kasus ini pun menjadi perhatian serius aparat terkait di Jembrana.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Umanis Galungan, Umat Hindu Berbagai Daerah Padati Pura Lempuyang

balitribune.co.id | Amlapura - Pada momen Umanis Galungan, umat Hindu dari berbagai daerah di Bali silih berganti datang untuk melakukan persembahyangan di Penataran Agung maupun di Pura Luhur yang berada di puncak Gunung Lempuyang.

Rangkaian Pujawali di Pura Sad Khayangan ini sudah berlangsung sejak beberapa hari lalu, dimana puncak karyanya berlangsung pada Wraspati Umanis Wuku Dungulan atau pada saat Umanis Galungan, Kamis (20/11).

Baca Selengkapnya icon click

Jawara Modifikator Region Pamerkan Karya di Final Battle HMC 2025

balitribune.co.id | Garut -  Diikuti ribuan modifikator, puncak pesta Honda Modif Contest (HMC) 2025 ditutup dengan hamparan puluhan modifikasi sepeda motor Honda yang berkelas, berkarakter, dan siap menginpirasi.Gelaran kreativitas yang mengusung tema #Ridecreation ini telah hadir di 10 kota besar di Indonesia dan berakhir pada puncak final battle HMC yang disaksikan ribuan pecinta sepeda motor Honda di Yonif 303 SSM Cibuluh, Garut, Jawa Barat pad

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.