Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Membangun Desa Dengan Tanaman Pisang

Bali Tribune / Wayan Windia - Ketua Stispol Wira Bhakti, Denpasar.

balitribune.co.id | Minggu yang lalu, PT Indonesia Power mengajak saya dan tim Tri Hita Karana (THK) Awards, mengunjungi Desa Bukti di Buleleng bagian timur. Perusahan energi ini menggunakan sebagian dari CSR-nya untuk membantu desa yang sangat tandus, agar menjadi lebih hijau. Tanaman pilihannya adalah pisang. Mengapa pisang? Karena pisang selalu dicari dan dimanfaatkan untuk sesajen, dan sangat baik untuk kesehatan.

Di kawasan wisata Air Sanih, mobil yang saya tumpangi mulai terlunta-lunta mendaki bukit yang terjal dan tandus. Meski di kawasan lain di Bali sudah turun hujan lebat, tetapi di Desa Bukti, lahannya masih kering kerontang, gersang, dan berdebu. Hutan yang masih tersisa saya lihat terbakar habis. Sisa-sisa debunya yang menghitam, masih terlihat jelas.

Mengapa terbakar? Ternyata alasannya simpel sekali. Karena penduduk ingin melenyapkan ribuan semut “semangah” yang gentayangan kemana-mana. Waduh. Hanya untuk melenyapkan semangah, maka hutan harus dibakar habis ? Apakah tidak ada jalan yang lebih manusiawi ? Saya kira, teman-teman di universitas, atau di dinas pertanian, masih bisa diminta bantuannya untuk melenyapkan semangah, agar tidak merusak lingkungan alam.

Ya, begitulah masyarakat kita di pedesaan yang miskin. Karena aksesnya terbatas, maka mereka mengatasi masalahnya dengan cara-cara kearifan lokal. Untuk itu, pemerintah-lah yang seharusnya hadir di tengah-tengah mereka.  Mereka jangan dibiarkan sendiri, dan menjalan proses kehidupan seperti autopilot.

Di Desa Bukti, kami bertemu dengan pimpinan kelompok tani, desa dinas, dan desa adat. Mereka sangat bangga dengan eksistensi pepohonan pisang yang tumbuh subur di kawasan desanya. Luasnya baru tiga hektar. Masih tersisa lahan seluas 60 hektar. Setelah dihitung dari buah pisang yang dihasilkan, mereka mendapatkan tambahan pendapatan sekitar Rp. 3 juta per bulan. Mungkin sukses itu sebabnya, mereka menamakan program desanya itu sebagai : Smart Village Based on Bananas. Sebuah slogan keren, yang ke-Barat-Barat-an. Tapi biar sajalah. Sekali-sekali untuk suatu ke-bangga-an emosional, dari penduduk pedesaan yang miskin dan terpencil.

Sebuah toko modern berjaringan telah datang ke desa itu. Pihaknya meminta agar setiap minggu dapat mendrop pisang seberat 30 ton. Kalau bisa, maka perusahan itu akan menghentikan import Pisang Kapendis dari Lampung. Lho, kenapa demikian? Kalau perusahan itu memang betul ingin membantu petani di  Desa Bukti, maka ia harus mengurangi import pisang dari Lampung. Janganlah petani kita yang miskin itu, lalu diintimidasi dengan angka-angka yang bombastis. Untuk hal itu, lagi-lagi diperlukan kehadiran pemerintah untuk memfasilitasi. Janganlah pemerintah baru hadir setelah petani menuai sukses. Percuma. Hanya mencari nama harum saja.  

Di masa depan, penduduk desa itu ingin mengembangkan tanaman pisang berbasis kultur jaringan. Sudah ada seorang Guru Besar dari Bali yang mengajar di ITB, yang berjanji untuk membantu penduduk Desa Bukti. Tiga orang anak muda dari Desa Bukti, akan diundang ke ITB Bandung, untuk menekuni proses kultur jaringan tanaman pisang. Lho, saya kira Univ.Udayana-pun memiliki ahli-ahlinya. Mungkin diperlukan program pengabdian kepada masyarakat dari Unud di Desa Bukti. Untuk mendidik penduduk desa itu, mengembangkan tanaman pisang berbasis kultur jaringan.

Bupati Buleleng telah meminta ketua kelompok tani Desa Bukti untuk mendidik 20 desa di sekitarnya (yang juga kering) untuk mengembangkan potensi lahannya untuk tanaman pisang. Lalu ada ide untuk mengembangkan sekolah informal lahan kering. Untuk itu, saya sarankan agar sekalian saja membangun Akademi Komunitas Lahan Kering di Desa Bukti. Ngapain membangun sekolah informal? Untuk itu Pemkab Buleleng harus mengusulkan kepada Mendikbud. Pihak Unud di Denpasar juga sudah memiliki Program Studi Lahan Kering. Mungkin bisa diminta untuk membina.

Siapakah yang berada di belakang sukses Desa Bukti mengembangkan pohon pisang? Menurut saya, pihak itu adalah PT Indonesia Power. Perusahan ini mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya yang cukup besar di kawasan itu. Kemudian dengan adanya listrik yang agak berlimpah, maka penduduk bisa membuat sumur bor untuk menemukan air. Dengan adanya air inilah kebun pisang dapat dikembangkan.

Air yang diperoleh disemprotkan dengan sistem spryer, sehingga pemanfaatan air bisa efektif dan efesien. Manager Humas dan Keamanan PT Indonesia Power Bali, Ir. Nyoman Triasa mengatakan bahwa, pihaknya akan tetap berada di kawasan desa itu. Tujuannya, untuk terus bisa berpartisipasi memberdayakan penduduk miskin dan  terpencil. “Tentu saja sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku” katanya.

Ketika pulang, saya merenungkan tentang tekad manusia-manusia yang “bertarung” melawan alam lingkungannya. Mereka harus terus beradaptasi. Yakni untuk terus berusaha menemukan nilai-nilai kehidupan dan penghidupan dari alam lingkungannya. Kalau manusia-manusia itu “kalah” (tidak dapat menemukan nilai kehidupan dan penghidupan di kawasannya), maka mereka akan terdepak. Mereka bisa melakukan urbanisasi, imigrasi, emigrasi, dll. Tetapi kalau manusia itu “menang”, maka mereka akan mempertahankan teritorinya. Bahkan mungkin hingga tetes darahnya yang terakhir.

Seperti halnya harimau atau srigala. Mereka akan mengencingi batas-batas teritorialnya. Di sana mereka akan berusaha eksis. Di sanalah mereka akan mempertahankan kehidupan dan penghidupannya. Kalau ada lawannya datang dan memasuki teritorialnya, maka mereka akan mempertahankan hingga mati, atau lari. Binatang tak beda dengan manusia. Hanya saja secara umum dikatakan, bahwa binatang hanya memiliki dwi-premana, dan manusia memiliki tri-premana. Banyak tokoh spiritual yang tidak sependapat tentang hal tersebut. Namun hingga kini, itulah pendapat umum yang berlaku.

wartawan
Wayan Windia
Category

Dianggap Mencemarkan Nama Baik, Perbekel Desa Selat Laporkan Akun Facebook ‘Global Dewata Bali’

balitribune.co.id | Singaraja – Sebuah akun facebook dengan nama ‘Global Dewata Bali’ di laporkan oleh Perbekel/Kepala Desa Selat, Kecamatan Sukasada, Buleleng, Putu Mara. Laporan tersebut dilayangkan ke Polres Buleleng pada Selasa 17 Juni 2025 karena dianggap telah mencemarkan nama baik Putu Mara melalui sosial media.

Baca Selengkapnya icon click

Yuda Ramadika: Membawa Semangat Spiritualitas Bali ke Tingkat Global

balitribune.co.id | Amlapura - Yuda Ramadika, seorang Yogi muda asal Desa Menanga, Karangasem, Bali, memiliki visi besar untuk membawa spiritualitas dan keseimbangan hidup ke tingkat global. Lahir pada 24 Juni 2005, Yuda tumbuh dalam lingkungan alam yang penuh keteduhan dan spiritualitas di kaki Gunung Agung.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Yoga Wellness Bali: Mengembangkan Spiritualitas dan Kearifan Lokal

balitribune.co.id | Denpasar - Bali telah menjadi magnet global bagi pencari makna, keheningan batin, dan pengalaman spiritual yang otentik. Namun, di balik derasnya arus spiritual tourism, muncul pertanyaan mendasar: apakah Bali akan terus menjadi pelaku utama yang menjaga nilai-nilai luhur, atau akan tergerus menjadi sekadar latar eksotis dari panggung budaya luar?

Baca Selengkapnya icon click

Walikota Jaya Negara dan Wawali Arya Wibawa Tuntaskan Retret Gelombang II

balitribune.co.id | Jatinangor - Retret Kepala Daerah Gelombang II yang digelar selama lima hari dari tanggal 22 Juni sampai 26 Juni 2025 di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat secara resmi ditutup Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya pada saat apel upacara penutupan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Kamis sore (26/6). 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Retreat Kepala Daerah Gelombang 2 Resmi Ditutup, Bupati dan Wakil Bupati Tabanan Terima Penghargaan Purna Praja Kehormatan

balitribune.co.id | Jatinangor - Kegiatan Retreat Kepala Daerah Gelombang 2 yang berlangsung selama lima hari di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor resmi ditutup pada Kamis (26/6). Penutupan kegiatan dilakukan langsung oleh Wakil Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, Arya Bima, dalam sebuah seremoni yang berlangsung khidmat dan penuh semangat kebangsaan.

Baca Selengkapnya icon click

Bupati dan Wakil Bupati Badung Kunjungi Praja IPDN Asal Bali

balitribune.co.id | Jatinangor - Bupati Badung I Wayan Adi Arnawa bersama Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta dan Kepala Daerah lainnya menyempatkan diri mengunjungi para praja IPDN asal Bali dan juga putra daerah dari Kabupaten Badung, di sela-sela kegiatan retreat Kepala Daerah Gelombang II yang digelar di Kampus IPDN Jatinangor.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.