Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Merawat Warisan Kebudayaan

Bali Tribune / Muhammad Adlin Sila - Staf Ahli Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Bidang Hubungan Kelembagaan dan Masyaraka

balitribune.co.id | Kebudayaan memiliki peran sangat penting sekaligus strategis dalam membangun peradaban sebuah bangsa. Salah satu cara merawat warisan kebudayaan adalah dengan memelihara peninggalan sejarah dan melestarikannya demi pemupukan kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional.

Inilah salah satu isi diktum pertimbangan UU No 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

Namun, hingga hari ini sejumlah kasus pencurian benda cagar budaya yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang sangat tinggi sudah seharusnya direspons serius untuk dilindungi dan dilestarikan semua pihak.

Benda-benda bersejarah yang diboyong ketika Belanda menjajah Indonesia, mereka memperolehnya dengan cara agresi militer, atau dengan jalan merampas atau membeli dari para penduduk.

Sejumlah kasus pencurian benda bersejarah lainnya di sejumlah daerah di Indonesia, misalnya, pencurian ratusan keping dan lembar uang kuno serta dua keris kuno koleksi Museum Sejarah Universitas Galuh (Unigal) Ciamis (2018), puluhan koleksi logam dari Museum Provinsi Sulawesi Tenggara di Kendari (2021), dan benda-benda koleksi warisan Kerajaan Bone, seperti senjata, peralatan makan, perlengkapan upacara, keramik, dan uang kuno (2022).

Pemerintah Indonesia hingga kini terus berupaya melakukan hubungan diplomasi, misalnya, dengan pemerintah Belanda, Inggris, India agar benda-benda bersejarah yang menjadi koleksi museum di sana bisa dikembalikan ke Tanah Air.

Dalam konteks masalah tersebut, pada 25-26 Agustus 2023, sebuah kehormatan bagi saya karena telah ditunjuk oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim sebagai ketua delegasi Indonesia dalam kegiatan Culture Minister’s Meeting atau Pertemuan Menteri-menteri Kebudayaan G20 yang berlangsung di Varanasi, Utter Pradesh India.

Tema utama G20 bidang kebudayaan kali ini adalah “One Earth - One Family - One Future”.

Salah satu isu utama yang diupayakan dalam pertemuan ini adalah pengembalian barang-barang antik dan benda-benda curian (the restitution of stolen antiquities and objects) terutama yang terjadi pada masa kolonialisme.

Seperti halnya perbincangan tentang berbagai artefak dan warisan-warisan kebudayaan Nusantara yang berada di luar negeri, seperti Belanda, Inggris, India, dan sebagainya, perlu untuk diupayakan pengembaliannya ke Indonesia.

Belanda secara simbolis telah mengembalikan sekitar 472 artefak ke Indonesia, dan diterima secara simbolis juga oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid di Belanda pada Juli lalu.

Kemendikbud melalui laman resminya juga mengungkapkan, salah satu manfaat dari kehadiran benda antik dan kuno adalah menambah kekayaan dan khazanah budaya bangsa Indonesia.

Selain itu, adanya barang kuno juga dapat memperkokoh rasa persatuan, meningkatkan rasa kebangsaan, dan membantu para insan muda untuk lebih mudah memahami sejarah.

Isu tentang pengembalian barang-barang antik dan benda-benda curian di atas, sangatlah penting sebagai upaya persuasif untuk melestarikan dan melindungi serta menjaga identitas dan warisan nasional kita.

Melalui upaya ini, kita dapat menjaga kekayaan budaya kita untuk generasi mendatang dan memastikan kontribusinya yang berkelanjutan terhadap pembangunan nasional.

Menurut Bambang Brodjonegoro (2017), selaku Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas mengatakan bahwa “Indonesia memiliki tradisi dan sumber pengetahuan lokal yang sangat kaya dan hidup” sehingga dua hal tersebut menjadi dasar yang kuat dalam melaksanakan rencana pembangunan nasional.

Serangkaian pemikiran tentang pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pembangunan sosial hingga pembangunan berkelanjutan.

Namun, pembangunan yang dimaksud di sini sebagaimana dijelaskan Asmin (2018) adalah pembangunan kebudayaan yang dapat mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang mengarah pada pembangunan nasional.

Hal lain yang tak kalah penting adalah pengintegrasian pendidikan budaya ke dalam kurikulum sekolah, penyelenggaraan pameran dan festival warisan budaya, serta promosi program pertukaran budaya.

Dengan memupuk pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap warisan budaya, kita dapat memperkuat pembangunan nasional dan menciptakan masyarakat yang menghargai dan merayakan keberagaman.

Melalui pendidikan akan muncul gerakan promosi keragaman dan inklusivitas budaya, seperti mempromosikan acara dialog artefak, dialog kitab-kitab kuno, sarasehan multikultural, gerakan atau kebijakan mendukung seniman minoritas, menetapkan kebijakan inklusif, dan mendorong dialog antarbudaya.

Dengan merangkul dan merayakan kekayaan budaya yang berbeda, kita tidak hanya menciptakan masyarakat yang lebih harmonis namun juga membuka potensi inovasi dan pertumbuhan ekonomi.

Kolaborasi dengan lembaga dan organisasi kebudayaan merupakan kunci dalam menjaga, mengembangkan, memanfaatkan, dan membina kebudayaan.

Seperti halnya bermitra dengan museum, galeri, perpustakaan, dan organisasi komunitas, sehingga kita dapat menciptakan peluang untuk pertukaran budaya, melestarikan dan memamerkan warisan kita, serta menyediakan platform bagi seniman dan pencipta untuk berkembang.

Kebudayaan, dengan demikian memiliki dampak pada pembangunan nasional, di antaranya: Pertama, mempertahankan identitas dan nilai-nilai Lokal.

Kebudayaan membantu menjaga identitas dan nilai-nilai budaya lokal suatu masyarakat. Ini penting dalam menghindari homogenisasi global dan mempertahankan kekayaan budaya yang unik.

Kedua, kebudayaan dapat menjadi sarana untuk mempromosikan inklusi sosial, menghormati keragaman, dan mengurangi kesenjangan dalam pembangunan.

Ketiga, partisipasi masyarakat dalam pengembangan proyek-proyek pembangunan berkelanjutan akan lebih efektif jika berlandaskan pada nilai-nilai budaya setempat, sehingga masyarakat merasa memiliki dan berkontribusi secara aktif.

Penting untuk digarisbawahi bahwa integrasi kebudayaan dalam pembangunan berkelanjutan harus dilakukan dengan menghormati dan mempertimbangkan aspirasi serta hak-hak masyarakat lokal serta memastikan bahwa perubahan yang dihasilkan menguntungkan semua pihak.

wartawan
Muhammad Adlin Sila
Category

Sering Banjir-Longsor, Pemkab Tabanan Akan Buat Jembatan di Lembah Sanggulan

balitribune.co.id | Tabanan – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tabanan akan membuat jembatan pada lokasi lima rumah yang terkena banjir dan longsor di Perumahan Lembah Sanggulan di Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri.

Rencana ini merupakan solusi yang hendak direalisasikan Pemkab Tabanan mulai 2026 mendatang untuk mengantisipasi terulangnya banjir dan longsor di kawasan itu.

Baca Selengkapnya icon click

Ketua DPRD Tabanan Dorong Normalkan Aliran Tukad Yeh Dati Karena Sering Meluap

balitribune.co.id | Tabanan – Ketua DPRD Tabanan, I Nyoman Arnawa, meminta pemerintah daerah setempat menormalkan aliran sungai atau Tukad Yeh Dati di Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, karena airnya sering meluap hingga menyebabkan banjir dan longsor.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

BWS Bali-Penida Fokus Normalisasi Sungai dan Infrastruktur Pengendali Banjir

balitribune.co.id | Denpasar - Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida tengah menyiapkan langkah serius untuk menormalisasi sejumlah sungai besar di Bali. Kepala BWS Bali-Penida, Gunawan Suntoro, menegaskan normalisasi ini mendesak dilakukan menyusul tingginya curah hujan yang berpotensi menimbulkan banjir.

Baca Selengkapnya icon click

Tim Gabungan BPBD Terus Sisir Sungai Pascabanjir

balitribune.co.id | Denpasar - Tim gabungan BPBD dan perkumpulan penyelam Desa Serangan melakukan penyisiran korban banjir bandang di aliran Tukad Badung di kawasan Istuari Dam Suwung, Rabu (17/9). Penyisiran yang melibatkan 9 penyelam secara bergantian, terus dilakukan sejak pagi selama dua hari ini di lokasi yang sama. 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Dapur Umum Korban Banjir di Pulau Biak I Masih Berlangsung

balitribune.co.id | Denpasar - Salah satu wilayah yang terdampak banjir bandang pada 10 September 2025 lalu adalah warga Jalan Pulau Biak I dan II dimana kawasan ini genangan air mencapai setinggi rumah. Pemukiman padat penduduk ini memutuskan untuk membuat dapur umum di kamp yang sebelumnya jadi tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya icon click

BPR Lestari Bali Lanjutkan Aksi Peduli untuk Warga Terdampak Banjir Denpasar

balitribune.co.id | Denpasar - Dampak banjir bandang yang melanda sejumlah titik di Kota Denpasar masih terasa hingga kini. Lumpur dan sampah yang menumpuk membuat warga kesulitan membersihkan lingkungan mereka.

Sebagai bentuk kepedulian, BPR Lestari Bali kembali turun langsung membantu warga pada Selasa (16/9). Kali ini, aksi gotong royong difokuskan di Jalan Glogor Carik dan Perumahan Griya Selaras, Ubung Kaja.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.