Diposting : 2 July 2018 15:29
Release - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Gubernur Bali Made Mangku Pastika kembali menggelar simakrama dengan masyarakat, Sabtu (30/6/2018) di Ruang Wiswa Sabha Utama Kantor Gubernur. Sedikit berbeda dari pelaksanaan kegiatan serupa pada bulan-bulan sebelumnya, simakrama kali ini didominasi oleh kalangan generasi muda. Pastika pun sangat mengapresiasi semangat dan keberanian mereka unjuk bicara dalam forum simakrama.
Dari 14 peserta simakrama yang berkesempatan menyampaikan aspirasi, 6 diantaranya adalah kalangan muda. Mereka adalah Nanda Cynthia Lestari, Pande Putu Agus Santosa, I Wayan Artaya, Agus Kevin Dwi Kusuma Putra, Dewa Guna Arsa dan I Gusti Ngurah Dibia. Nanda Cynthia Lestari menyampaikan keprihatinan terhadap perkembangan mental generasi muda Bali. Dia mengamati, belakangan remaja Bali tengah mengalami degradasi moral. “Remaja cowok lebih suka nongkrong sambil minum-minum. Sementara remaja cewek banyak yang tak sungkan lagi menggunakan pakaian minim untuk menarik lawan jenis,” ujar perempuan yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa pada salah satu universitas di Surabaya ini. Bila dibiarkan, ia khawatir dengan masa depan generasi muda Bali. Untuk itu, Cynthia mengusulkan agar pemerintah merancang program khusus untuk mewadahi kreatifitas para remaja. Hal senada diutarakan Pande Putu Agus Santosa dan I Gusti Ngurah Dibia. Santosa mengusulkan Program Kreatifitas Pemuda Bali (PKPB). Program ini adalah sebuah upaya untuk mendorong keterlibatan kalangan generasi muda dalam pembangunan. Sementara Ngurah Dibia menyinggung aksi nekat jual diri yang dilakukan secara terang-terangan oleh remaja putri. Menurutnya hal ini patut disikapi serius oleh para orang tua dan pemangku kepentingan. Sedangkan Artaya menitip harapan kepada pemimpin Bali lima tahun ke depan agar mengevaluasi kembali konsep mitigasi bencana khususnya terkait erupsi Gunung Agung. Dewa Guna Arsa yang tampil selanjutnya menyampaikan harapan agar Gubernur Pastika tetap mencurahkan pikiran dan tetap memberi masukan bagi pembangunan Bali. Sementara Agus Kevin Dwi Kusuma Putra berharap pemerintah lebih memperhatikan keberadaan Forum Anak Daerah Bali.
Pastika menyatakan salut dan mengapresiasi semengat para generasi muda. Menurutnya, keberanian bicara adalah modal untuk memenangkan persaingan dan menghadapi arus perubahan. “Kalau ingin didengar, kalian harus berani bicara. Jangan diam saja,” ucapnya.
Masih terkait program untuk generasi muda, Pastika menyinggung keberadaan tenaga kerja Bali di kapal pesiar. Ia menyampaikan keinginan untuk melihat langsung kehidupan anak muda Bali yang banyak bekerja di kapal pesiar. Selain itu, ia berharap ke depannyaAPBD Provinsi Bali lebih banyak dialokasikan untuk membantu anak-anak yang ingin bekerja di kapal pesiar. Karena menurutnya pekerjaan di kapal pesiar cukup menjamin kesejahteraan keluarga.
Lebih jauh Pastika mengurai, selama ini Pemprov Bali telah mengalokasikan dana untuk membantu keberangkatan tenaga kerja Bali ke kapal pesiar. "Setiap tahun kita bantu 500 orang. Setiap anak memperoleh Rp. 25 juta, itu untuk biaya tiket, ngurus paspor. Agar anak-anak kita tak sampai menggadaikan tanah," ujarnya. Dari hasil kunjungan ke beberapa desa, Pastika menilai pekerjaan di kapal pesiar cukup menjanjikan untuk peningkatan kesejahteraan keluarga. "Setiap saya berkunjung ke desa dan melihat rumah yang lebih bagus dari yang lain, ternyata yang punya adalah keluarga yang anaknya kerja di kapal pesiar," imbuhnya. Itu menandakan bahwa pekerjaan di kapal pesiar menjadi salah satu alternatif untuk mengentaskan kemiskinan di Pulau Dewata.
Tak hanya kalangan muda, simakrama kali ini juga dimanfaatkan oleh peserta lainnya untuk menyampaikan aspirasi. Wenten Ariawan menyampaikan selamat atas suksesnya pelaksanaan Pilkada 2018. Berikutnya ada Nyoman Mustika yang menginginkan agar pemerintah lebih memperhatikan penyandang disabilitas. Peserta lain yaitu I Nengah Wardana berharap agar pemerintah menata perpustakaan SMA/SMK se-Bali. Berikutnya AA. Gede Muninjaya menanyakan golden legacy Gubenur Pastika yang telah memimpin Bali selama sepuluh tahun. Terkait golden legacy, Pastika menyatakan bahwa dia tak mewariskan sesuatu berupa bangunan fisik. Selama menjadi Gubernur, ia fokus pada tiga hal yaitu pengentasan kemiskinan, mencerdaskan SDM dan meningkatkan derajat kesehatan. "Tak masalah kalau saya tak dikenang, karena saya merasa itu memang tugas saya," imbuhnya.
Selanjutnya ada Wayan Suata dari Legian Kuta yang berharap agar pengelola transportasi lebih terbuka dengan sistem online. Sedangkan Marja Abbas menyinggung keberadaan Pura Dalem seiring dengan trend kremasi. Sedangkan Wayan Suparta mendorong pembangunan perpustakaan di Desa Pakraman dan program wayang kulit masuk sekolah.