PKK Blahbatuh Siap Arak “Kala Ludra” | Bali Tribune
Bali Tribune, Senin 23 Desember 2024
Diposting : 15 March 2018 20:01
Redaksi - Bali Tribune
budaya
KALA LUDRA - Persiapan Ogoh-ogoh Kala Ludra yang akan diarak ibu-ibu PKK Banjar Tengah, Blahbatuh

BALI TRIBUNE - Arakan Ogoh-ogoh saat malam pengrupukan kerap ternoda akibat ulah segelintir orang yang memicu gesekan. Padahal pertunjukan budaya ini akan momentum untuk menujukkan karya budaya sekaligus memberikan hiburan kepada masyarakat. Karena itupula, pawai ogoh-ogoh di Banjar Tengah, Blahbatuh, selalu berinovasi untuk menampilkan pawai ogoh-ogoh yang menghibur dan membuang kesan ketegangan.

Menariknya, tahun ini garapan pawai ogoh-ogoh setempat melibatkan seluruh komponen banjar setempat. Tidak hanya para Yowana, warga banjar hingga ibu-ibu PKK pun dilibatkan.  Bahkan, puluhan ibu-ibu PKK kali ini ditunjuk sebagai pengarak ogoh-ogoh  yang nantinya dipertunjukkan dengan kolaborasi dramatari bertemakan Kala Sudra Somya.  “Tahun lalu, kami libatkan sekha truni, kali ini  giliran Ibu-ibu PKK yang mengarak ogoh-ogoh. Kami ingin memberikan hiburan dan membuang jauh kesan ketegangan,” terang Ketua Sekha Truna Bhina Karya, Banjar Tengah, Blahbatuh I Nyoman Kurniawan Suputra, Rabu (14/3).

Disebutkan, pada malam pengrupukan itu, mereka akan mengikuti prosesi  pawai ogoh-ogoh secara bersamaan dengan seluruh banjar di Desa Blahbatuh. Dipusatkan di Catuspata, mereka lantas mengarak ogoh-ogoh ke banjar masing-masing. Hingga di Banjar Tengah, mereka akan mempertunjukkan sendratari ogoh-ogoh yang melibatkan sekitarnya 150 penabuh dan penari serta semua konponen banjar untuk  berpesta budaya. “Momentum ini juga kami jadikan perekat jalinan kekeluargaan  kami di banjar,” terangnya.

Mengenai pemilihan tema “Kala Ludra Somya”, Kelian Banjar Tengah Ketut Ambara memaparkan kisah Dewa Siwa yang turun ke bumi untuk menemui Dewi Durga dengan perubahan wujud menjadi Kala Ludra.  Dari pertemuan itupual telah menimbulkan kekelutan dan kegaduhan. Hingga akhirnya, Dewa Bhrahma, Wisnu dan Eswara ikut turun ke bumi dan meminta Dewa Siwa kembali ke wujudnya dengan mensomya perwujudan Kala Ludra. “Kalau kita cerminkan  dalam kehidupan sekaranag sangat tepat. Karena hubungan intim  dengan orang, waktu dan tempat yang salah, pasti menimbulkan kegaduhan,” pungkasnya.