
balitribune.co.id | Bangli - Di balik adanya rencana revitalisai Lembaga Pemasyarakatan (lapas) Kerobokan ke Kabupaten Bangli justru menimbulkan pro-kontra di kalangan DPRD Bnagli. Satu sisi ada anggota dewan yang setuju Lapas Kerobokan dipindahkan ke Bangli dan disisi lain secara terang - terangan anggota dewan menolak pemidahan tersebut ke Bangli
Anggota DPRD Bangli, I Wayan Sutama secara pribadi terang - terangan menolak rencana pemindahan Lapas Kerobokan ke Bangli. Politisi Golkar ini mengatakan, pemidahan Lapas Kerobokan ke Bangli akan merusak citra Kabupaten Bangli karena dicap sebagai daerah tempat pembuangan.
”Bayangkan saja Rumah Sakit Jiwa dan Lapas Narkoba sudah di Bangli, sekarang mau bangun Lapas terbesar di Bali, imbas yang dirasakan masyarakat Bangli dari pembangunan tersebut tidak ada, malah citra Bangli bisa rusak,” ungkap mantan Perbekel Kintamani ini.
Lanjut Wayan Sutama, keberadaan Lapas Kerobokan di Bangli tidak akan dapat membawa dampak postif bagi kemajuan pergerakan perekonomian masyarakat. Justu keberadaannya akan membawa dampak sosial yakni dapat mempengaruhi stabilitas sosial dan kenyamanan masyarakat.
“Pembangunan Lapas dapat meningkatkan potensi gangguan keamanan dan kejahatan di lingkungan masyarakat,” jelasnya, Senin (22/9).
Pihaknya tidak habis piker apa yang menjadi pertimbangan mendasar Lapas dibangun di Bangli, sementara jika dilihat dari kondisi geografis, Bangli lebih layak di jadikan pusat pendidikan.
”Kalau ingin agar pembangunan di Bali merata dan tidak hanya numplek di wilayah selatan, harusnya pemegang kebijakan memikirakan pemindahan kampus UNUD ke Bangli dan itu lebih elegan buat Bangli, tahu sendiri bagaimana kroditnya arus lalin menuju kampus UNUD di Jimbaran, ini kok Lapas yang tidak memberikan kontribusi apa-apa ke masyarakat justru mau di bangun di Bangli , kalau mau bangun Lapas jangan lagi di Bangli cari saja daerah yang Welcome di wilayahnya dibangun Lapas,” tegas Wayan Sutama.