BALI TRIBUNE - Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Denpasar menggelar acara peringatan 175 tahun Serikat Karya Anak Remaja Misioner (SEKAMI). Kegiatan yang berlangsung dua hari (6-7/1) itu bertempat di Gereja Katolik Roh Kudus Denpasar.
Ketua KKI Keuskupan Denpasar, RD Herman Yoseph Babey, Pr mengatakan, kegiatan ini untuk membina iman dan karakter anak-anak sehingga mereka sejak dini menghargai sesama dan sahabatnya walaupun dari suku, agama dan RAS yang berbeda. “Keberadaan SEKAMI sejak keberaadaannya, memang untuk pembinaan iman anak anak usia dini, dari 0-15 tahun , lewat pembinaan iman, dan mental. Mereka diajarkan bagaiman mengasihi orang lain khususnya para sahabat dengan 2D dan 2K yakni, Doa, Derma, Kurban dan Kesaksian. Itu yang dilakukan selama ini melalui para pembina. Para pendamping kami siapkan, dan anak-anak ambil bagian dalalam berbagai kegiatan,” kata RD Herman Yoseph Babey usai memimpin perayaan ekaristi, Minggu (7/1).
Lanjut Romo Babey sapaannya, dalam proses kegiatan SEKAMI selama ini, anak juga diajarkan dan belajar menghargai orang lain. Menurutnya, banyak orang dewasa karena egoisme, kekayaan, jabatan dan status sosial dan juga karena keberadaan ekonomi yang kurang mampu, lalu tidak memberi pendampingan, sehingga anak-anak menjadi korban. “Untuk itu melalui SEKAMI kita mau berbagi dan menumbuh kembangkan mental anak-anak untuk menghargai sesamanya sejak kecil. Kita juga selalu memperhatikan pembinaan anak –anak terlantar melalui derma misioner yang kemudian diberikan kepada anak-anak yang kurang mampu tanpa membedakan suku agama dan RAS,”kata Romo Babey.
Sebelumnya, dalam khotbanya Romo babey mengatakan, Semua kita ingin sukses dalam perjalanan ziarah agar menuju pelabuhan surgawi. Apakah kita sudah menempatkan Tuhan sebagai jalan menuju kesuksesansurgawi itu? atau kita membiarkan diri dikuasai dunia?
Direktur Pusat Pastoral Keuskupan Denpasar mengibaratkan dalam suatu perjalanan selalu ada petunjuk arah untuk mempermudah orang bisa mencapai titik tertentu. Begitupun dalam berlalu-lintas, ada rambu-rambu rambu lalu lintas. “Ada yang mentaatinya. Ada juga yang melanggar. Itu kalau di jalan raya. Di rumah tangga ada juga aturan dalam rumah tangga. Ada waktu anak-anak untuk main, ada waktu belajar, ada waktu tidur. Bila anak anak patuh pada arah orang, tua maka anak itu menjadi baik. Kalau tidak, maka anak anak melawan. Dalam dunia penddikan pun ada juga aturan main,”ujarnya.
Kegiatan SEKAMI selama dua hari itu diikuti oleh ratusan anak-anak dan diisi dengan berbagai kegiatan dan lomba dari pagi sampai malam.