BALI TRIBUNE - Peningkatan aktivitas Gunung Agung sejak September 2017 lalu membawa dampak terhadap industri wisata tirtha di kawasan Tanjung Benoa, Kuta Selatan. Terlebih kawasan wisata diving di Kabupaten Karangasem.
Ketua Gabungan Usaha Wisata Tirtha (Gahawisri) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana saat ditemui di Denpasar, Rabu (18/10) menyebutkan jika saat ini sejumlah spot aktivitas wisata tirtha atau air di Karangasem ditutup sementara hingga aktivitas Gunung Agung kembali normal.
Tulamben yang merupakan salah satu spot favorit untuk kegiatan wisata tirtha khususnya diving (menyelam) bagi turis asing dan domestik telah ditutup. Begitu juga kegiatan rafting di Telaga Waja karena alasan keamanan juga sementara ini tidak beroperasional. Berhentinya sementara kegiatan wisata tirtha di Tulamben tersebut membawa kerugian, pasalnya dalam sehari sebanyak 500 hingga 1500 orang wisatawan melakukan aktivitas wisata menyelam di kawasan itu.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Agung, wisatawan yang hendak menyelam di Tulamben sekarang ini dialihkan ke tempat lebih aman seperti Nusa Penida dan Padangbai. Pengalihan destinasi diving ini berlangsung sejak Gunung Agung dinyatakan dalam status level IV (awas). Spot diving lainnya di Karangasem seperti Amed yang berada di radius 12 kilometer dari Gunung Agung ini juga terdampak.
Kondisi tersebut kata dia mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan aktivitas wisata tirtha di Bali yang terlihat sejak Oktober ini. Disebutkannya, penurunan tersebut dikarenakan pada Oktober pariwisata Bali memasuki low season atau sepi kunjungan wisatawan. Biasanya pada momen tersebut permintaan aktivitas wisata tirtha mengalami penurunan rata-rata 10 persen. Namun sejak 8 Oktober 2017 terjadi penurunan aktivitas wisata tirtha hingga 30 persen dikarenakan low season dan aktivitas Gunung Agung.
Lebih lanjut Gus Agung mengatakan jika penurunan tersebut sebagian besar dari wisatawan Tiongkok. "Diving dialihkan ke Padangbai. Bersyukur ada Padangbai karena relatif aman. Dialihkan juga ke Nusa Penida dan Menjangan. Pengalihan destinasi diving itu merupakan masalah keamanan, wisatawan pun bisa terima," terang Gus Agung.
Dipaparkannya bahwa masing-masing spot diving di Pulau Bali ini memiliki keunggulan dan kekurangan. Misalnya destinasi diving Tulamben dikenal kalangan wisatawan karena adanya shipwreck atau kapal karam. Sedangkan lokasi diving di Padangbai cukup luas dilengkapi Shark Point dan ikan-ikan kecil.
"Rata-rata per hari hingga 1500 orang berwisata di shipwreck (Tulamben). Meski demikian di Padangbai juga cukup beragam dibandingkan Tulamben karena memang hanya shipwreck dan gampang turunnya. Untuk ukuran wisata tirtha khususnya diving di Bali sangat lengkap," katanya.
Diakui Gus Agung pengalihan destinasi diving dari Tulamben ini menguntungkan bagi spot diving lainnya. "Memang menguntungkan pihak lain, merugikan tempat diving di Tulamben. Di tempat lainnya masih aman untuk melakukan kegiatan wisata tirtha. Hanya 2 persen destinasi wisata di Bali yang terdampak aktivitas Gunung Agung. Kawasan Kuta, Ubud dan lainnya tetap aman," ujarnya.