Transisi Menuju Musim Penghujan, Petani Percepat Musim Tanam Padi | Bali Tribune
Diposting : 21 October 2020 21:13
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
Bali Tribune / Di masa transisi musim kemarau ke musim penghujan ini, petani padi di Jembrana kini mempercepat musim tanamnya yang sempat terganggu akibat kemarau panjang tahun 2019 lalu.

balitribune.co.id | NegaraSelain dampaknya perlu diantisipasi, musim penghujan belakangan ini justru juga membawa berkah bagi para petani. Setelah musim panen raya September lalu, kini petani khususnya petani subak basah langsung menyesuaikan musim tanam padi yang sempat tertunda dan mundur akibat kemarau panjang tahun 2019 lalu

Sebelumnya kemarau panjang yang terjadi tahun 2019 berlangsung lebih dari lima bulan. Dampaknya saat itu musim tanam padi terganggu lantaran kesulitan suplai air. Akibatnya musim tanam padi tahun 2020 ini juga sempat ikut terganggu. Salah seorang petani padi di Subak Benel, I Putu Suyadnya mengaku saat itu musim tanam padi sempat tertunda dan molor, “pada umumnya setahun bisa tiga kali musim tanam, tahun 2019 cuma yang normal sekali di awal tahun” ujarnya.

Pemilik sawah di Banjar Pangkung Liplip, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini mengaku saat itu sempat musim tanam tertunda dan molor, “tertunda sehingga setahun dua kali musim tanah.Musim tanam keduanya itu jadi satu dengan musim tanam pertama tahun 2020” ungkapnya. Sedangkan musim tanam di tahun 2020 ini baru berlangsung dua kali karena mundur. Sehingga ia bersama petani lainnya kini menyesuaikan kembali musim tanah di musim penghujan ini.

“Setelah musim panen ke dua tahun ini, langsung musim penghujan normal sehingga untuk menyesuaikan kembali kami tidak ada jeda. Sekarang persiapan kembali musim tanam ke tiga” jelasnya. Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, I Wayan Sutama juga mengatakan musim penghujan saat ini mengembalikan musim tanam padi ke musim tanam normal seperti terdahulu, “hujan sekarang ini sesuai dengan musim padi terdahulu” ujarnya.

Dari berbagai pola musim tanam padi yang dimiliki setiap subak di Jembrana, dengan situasi cuaca yang mendukung ini pihaknya berharap subak juga mengakselerasi (mempercepat) pola tanamnya. “kembali ke pola yang memang normal tapi harus di percepat sesuai kondisi cuaca, tidak harus lagi menunggu duasa baik lagi” jelasnya. Ia menyebut luasan sawah di Jembrana seluas 6.724 hektar dan saat ini dari 148 subak di Jembrana,  ada 84 subak basah yang masih produktif.  

Bahkan pengamatannya sejumlah subak kini sudah memulai mempersipakan musim tanam padi kembali setelah musim panen yang masih berlangsung hingga pertengahan Oktober ini, “seperti di Kaliakah, di Tamblang sudah mempercepat proses olah tanah”  jelasnya. Sedangkan Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jembrana, Rahmat Prasetya mengatakan berdasarkan update data per 10 Oktober lalu, memang terlihat wilayah Jembrana berwarna hijau dari peta iklim Bali milik BMKG Bali.

Sehingga menurutnya belakangan ini kondisi hujan dengan intensitas yang tinggi masih akan terjadi salah satunya di wilayah Jembrana. "Dari data itu Wilayah Jembrana masih  berpeluang turun hujan berlanjut hingga 10 hari ke depan,” jelasnya. Dikatakannya sebagai informasi di bulan Oktober ini adalah masa transisi menuju musim hujan. Dalam masa transisi itu ditandai dengan hujan ekstrem harian.