BALI TRIBUNE - Puluhan warga terlibat berebut sesajen serangkaian ritual Pedanan di Pura Dalem Gede Peliatan, Ubud, Jumat (21,4) kemarin. Diyakini sesajen dimaksud merupakan berkah bagi kelangsungan warga menjalani kehidupan mereka.
Saat aba-aba dimulai, puluhan warga yang berasal dari luar Pakraman Peliatan langsung berebut menaiki balai sesajen pedanan. Disemangatai oleh Tabuh Balaganjur, peserta berlomba-lomba untuk mendapatkan peralatan sebanyak-banyaknya.
Apapun yang ada di bangunan itu, direbut karena diyakini sangat bertuah. Diantaranya, peralatan pertanian, uang kepeng, emas dan yang lainnya. bahkan ada bonus beriapan kitiar yang bertulaikan uang tunai mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta.
Saat berebut, peserta pantang saling melukai, agar benda yang didapat berdayaguna. Tak hanya benda-benda yang bernilai ekonomis. Semua yang ada dibangunan itu diambil. Karena ritual seperti ini hanya dilaksanakan dalam hitungan tigapuluh tahun sekali.
“Saya Dapat Ember, Uang Kepeng dan kayu, semua hartus disyukuri dan digunakan dengan baik,” terang I Made Kota, warga asal Desa Petulu Bendesa Desa Pakraman Peliatan, I Ketut Sandi mengatakan, sebelum diperebutkan sesajen berkah ini disucikan pendeta, dengan menurunkan arca-acra sakral di pura setempat. Sebagai simbol turunnya dewata untuk memberkahi.
“ Dalam ritual ini, selaian memohon keselamatan dan keseimbangan alam, khususnya di Pakraman Peliatan, juga medana-dana. Artinya, kami di Desa Pakraman Peliatan berdana berupa sesajen Pedanan untuk karma dura desa (warga dari luar desa),” ungkap sandi.
Lanjutnya, secara ekonomi benda-benda yang didapatkan warga memang tidak bernilai tinggi. Namun, dari keyakinan warga sekecil apapun, benda yang didapat dalam ritual ini sangat disyukuri. Karena akan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran.
“Untuk berjaga-jaga sebagai pertolongan pertama jika ada peserta yang terluka, kami sudah siapkan tim medis. Syurkurnya tidak ada peserta yang terluka serius, cuma lecet kecil, “terangnya.
Sejumlah pejabat pun hadir menyaksikan prosesi upacara. Diantaranya tampak Wakil Gubermnur Bali, I Ketut Sudikarta , Wakil Bupati Gianyar I Made Mahayastram, serta pejabat laiaannya. Mereka pun mengapresiasi atas sikap kebersamaan dan kekeluargaan krama dalam pelaksanaan karya.
“Rasa kebersamaan dan kekeluargaan ini juga dapat diterapkan dalam melaksanakan kehidupan sehari sesuai dengan konsep Tri Hita Karana, “ pesan Sudikarta saat memberikan sambutan.