Natalino Muni Nepa Rassi, S.Pd., M.Pd - Guru SMA 8 Denpasar
“Mitos bisa saja dibuat berdasarkan kepentingan politik, jadi jangan sampai kita meyakini mitos di dalamnya ada kepentingan politik”. Dr. I Gede Suardana.
Politik dan Mitos, Refleksi Bali Jani IV
Menyelam dalam nadi kehidupan masyarakat Bali, tentunya kita akan disajikan beragam seni, budaya, keindahan alam, tradisi, kepercayaan, dan hal-hal unik lainnya yang takkan habis dibicarakan. Bali itu unik dan tidak ada duanya, komentar seperti ini sudah biasa dilontarkan oleh orang-orang yang berkunjung ke Bali hal ini juga yang mengokohkan nama Bali sebagai salah tempat paling istimewa di Indonesia. Beragam julukan yang disematkan ke Pulau Bali bukan isapan jempol semata. Hal ini bahkan diakui oleh dunia. Mulai dari tempat wisatanya yang menjadi magnet bagi para wisatawan lokal dan mancanegara. Salah satu daya tarik pariwisata adalah wisata air. Jika merefleksi kembali tentang air di Bali air sangat disucikan oleh masyarakatnya. Mengapa? hal ini dikarenakan air merupakan sarana yadnya yang penting. Segala proses keagamaan orang Hindu di Bali selalu dimulai dan diakhiri dengan tirtha. Air sebagai spirit keagamaan tidak terlepas dari ritual masyrakat Bali yang meyakini air sebagai pembersih dan penyucian. Berawal dari air yang bersih kemudian disucikan dengan diberikan japa mantra, dan doa sehingga melahirkan tirta sanjiwangi. Air yang bersih belum tentu digolongkan suci jika dilihat dari tempat dan keberadaan air tersebut. Air membersihkan kotoran dan sebagai sarana purifikasi berbagai obyek untuk upacara dan ritual keagamaan. Kata “Tirtha” itu sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti sebagai kesucian atau setitik air, air suci, atau bersuci dengan air. Secara spesifik, tirtha berfungsi untuk membersihkan diri dari kotoran maupun kecemaran pikiran. Hakekatnya air menjadi nadi dalam kehidupan manusia, tanpa air maka semua kehidupan akan musnah. Memuliakan air sudah seharusnya dilakukan sebagai wujud nyata menjaga, melestarikan, serta menyayangi kehidupan di bumi.
Menilik lebih jauh terkait air di Bali sebenarnya pemerintahan di Bali sejak jaman dahulu kala sudah menyucikan dan menjadikan air sebagai tempat pariwisata dan hiburan. Kita bisa melihat dengan adanya peninggalan-peningggalan wisata air di Bali seperti Tirta Empul, Tirta Ganga, Taman Ayun, dan masih banyak lagi yang sampai saat ini masih eksis sebagai tempat wisata sekaligus tempat penyujian diri atau melukat. Mitos tentang air juga bertebaran seperti pedanda berpakaian serba putih di air terjun Tegenungan, Air Terjun Tukad Cepung identik dengan upacara pembersihan jiwa. Selain itu, penduduk percaya bahwa air terjun di tengah hutan ini adalah tempat bersemayamnya bidadari, Mitos di Pura Tanah Lot Bali, Salah Satunya Mitos Air Suci Dapat Membuat Awet Muda, Air Terjun Cemara hadir dengan debit air sangat besar. Konon, jika sepasang kekasih berkunjung ke sini, maka hubungannya bisa langgeng dan masih banyak lagi mitos terkait air di Bali. Hal ini mentahbiskan bahwa masyarakat di Bali menjunjung tinggi kearifan lokal sekaligus memuliakan air sebagai sumber peradaban.
Pertanyaan muncul apakah pemerintahan Provinsi Bali sengaja memunculkan tema air sebagai upaya memperkokoh kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ikut mengkampanyekan sekaligus mempromosikan wisata di Bali? Sebenarnya jika kita kembali merefleksi perhelatan Bali Jani satu sampai Bali Jani empat pemerintah sangat konsisten mengusung tema-tema berbasis kearifan lokal sekaligus mengandung filsofi dan mitos. Artinya bahwa pemerintahan Provinsi Bali secara tidak sengaja sudah mengkampanyekan trend positif kearifan lokalnya. Sebagai masyrakat sudah sepatutnya kita turut mengapresiasi pemerintahan Provinsi Bali terutama upaya menjaga dan melestarikan air sebagai sumber kehidupan.
Pada perhelatan Bali Jani ke IV pemerintah Provinsi Bali mengusung tema “Air sebagai sumber peradaban” Pertanyaanya adalah apakah tema ini sengaja diangkat sebagai salah satu upaya menautkan politik, mitos, dan filsofi terkait air?. Apresiasi tertinggi sudah seharusnya diberikan kepada Pemerintah Provinsi Bali mengangkat tema ini sebagai salah satu upaya agar masyarakat Bali tetap menyucikan air sebagai salah satu nafas kehidupan manusia. Jika sedikit menilik ke belakang, kubangan purba orang Bali sangat percaya dengan air karena memberikan memberikan kehidupan agraris. Subak urat nadi atau darah dari kehidupan agraris. Subak tersebut mengacu kepada sebuah lembaga sosial dan keagamaan yang unik, mempunyai pengaturan tersendiri, asosiasi-asosiasi demokratis dari petani dalam mengatur penggunaan air irigasi untuk pertumbuhan padi. Subak bagi masayarakat Bali bukan hanya sekedar sistem irigasi, melainkan juga merupakan filosofi kehidupan bagi rakyat Bali itu sendiri. Dalam pandangan masyarakat Bali, Subak adalah cerminan langsung dari filosofi dalam agama Hindu Tri Hita Karana (tiga penyebab kebaikan), yang mempromosikan hubungan yang harmonis manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi atau Tuhan (parahyangan), hubungan manusia dengan manusia (pawongan), dan hubungan manusia dengan alam lingkungan (palemahan) sebagai suatu sistem pengaturan hidup bersama, Subak mampu bertahan selama satu abad lebih karena masyarakatnya setia kepada tradisi leluhur.
Tergerus atau digerus? Sistem Subak di Bali
Pertanyaan tergerus atau digerus seakan menghantui jika kita melihat beberapa fenomena yang sering terjadi dikehidupan masyarakat Bali. Banyak informasi terkait sawah yang kekeringan, hotel yang kekurangan air bersih, dan PDAM yang mengalami masalah pasokan air bersih ke rumah-rumah. Menjaga eksistensi subak sebenarnya masih dipertahankan hanya saja rebutan air antara sawah, hotel, dan PDAM membuat debit air semakin berkurang. Hal ini menyebabkan sawah-sawah terbengkalai. Ketika sawah-sawah terbengkalai maka disitu jual beli tanah semakin meroket.
Krisis lahan yang terus bergeser menjadi daerah tempat tinggal semakin membuka peluang besar terjadinya pengurangan debit air. Hal ini perlu disikapi secara serius sehingga bisa kembali membangkitkan sistem perairan di Bali khusus eksistensi pengolahan air yang baik dan benar. Pengolahan pembagian air menjadi salah satu masalah serius yang perlu disikapi sehingga nantinya masyarakat Bali terpenuhi masalah keperluan air.
Potensi Wisata Subak Era Media Sosial
Masalah di atas perlu disikapi dengan baik, regulasi-regulasi baru harus sudah dipikirkan pemerintah agar dapat memecahkan masalah tersebut. Era digitalisasi menjadi salah satu momentum baik untuk kembali menjaga eksistensi subak dengan menerapkan terobosan baru. Pemanfaatan media sosial menjadi salah satu opsi kembali memikat masyarakat untuk menghidupkan kembali kehidupan agraris yang hampir bangkrut. Perlu diakui bahwa membangkitkan kehidupan agraris yang bangkrut menjadi bangkit tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi bukan berarti harus pangku tangan untuk hanya menonton. Sektor pariwisata secara riil merupakan salah satu sektor strategis penggerak pembangunan perekonomian daerah dan pengembangan wilayah. Potensi pariwisata yang cukup besar pada suatu daerah masih memungkinkan bagi peningkatan pendapatan daerah khususnya dari sektor pariwisata. Selain itu, sektor pariwisata berperan penting terhadap peningkatan penyerapan tenaga kerja, mendorong pemerataan kesempatan berusaha, memberikan kontribusi dalam penerimaan negara yang dihasilkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal serta mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang berperan dalam mengentaskan kemiskinan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, setiap daerah dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai pendapatan untuk membiayai pengeluaran daerah. Upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas layanan serta melakukan kreasi dan inovasi untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, sehingga dapat meningkatkan penerimaan daerah terutama melalui retribusi objek wisata.
Dahulu masyarakat setempat mengelola subak sebagai tempat wisata sederhana, tempat mandi, dan memacing ikan. Sekarang subak disulap menjadi banyak tempat rekreasi seperti bendungan ada restoran, arum jeram. Potensi subak yang bisa disulam sebagai lahan menghasilkan pendapatan daerah suatu tempat. Banyak wisata air bersiliweran di media sosial khususnya facebook, intagram, dan tiktok menjadi promosi terbaik diera digitalisasi ini.
Orang-rang berbondong-bondong untuk mengunjungi wisata air baik berupa tubing, restoran, ataupun hanya sekadar spot foto. Namun hal ini mampu memikat masrakat untuk berkunjung ke sana. Perlu diakui bahwa kekuatan media sosial sebagai salah satu faktor pemicu daya tarik wiatawan. Kebanyakan orang-rang berkunjung hanya sekadar untuk mengabadikan momen mengikuti trend populer. Ada beberapa destinasi wisata berbasis subak yang sangat populer di Bali seperti Rekreasi Bali Canyon Tubing, Telaga Surya, Gekko Tubing di Bali, Sungai Pakerisan Tampak Siring, Kubu Restaurant di Mandapa, a Ritz-Carlton Reserve, Chef’s Table at Sokasi, Ayung Terrace, Swept Away at The Samaya, Ke-Pi-Tu Restaurant, The Kayon Resort, dan masih banyak lagi tempat-tempat di Bali yang disulap menjadi waterpak berbasis subak.
Trend positif ini seharus menjadi perhatian pemerintah untuk turut mengembangkan pariwisata berbasis subak ini menjadi salah satu upaya meningkatkan pendapatan daerah yakni dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya yang menjadi sumber penerimaan pendapatan daerahnya. Upaya ini perlu dilakukan agar masyarakat Bali bisa mandiri dan perekonomian daerah bangkit. Jangan sampai investor asing yang justru mennguasai dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang ada khususnya yang berupa objek wisata air di Bali.