BALI TRIBUNE - Ketersediaan pemandu wisata (guide) asli Bali yang mampu menjelaskan terkait budaya, adat dan agama Hindu dengan kemampuan Mandarin masih cukup rendah. Padahal kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) khususnya asal Tiongkok cukup tinggi. Guide yang menangani wisman Tiongkok saat berlibur di Bali masih didominasi guide dari luar Bali.
Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta menyatakan bahwa Bali kekurangan guide yang menguasai Mandarin. Jumlah guide untuk wisman Tiongkok saat ini mencapai 1.200 orang, dan hanya 10 orang yang merupakan warga asli Bali. "Ada beberapa faktor yang menyebabkan minimnya guide untuk wisman Tiongkok ini," ujarnya saat dikonfirmasi Selasa (7/11).
Nuarta membeberkan karena adanya kesan Bahasa Mandarin yang sulit dipelajari dan munculnya rumor bahwa selain guide Mandarin yang serumpun tidak akan diterima menjadi guide di travel agent Tiongkok ini, menjadi pemicu kurangnya minat orang Bali untuk menguasai Mandarin. Pihaknya menyatakan jika HPI Bali pun telah mendorong warga Bali agar belajar Mandarin. "Kami nanti akan mencarikan dana buat mereka agar mau belajar Mandarin. Kalau bukan orang Bali guidenya, lama kelamaan budaya Bali akan menjadi rusak," cetus Nuarta.
Dia pun mengungkapkan, tiga bulan lalu ada permintaan dari travel agent Tiongkok untuk menyiapkan guide Mandarin sebanyak 2000 orang. "Saya belum menyetujui karena masih ada kekhawatiran terhadap budaya Bali. Kita orang Bali lahir, hidup mati di Bali perlu kiranya punya kepedulian tehadap budaya tersebut," katanya.
Terkait hal itu, Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar yang baru terpilih yakni I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan, IHDN telah mempersiapkan untuk mencetak guide-guide dari Bali yang menguasai tentang budaya, adat dan agama Hindu agar mampu berbahasa Mandarin. Sebab menurutnya saat ini banyak guide bukan asli Bali yang kurang memahami adat istiadat serta agama Hindu dan budaya Bali.
"Kami akan menjawab kebutuhan itu. Kami telah menjalin kerjasama dengan Konjen Tiongkok dengan memberikan pendidikan Bahasa Mandarin gratis untuk mahasiswa IHDN dalam kurun waktu enam bulan," ungkapnya saat temu media.
Dikatakan Sudiana, keberadaan guide untuk wisman Tiongkok saat ini sekitar 3000 orang, dari jumlah tersebut hanya 5 persen warga Bali. Namun untuk di Bali sendiri masih kekurangan 8000 guide wisman Tiongkok. "Itu belum guide yang lain. Sedangkan kursus dalam enam bulan ini kami berikan kuota hingga 40 sampai 60 orang mahasiswa yang ingin menguasai Bahasa Mandarin secara fasih," jelas Sudiana.
Ditambahkannya, selain tingginya permintaan guide berbahasa Mandarin, di Bali permintaan untuk guide Timur Tengah juga mulai berdatangan. Hal itu dikarenakan adanya peningkatan kunjungan wisman asal Timur Tengah usai kunjungan Raja Salman ke Bali beberapa waktu lalu. "Kami telah menjalin kerjasama juga dengan IAIN dan UIN untuk bagaimana formatnya supaya mampu menyediakan guide wisman Timur Tengah," imbuhnya.