BALI TRIBUNE - Dari 93 korban keracunan yang menjalani rawat inap di RSU Sanjiwani Gianyar, 17 diantaranya sudah dipersilakan pulang. Sementara yang lainnya secara klinis masih membutuhkan perawatan. Namun selama pemulihan mereka diharapkan banyak minum serta mengkomsumsi makanan halus.
Hingga hari keempat, Selasa (20/3) siang, korban keracunan massal di Sukawati yang menjalani rawat inap di RSU Sanjiwani Gianyar, kondisinya sudah mulai membaik. Bahkan tercatat 17 orang diperbolehkan pulang, namun tetap dalam fase pemulihan. Dari hasil pemeriksaan dokter, diare yang diderita sebagian besar korban sudah menunjukan kesembuhan. Demikian pula panas badan rata-rata sudah menurun. ”Secara klinis, sebagian besar masih harus menjalani perawatan inap,” ungkap dr. I Gusti Ngurah Oka Nurjaya, tim Dokter RSU Sanjiwani Gianyar.
Selain cairan infus, selama perawatan para korban ini juga mendapatkan asupan khusus berupa makanan halus seperti bubur putih dan bubur kajang ijo. Disebutkan, pasien keracunan yang sudah dipulangkan, tetap diminta menjaga pola konsumsi selama pemulihan. Menghindari makanan padat apalagi dalam porsi besar. Sebagai gantinya, minum banyak cairan, kaldu atau sup. “Hindari aktivitas berat, karena saat kelelahan dapat mengakibatkan cedera,” paparnya.
Sementara itu, selama empat hari di rumah sakit, korban yang belum diperbolehkan pulang berharap bisa pulang hari Rabu, untuk dapat merayakan Hari Raya Pagerwesi. Korban lainnya yang bekerja di sektor swasta, mengaku khawatir izin kerja terlalu banyak, akan mempengaruhi kariernya. “Kalau saya lama izin, takutnya tidak memiliki pekerjaan lagi,” tutur Wardani, salah seorang korban.
Sebelumnya, saat menjenguk korban keracunan massal di RSU Sanjiwani, Pj Bupati Gianyar I Ketut Rochineng meminta warga korban keracunan massal ini tidak panik dan menjalani perawatan hingga kondisinya pulih. Ditegaskan jika kejadian ini tidak ada kaitannya dengan hal-hal aneh yang bepotensi memperkeruh suasana.
Dirut RSU Sanjiwani Gianyar Ida Komang Upeksa menyebutkan, keracunan akibat makanan, dampaknya akan terasa enam jam kemudian. Namun berbeda dengan dampak yang dirasakan oleh korban keracunan massal di Banjar Mudita, Sukawati. Dari analisis tim dokter RSU Sanjiwani Gianyar, diduga kuat nasi bungkus yang dikonsumsi korban, mengandunag kuman. Kuman ini kemudian berkembang biak di dalam tubuh korban sehingga dampaknnya hilang berhari-hari.